Share

Bab 7 Alasan Axel

Author: Aira Tsuraya
last update Huling Na-update: 2025-10-15 11:00:33

“Re—Regan,” ujar Sera terbata.

Ia sangat terkejut begitu melihat suaminya tiba-tiba kembali pulang. Apa Regan melihat yang Axel lakukan tadi? Apa Regan melihat semuanya?

Sera terlihat gugup, tapi sebisa mungkin menutupinya. Berbanding terbalik dengan Axel yang terlihat lebih tenang.

Bahkan pria itu tidak menurunkan tangannya dari pinggul Sera sejak tadi.

“Hai, Pa. Aku ke sini untuk menjenguk Nenek.” Axel menjawab dengan riang.

Selama ini nenek Axel, Nyonya Josephine tinggal di rumah yang sama dengan Regan dan Sera. Hanya karena sakit stroke membuat Nyonya Josephine terus berada di kamar.

Regan mengangguk, tapi matanya sedang menatap tangan Axel yang memeluk pinggul Sera. Seketika Sera menurunkan tangan Axel. Sementara Axel hanya tersenyum cengengesan melihat Regan.

“Tadi Tante Sera kepleset dan aku membantu memeganginya supaya tidak jatuh. Sepertinya lantainya masih basah.”

“Betul kan, Tante?” Axel kembali bersuara sambil menatap Sera. Sera yang awalnya terdiam gegas mengangguk, mengiyakan alasan Axel.

Regan hanya diam, tapi matanya sudah memperhatikan lantai. Sepertinya tidak ada bekas air di sana, tapi Regan tidak mau bertanya banyak.

“Ada berkasku yang tertinggal.”

Regan bersuara memecah keheningan kemudian langsung tergesa berjalan menuju ruang kerjanya. Axel mengikuti, sementara Sera memilih turun ke lantai satu. Ia tidak mau terlibat pembicaraan mereka.

“Apa Papa punya waktu sebentar?” tanya Axel.

Ia sudah menerobos masuk mengekor ayahnya. Regan menghela napas sambil sibuk mencari berkas di meja kerjanya.

“Ada apa lagi, Axel? Apa ada masalah di kantormu?”

Axel mengangguk dan langsung menarik kursi kemudian duduk di depan meja kerja Regan.

“Iya, urgen, Pa.”

Regan menghentikan aktivitasnya dan menoleh menatap Axel. “Ada apa?”

“Sekretarisku resign. Dia ikut suaminya mutasi keluar kota. Jadi, mau tidak mau aku butuh sekretaris baru.”

Regan berdecak. “Ya sudah, buka saja lowongan kerja. Papa yakin tidak dalam seminggu kamu sudah mendapatkan sekretaris baru.”

Axel manggut-manggut sambil menyilangkan kakinya.

“Iya, benar. Namun, aku tidak ingin seperti itu.”

Regan mengernyitkan alis dan kini duduk di kursi kerja berhadapan dengan Axel.

“Lalu apa maumu?”

“Ini perusahaan keluarga. Apa tidak sebaiknya jika anggota keluarga ikut berkecimpung dalam perusahaan ini?”

Regan masih terdiam, menatap Axel dengan bingung.

“Maksudku, aku minta izin ke Papa agar Tante Sera yang menjadi sekretarisku.”

Tidak ada jawaban dari Regan, tapi matanya sudah menatap penuh selidik. Axel menghela napas sambil menyandarkan punggung ke kursi.

“Tante Sera sudah resmi menjadi istri Papa. Apa salahnya dia tahu tentang perusahaan ini? Toh, tidak akan rugi juga.”

“Lagipula jika nanti aku berhalangan hadir, Tante Sera bisa menggantikan aku. Aku tidak perlu khawatir lagi soal perusahaan,” imbuh Axel.

Masih belum ada jawaban dari pria paruh baya itu, tapi kepalanya sudah mengangguk.

“Iya, kamu benar, tapi apa Sera bersedia?”

Axel mengendikkan bahu sambil mengulum senyum memainkan kakinya.

“Papa kan suaminya, masa tidak bisa membujuk Tante Sera.”

Regan membisu. Ia sudah paham apa maksud Axel. Sedikit banyak ia setuju dengan alasan Axel. Apalagi ada hal yang sudah ia siapkan dengan baik.

“Ya sudah, biar nanti Papa ngomong sama Tante Sera.”

