Home / Romansa / Terperangkap Hasrat Anak Tiriku / Bab 6 Tidak Seindah Kuduga

Share

Bab 6 Tidak Seindah Kuduga

Author: Aira Tsuraya
last update Huling Na-update: 2025-10-01 13:00:38

“Apa maksudmu, Regan? Aku … aku ---”

Sera terperangah kaget mendengar ucapan Regan, tapi belum sempat Sera bersuara tangan Regan sudah turun mencengkram erat lehernya.

Tidak hanya itu Regan sudah mendorong tubuh Sera menempel ke dinding di belakangnya.

“Ekgrr … Re … gan … akhrgg … .”

Sera kesakitan dan kesulitan bernapas. Wajahnya memerah dengan mata yang melotot. Belum lagi rasa nyeri dan sakit yang ia rasakan. Sera tidak tahu mengapa tiba-tiba Regan melakukan hal ini padanya.

“Tidak mau ngaku, heh?”

Sera kebingungan harus menjawab apa. Apa ini berkaitan dengan pengakuannya saat itu? Apa Regan tahu jika Axel orangnya?

Belum selesai benak Sera berpikir, tiba-tiba Regan melepas cengkraman tangannya. Tubuh Sera merosot. Ia berulang kali batuk sambil memegang lehernya. Masih terasa nyeri tertinggal di sana.

Sera pikir semua akan selesai, tapi dugaan Sera salah. Tiba-tiba Regan menarik tubuh Sera ke kasur kemudian mengikat ke dua tangan dan kakinya. Sera kebingungan melihat ulah Regan. Belum sempat ia bertanya, Regan sudah melepas ikat pinggangnya dan langsung melecutkan ke tubuh mulus Sera.

Sera menjerit kesakitan, kulit mulusnya terkelupas mengeluarkan darah. Sera menatap Regan dengan bingung.

“Kamu kenapa, Regan? Apa salahku?”

Regan tidak menjawab. Ia merayap ke atas kasur menarik paksa pakaian Sera. Lalu menampar Sera berulang kali, menindih tubuh Sera dan melakukan penyatuan dengan kasar.

“Sakit, Regan. Sakit … .”

Sera merintih, menangis dengan isakan, tapi Regan tak peduli. Pria itu semakin bersemangat melampiaskan hasratnya hingga berulang kali.

Entah mengapa malam terasa panjang kali ini, Sera hampir pingsan saat menghadapi bertubi tamparan dan siksaan dari Regan. Ia tidak tahu mengapa Regan sebiadab ini menyiksanya. Telah hilang Regan yang lembut, perhatian dan penyayang. Apa mungkin ini karena pengaruh alkohol?

Esok paginya, Sera masih meringkuk di balik selimut merintih kesakitan. Perlahan Regan mendekat, melepas seluruh ikatan di tangan dan kakinya kemudian langsung memeluk Sera.

“Maafkan aku, Sayang. Aku benar-benar hilang kendali semalam. Aku mabuk.”

Sera terdiam, menatap Regan dengan sendu. Perlahan Regan menyentuh sekujur tubuh Sera yang lebam dan terluka. Beberapa kali ia mendaratkan kecupan di sana sebagai permintaan maaf.

“Aku minta maaf, Sayang. Aku benar-benar tidak mengenalimu semalam.”

Regan menangis sambil memeluk Sera. Sera membalas pelukannya sambil mengangguk.

“Iya, aku gak papa, kok. Lain kali jangan mabuk lagi.”

Regan mengangguk. Ia tersenyum menatap Sera, kemudian membantu mengobati semua luka di tubuh Sera. Bahkan pagi itu, Regan melarang Sera keluar kamar. Ia juga yang mengantarkan makan pagi untuknya.

“Aku janji ini tidak akan terulang lagi, Sayang,” janji Regan.

Sera mengangguk. Ia percaya dengan ucapan suaminya. Ia sangat mengenal Regan dan tahu jika pria itu tidak akan sekasar ini.

