Share

Chapter 3

Harapan Karina hidup tenang di perusahaan pupus begitu saja setelah beberapa jam. Ia tidak menyangka ucapan Adel tentang menjadi Sekretaris Saka akan terjadi padanya.

Sekarang ia berada di ruangan Ceo perusahaanya. Ia kira pemanggilannya untuk memberi kontrak kerja karyawan tetap. Namun, ternyata juga menunjuknya sebagai Sekretaris.

“Kenapa Anda memilih saya, Pak?” tanya Karina memberanikan diri.

Saka terlihat memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku. Ia suka sekali Karina yang seperti ini: tidak berdaya berada di dalam kekuasaannya. “Karena aku ingin membuatmu menderita.”

Karina mendongak. Lagi? Saka ingin membuat hidupnya lebih hancur? Lantas kurang hancur seperti apa hidupnya sekarang. Karina mengepalkan kedua tangannya di pinggiran roknya.

“Gaji sebagai Sekretaris tiga kali lipat dari staff biasa. Apa kau sungguh-sungguh tidak membutuhkan uang?” Saka menilai Karina. “Bukankah kau butuh uang?”

Benar. Yang dikatakan Saka memang benar. Ia butuh uang. Ia harus menghasilkan banyak uang jika ingin hidupnya tidak kesusahan.

Rupanya, Saka bisa menjebak Karina lebih mudah hanya dengan kata uang. Karina hanya membaca sekilas dan segera menadatangani surat kontrak sebagai Sekretaris.

Wanita itu bahkan kurang teliti sehingga tidak membaca beberapa hal penting di lembar terakhir.

“Jika kau ingin memutus kontrak di tengah jalan. Maka kau akan di denda 5 kali lipat dari penghasilanmu selama bekerja di Delux.” Saka mengambil dokumen yang telah ditanda tangani oleh Karina.

Karina melebarkan mata. “Apa? Itu sama saja perbudakan.”

“Maka dari itu, bacalah kontraknya. Kau sekarang sudah mendatanganinya. Jadi, kau tidak bisa mengelak.” Saka tersenyum miring.

Karina menghela nafas dalam. Hanya karena uang, ia buta! Seharusnya, ia bisa berpikir lebih dalam lagi menjadi sekretaris mantannya sendiri yang ingin membuatnya menderita. Nasi sudah menjadi bubur, karina tidak bisa mundur.

“Baiklah,” ucap Karina terdengar pasrah.

Saka memandang Karina lebih intens.

Merasa ditatap, wanita itu pun melangkah mundur pelan. “Pakaianmu sangat tidak enak dipandang. Tidak ada yang bermerek. Kau pasti membelinya di pasar loak.”

Karina mengerjap mata. Ia memandang pakaiannya sendiri. Lagi-lagi yang dikatakan Saka memang benar. Kebanyakan bajunya dibeli di pasar barang bekas.

Jadi, pakaian yang dipakainya sebagian besar bekas milik orang. Karina melakukannya untuk menghemat uang. Ia tidak bisa menghamburkan uang untuk sekedar berbelanja baju. Lebih baik, uangnya di kumpulkan dan dibelikan bahan makanan di rumah.

“Saya akan membeli pakaian besok,” ucap Karina pelan.

“Segitu miskinnya kau? Membeli baju bagus saja tidak mampu?” ucap Saka kelewat pedas, "jangan mempermalukan diriku sebagai atasanmu."

Pria itu lalu meninggalkan Karina yang hanya mampu memejamkan matanya. "Ya, Tuhan...."

~~

Gara-gara kontrak itu, selain menjadi Sekretaris, ternyata Karina juga menjadi pembantu.

Sekarang, wanita itu bahkan tengah berada di kediaman Saka.

Diperhatikan rumah bertingkat tiga dengan desain modern yang sangat luas dan megah.

Ia sedikit takjub karena rumah ini diisi dengan peralatan jauh lebih canggih dibandingkan rumahnya yang dulu.

Karina menggelengkan kepala menyadari ia diam terlalu lama.

Saat ini, ia harus menyiapkan pakaian Saka untuk nanti malam. Jangan lupakan jika dirinya juga harus ikut!

Karina memasuki walk in closet milik Saka. Diperhatikannya ada begitu banyak setelan kemeja dan jas yang dimiliki pria itu.

Sepatu, jam tangan, dasi dan sabuk. Semua barang yang dimiliki Saka bermerek.

“Waah.” Karina menggeleng pelan. Ia cepat-cepat memilih satu kemeja. Ternyata kemeja yang terpajang masih baru. Jadi, ia harus mencopot label mereka dan harga. Jika ditotal, harganya sangat fantastis.

Tidak heran rata-rata pemimpin memang menggunakan barang bermerek untuk menunjukkan kualitas diri.

Namun, yang ia sadari tidak ada baju atau pakaian perempuan di sini. “Kenapa tidak ada sama sekali barang istrinya di sini,” gumamnya heran teringat gosip istri Saka yang bernama Aruna.

"Karina cepat!"

Mendengar namanya dipanggil, Karina segera keluar sambil membawa pakaian. Alangkah terkejutnya ia kala mendapati Saka yang hanya menggunakan bawahan handuk.

Bagian atas Saka terpampang nyata di depannya.