Namun, janji Regan hanya manis di mulut saja. Dua hari setelah luka Sera mengering, Regan kembali melakukan hal yang sama. Mungkin dua malam yang lalu, Regan melakukannya dalam keadaan mabuk dan Sera bisa memakluminya.

Sayangnya malam ini tidak. Regan dalam keadaan sadar, menampar Sera berulang kali, menuduhnya pelacur kemudian melecutkan ikat pinggangnya ke punggung Sera dan diakhiri dengan penyatuan yang penuh paksaan.

Paginya, Regan minta maaf, menangis sambil memeluk Sera, mengobati lukanya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.

“Aku akan keluar kota beberapa hari ini. Kamu baik-baik di rumah, ya?” pamit Regan pagi itu.

Sera hanya mengangguk dengan lesu. Dulu, ia suka saat Regan ada di rumah menemaninya, tapi kini ketidak beradaan Regan bagai setetes air di gurun pasir.

Regan mendekat, mendaratkan sebuah kecupan di bibir Sera kemudian berlalu pergi meninggalkannya.

Sera masih bergeming di tempatnya menatap pantulan wajahnya ke cermin. Semalam Regan tidak menamparnya, sehingga wajahnya tidak terlihat lebam. Namun, sebagai gantinya pria itu berulang kali menyudutkan rokok ke tubuh Sera.

Sera meringis kesakitan saat menyentuh beberapa luka sudutan rokok di paha kanannya. Sera tidak menduga pria yang terlihat lembut dan penuh kasih itu begitu beringas saat melampiaskan hasratnya.

Helaan napas berulang kali keluar dari mulut Sera. Sudah beberapa hari ia tidak keluar kamar untuk menutupi ulah Regan. Sera berharap tidak ada tanya yang datang saat ia keluar nanti.

Baru saja Sera membuka pintu, tiba-tiba ia melihat Axel sedang berjalan ke arahnya. Tidak biasanya Axel datang ke sini. Setahu Sera, putra Regan itu tinggal di apartemennya sendiri.

“Selamat pagi, Sera,” sapa Axel.

Pria tampan itu langsung menyapa Sera dengan manis. Sera hanya membalas dengan anggukkan kepala.

“Papamu sudah berangkat, Axel. Sepertinya ia tidak pulang beberapa hari ini. Kalau kamu punya keperluan dengannya, langsung telepon saja.”

Axel mengangguk sambil tersenyum.

“Aku datang ke sini tidak untuk bertemu dengan Papa, tetapi menemui kamu.”

Sera tampak terkejut, kedua alisnya terangkat dengan mata menatap penuh selidik.

“Ada apa lagi? Bukankah semuanya sudah selesai?”

Axel berdecak. “Kamu lupa, kalau kamu punya janji padaku, Sera.”

Sera menelan ludah, suaranya tercekat dan hanya bisa diam menatap Axel. Sesekali matanya memperhatikan sekitar, ia takut ada telinga yang mendengar percakapan mereka. Sepertinya reaksi Sera terlihat jelas oleh Axel.

“Tenang saja, Sera. Semua asisten rumah tangga sedang sibuk melakukan pekerjaannya. Tidak akan ada yang mendengar kita.”

Sera tidak bereaksi, tapi Axel malah berjalan mendekat dan langsung merengkuh tubuh Sera masuk ke pelukannya.

“Axel!! Apa-apaan kamu? Cepat lepaskan aku!!!”

Axel tersenyum mencondongkan wajahnya ke Sera sambil memejamkan mata dan mengendus beberapa kali seolah sedang menghirup aroma tubuh Sera.

“Aku kangen, Sera. Apa tidak boleh aku melepas kerinduanku sebentar?”

Perlahan bibir Axel merapat kemudian tanpa permisi mencium bibir Sera. Sera melotot dan berusaha melepas pagutan Axel. Ia takut ulah mereka ada yang melihat.

“Axel!!!”

Sera mendorong tubuh Axel dengan susah payah. Axel hanya tersenyum melihat reaksinya. Kemudian kembali menarik tubuh Sera dan menciumnya sama seperti tadi. Bahkan tangan nakal Axel sudah menelusup masuk ke dalam roknya meraba paha mulus Sera.

“Aah!!”

Sera menjerit tertahan sambil menarik tangan Axel. Axel terkejut dan menatapnya dengan bingung. Perlahan tangan Axel menyibak rok Sera, tapi belum sempat terlihat apa yang ingin diketahui.

Tiba-tiba terdengar bunyi langkah mendekat kemudian berhenti tepat di belakang Axel sambil bersuara, "Axel, apa yang kamu lakukan di sini?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 110 Amarah dan Ambisi

    “Iya benar, Nona. Ada keperluan apa Anda mencari mereka?” tanya karyawan tersebut kemudian.Sophie menoleh, menatapnya dengan tajam. Wajahnya terlihat tegang dan sangat merah. Ia kesal, kenapa karyawan Axel tidak tahu siapa dia sebenarnya? Apa selama ini Axel dan Regan memang belum memberitahu posisinya di sini?Belum sempat Sophie menjawab, tiba-tiba Jody berjalan menghampiri. Dia mengenal Sophie dan langsung menyapanya.“Nona Sophie, kebetulan sekali bertemu di sini?”Karyawan yang bertanya tadi langsung menoleh ke Jody.“Loh, Anda mengenal Nona ini, Tuan Jody?”Lagi-lagi kalimat itu membuat murka Sophie. Entah mengapa dia merasa tidak diinginkan di sini.Jody yang tadinya berwajah ceria dengan senyum terkembang menyambut Sophie, seketika terdiam. Ia menelan ludah beberapa kali sambil menganggukkan kepala. Sesekali Jody memperhatikan ekspresi Sophie. Wanita cantik itu seperti hendak makan orang sa

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 109 Axel Berulah

    Axel terjaga saat sinar mentari menerpa wajahnya melalui tirai balkon kamar Sera. Perlahan ia membuka mata sambil memperhatikan sekitar. Ia ingat jika semalam tidak tidur di kamarnya sendiri.Ia juga ingat jika sempat muntah sebelum tidur dan itu sebabnya saat ini ia terbangun dengan hanya mengenakan boxer saja.Axel mengulum senyum sambil melirik ke sebelahnya. Sudah tidak ada Sera di sana, tapi ia mendengar dengan jelas suara air di kamar mandi.Tak berapa kama kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Sera keluar dari sana dengan hanya mengenakan bathrobe.“Kamu sudah bangun?” sapa Sera.Axel tersenyum sambil mengangguk. Tampangnya berantakan, rambutnyan acak-acakan, tapi aroma alkohol tidak tercium dari tubuhnya. Bisa jadi Sera sudah membersihkannya semalam. Axel tidak ingat.“Terima kasih semalam kamu sudah ---”Axel tidak meneruskan kalimtanya, tapi sudah melirik setumpuk baju dengan bekas muntahannya.

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 108 Axel yang Rapuh

    Sementara itu di waktu yang sama, terlihat Axel duduk menyendiri di sudut sebuah bar. Ada beberapa botol minuman dan gelas yang sudah kosong tergeletak di atas meja tepat di depannya.Pria tampan itu duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya. Kedua tangannya terentang sepanjang sofa dengan salah satu tangan memegang gelas berisi minuman. Tatapan matanya kosong dengan bibir yang sangat merah.Visual Axel yang menawan tentu saja langsung menarik perhatian beberapa pengunjung di sana. Seorang wanita cantik nan seksi datang menghampiri dan langsung duduk di samping Axel.“Hai, Ganteng!! Mau aku temani?” sapa manis wanita seksi itu.Axel tidak bereaksi tapi matanya sudah menyapu wanita yang duduk di sampingnya. Rambutnya pirang dengan make up yang tebal. Ia mengenakan of shoulder blus dengan rok yang super ketat. Tak ayal paha mulusnya langsung terekspos saat duduk menyilang kaki.Wanita itu tersenyum saat melihat Axel tertarik padanya. Perlahan tangannya terulur mengelus paha Axel.“Aku