“Maaf, Pak. Saya tidak tahu,” ucap Karina segera berbalik. Ia mematung sebentar melihat pahatan sempurna di perut saka dan merasakan kedua pipinya mulai memerah.

“Berikan bajuku,” ucap Saka datar sembari mengulurkan tangannya.

Tanpa menoleh, Karina segera memberikan pakaian bosnya itu tanpa mau menoleh. Setelah itu—ia berjalan pelan-pelan menuju pintu.

“Kau akan ke mana?” tanya Saka.

Karina sontak berhenti. “Saya akan menunggu Anda di depan pintu.”

“Hm.”

Karina menganggap dehaman pria tersebut sebagai jawaban.

Jadi, Karina menunggu sembari mengetukkan kakinya ke lantai.

Diperhatikannya kembali rumah besar yang hanya dihuni oleh Saka dan Aruna. Ada beberapa maid, tetapi mereka pulang ketika malam hari.

“KARINA!” teriak Saka dari dalam membuat Karina panik.

Perempuan itu seketika bergegas masuk.

"Ada a--"

“Bantu aku,” potong Saka berdiri di depan sebuah cermin.

Karina mendekat. Ia sedikit gugup. Dengan jarak sedekat ini, ia bisa mencium aroma Saka yang menyegarkan. Ia pun berjinjit untuk memasang dasi di leher Saka.

Pelan-pelan agar hasilnya rapi.

Setelah itu, Karina mengambil jas yang tergeletak di atas ranjang. Ia memutar—memasangkan jas itu di tubuh Saka.

“Selesai,” ucapnya lalu menatap Saka yang ternyata memperhatikannya intens dari cermin.

“Kau akan pergi seperti itu?” tanya pria itu mendadak.

“Saya ikut pergi?” tanya Karina dengan kebingungan.

“Memangnya siapa lagi yang menemaniku pergi jika bukan sekretarisku?” ketusnya, "Apa kau mau bayar pinalti dan mengundurkan diri dari posisimu sekarang?"

"Baik, Pak," ucap Karina menahan emosi, "saya akan bersiap segera."

~~

"Hah...." hela Karina lelah.

Benar-benar nyaris 24 jam, ia menemani Saka di Kantor.

Dari rumah, sampai setiap pertemuannya. Karina berharap sore ini bisa pulang—ia sungguh lelah. Ia harus mengistirahatkan punggungnya yang hampir retak ini di kasur reot kesayangannya.

“Apa jadwalku selanjutnya?” tanya Saka tiba-tiba, hingga Karina berdiri tegak kembali.

“Anda harus melakukan perjalanan bisnis ke Hongkong. Keberangkatan Anda sudah diatur sore ini,” jelas Karina. “Anda juga akan berangkat bersama asisten anda yaitu Ronald.”

Saka mengernyit. “Kau harus ikut.”

“Tapi, saya tidak punya Pasport dan Visa, Pak,” balas Karina cepat.

“Kau punya.” Saka menatap Karina. “Semenjak kau menandatangani kontrak kerja, segala kebutuhanmu sudah dibuat, termasuk pasport, visa dan asuransi.”

“Tapi saya—”

“Mau membantah?” Suara Saka terdengar lebih rendah dari sebelumnya. Pria itu maju mendekati Karina yang perlahan mundur. “Aku tidak suka pembangkang.”

Segera pria itu mengurung Karina di tembok.

“Pak,” lirih Karina. Ia sedikit takut dengan Saka yang seperti ini. Baginya, itu sangat menyeramkan.

Saka sangat mengintimidasinya. Apalagi, tubuh pria itu yang tinggi nan kekar dengan gampang mengurung tubuhnya yang mungil.

“Jangan seperti ini,” lirih Karina.

“Kenapa?” tanya Saka. “Kau suka menggoda pria, bukan? Kudengar kau sempat menggoda manajer pemasaran itu.”

Karina mendongak. “Tidak. Saya tidak pernah menggoda siapa pun,” belanya.

Entah dari mana gosip seperti ini beredar.

Ia pikir setelah tidak berurusan dengan Divisi Administrasi, dia akan bebas dari tuduhan tak masuk akal.

Namun, Saka hanya berdecih. Pria itu lalu mencengkram dagu Karina. “Bilang saja kau suka menggoda pria. Kau ingin mendapat simpati dari mereka.”

“Saya memang miskin," ucap Karina berusaha menyingkirkan lengan Saka yang memerangkapnya, "tapi, saya dari dulu tidak pernah menggoda siapapun. Apalagi hanya untuk mendapat simpati.” 

“Jawab aku dengan jujur. Sudah berapa banyak pria yang kau goda di kantor ini?”

Karina mengernyit. “Sudah saya bilang, Pak. Saya tidak pernah menggoda siapapun. Anda boleh berspekulasi tentang saya. Tapi, saya tidak akan pernah mengakui perbuatan yang tidak pernah saya lakukan.”

Saka terdiam sebentar sebelum pria itu kembali menarik pinggang Karina. “Jangan munafik. Aku tahu kau seperti apa. Dari dulu, kau sering bergonta-ganti pacar, kan?”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
DONI SURAHMAN (Doni)
mantap ceritanya
goodnovel comment avatar
Yositaussy Irawan
keren cerita nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status