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 107 Pertikaian Dua Pria

    “Sesuai amanat Mama dan nenekmu, jika kamu menolak perjodohan ini. Maka, kamu harus melepaskan semua fasilitas dari keluarga ini,” ujar Regan.Axel hanya diam. Ia sudah tahu soal hal ini, tapi meski begitu Axel berharap keinginannya terwujud.“Perusahaan, mobil, apartemen, hak waris bahkan namamu akan dicoret dari keluarga ini. Apa itu yang kamu inginkan, Axel?”Belum ada jawaban dari Axel. Ia hanya diam menggigit gigi sambil menatap tajam Regan. Banyak amarah dan kekesalan yang sedang ditahan oleh Axel.Regan tersenyum saat melihat reaksinya.“Papa tahu kamu marah, tapi itulah yang diinginkan keluarga kita. Nenek dan mamamu sudah mengatur perjodohan ini, Xel. Apa kamu tega menghancurkan impian mereka?”“Papa yakin kamu sangat menyayangi mamamu dan tahu bagaimana cara menunjukkan pengabdianmu sebagai anak. Ya … meskipun sekarang mamamu tidak dapat menyaksikannya, tapi Papa yakin ia pasti senang di alam sana.”Axel membisu, kepalanya menunduk dengan wajah sayu. Dia selalu melankolis jik

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 106 Ancaman Regan

    Regan tercengang kaget mendengar jawaban Axel. Ia memang tidak akrab dengan Axel, tapi Regan juga tidak menduga Axel akan berkata seperti ini.Tanpa menunggu jawaban dari Regan, Axel sudah mengakhiri panggilannya. Regan menghela napas panjang sambil meraup wajahnya.“Aku tidak akan membiarkan perjodohan ini batal. Axel harus menikah dengan Sophie!!!” tandas Regan.Di waktu yang sama, Sera tampak sibuk dengan aktivitasnya. Ia fokus mengerjakan semua tugas yang diminta Axel tadi. Saking sibuknya, ia bahkan tidak menyadari saat Axel menyelinap masuk melalui connecting door.“Kamu marah padaku?” Tiba-tiba suara Axel mengusik keheningan Sera.Sera menghentikan pekerjaannya dan menoleh ke Axel.“Untuk apa aku marah?” Bukannya menjawab, Sera malah balik bertanya.Axel menghela napas, berjalan mendekat kemudian duduk di meja menghadap Sera.“Aku tidak suka dia. Bahkan aku sudah meminta Nenek membatalkan perjodohanku dengannya. Namun, belum sempat mengambil keputusan Nenek sudah sakit seperti

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 105 Penolakan Axel

    “Apa??” tanya Axel.Pria tampan itu terkejut begitu mendengar jawaban Sophie. Sophie tersenyum sambil menggerakkan tubuhnya dengan gemulai.“Aku rasa Om Regan ingin kita bekerja sama, Xel. Bukankah nantinya kita akan jadi pasangan.”Mata Axel membola dan gegas bangkit dari duduknya. Sesekali ia melirik Sera yang duduk diam di depannya.“Aku gak butuh bantuanmu. Semua divisi di sini terisi semua. Lantas kamu mau di bagian apa?”Sophie berdecak turun dari meja, berjalan gemulai mendekat ke Axel. Lalu tanpa malu, Sophie langsung merengkuh pinggul Axel dan memeluknya.“Kamu kan bosnya, Babe. Apa tidak bisa memberi aku posisi di sini?”Axel berdecak, memalingkan wajah sambil mendorong tubuh Sophie menjauh. Terlihat sekali kalau dia tidak nyaman dengan ulah Sophie. Sera masih bergeming di posisinya. Ia sendiri tidak tahu mengapa kakinya tiba-tiba membeku dan tak bisa digerakkan.“Tante Sera saja bisa kamu beri posisi penting. Kenapa aku tidak, Babe? Aku kan calon istrimu.”Axel mendorong So

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status