“Kalau bisa secepatnya, Pa. Aku lagi banyak kerjaan sekarang.”

“Kalau bisa Tante Sera masuk kerja mulai besok.”

Mata Regan melebar menatap Axel dengan kesal, sementara Axel hanya mengulum senyum melihat reaksi ayahnya.

“Ya sudah, Papa bicara dulu dengan Tante Sera.”

Axel mengangguk. Selang beberapa saat kemudian, mereka kembali berkumpul di ruang tengah. Ada Sera yang duduk tidak jauh dari Regan dan Axel.

“Sayang … Axel sedang butuh sekretaris. Apa kamu bisa membantunya?” tanya Regan to the point.

Sera tampak terkejut mendengar permintaan Regan. Kenapa ini kesannya mendadak?

Sera belum menjawab, tapi ia sudah melirik Axel. Axel hanya tersenyum sambil sesekali mengedipkan sebelah mata. Untung saja Regan tidak melihat ulahnya.

“Eng … aku belum pernah jadi sekretaris. Apa aku bisa melakukannya, Regan?”

“Nanti aku ajari caranya. Tante tenang saja,” sahut Axel.

Sera terdiam sambil menatap Regan. Regan tersenyum dengan lembut kemudian berdiri menghampiri Sera dan duduk di sampingnya.

“Axel benar, Sayang. Ia akan mengajarimu nanti. Aku yakin kamu cepat belajar.”

“Eng … tapi aku takut malah memperlambat kinerja Axel nantinya,” tolak Sera.

Ia tahu maksud Axel memintanya menjadi sekretaris. Apalagi kalau ingin berada lebih dekat dengannya. Pria ini memang benar-benar nekat.

“Aku sama sekali tidak keberatan, Tante. Toh, pada akhirnya nanti Tante akan membantuku juga.”

Kembali Axel bersuara dengan santainya. Sera semakin gelisah, beberapa kali menghela napas sambil melirik Axel dengan kesal.

Regan melihat reaksinya kemudian dengan lembut mengelus tangan Sera. Sera terjingkat kaget dan hampir menepis tangan suaminya, tapi ia sadar ini bukan waktu yang tepat untuk melakukannya.

Entah mengapa sejak tahu perilaku menyimpang Regan. Sera sedikit ketakutan jika berinteraksi dekat dengannya.

“Sayang … kamu itu sudah menjadi bagian keluarga ini. Perusahaan yang dihandle Axel juga perusahaan keluarga. Apa salahnya jika kamu membantu kami?”

Sera membisu, menundukkan kepala sambil meremas kedua tangannya. Ia bingung harus memutuskan apa. Kalau boleh jujur, ia masih terkejut dengan kenyataan menyakitkan tentang Regan.

Pria yang ia pikir baik, penuh kasih dan lembut ternyata tidak seperti itu. Lalu kalau sudah begini apa Sera sanggup meneruskan pernikahannya.

“Lagipula … aku takut kamu kesepian di rumah. Belakangan ini, aku akan semakin sering keluar kota. Jika kamu punya aktivitas pasti tidak akan bosan.”

Regan menambahkan kalimatnya dan entah mengapa itu memberi angin segar untuk Sera. Sejak menikah dengan Regan, ia sudah tidak bekerja dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya.

Namun, sikap Regan yang menyimpang membuat Sera ragu. Bila terjadi sesuatu pada pernikahannya, ia harus mempersiapkan diri. Termasuk kondisi finansialnya.

Perlahan Sera mendongak, menatap Regan dan Axel bergantian.

“Baik, aku akan terima tawaran Axel.”

Regan dan Axel tersenyum bersamaan. Dua pria dengan dua tujuan berbeda itu senang mendengar keputusan Sera.

“Tante bisa masuk mulai besok. Aku harap Tante tidak datang terlambat.”

Sera mengangguk ke arah Axel.

“Kalau sudah selesai, aku berangkat dulu.”

Regan bangkit dari duduknya. Sera ikut bangkit kemudian berjalan di belakang Regan mengantarnya sampai pintu. Axel juga ikut serta berjalan bersisian dengan Sera.

Sesekali Axel melirik Sera dengan sebuah senyum menggoda. Hingga di suatu kesempatan, tiba-tiba tangan Axel meraih tangan Sera dan menggenggamnya erat.

Sera melotot, menarik tangannya agar lepas. Namun, Axel pura-pura tidak melihat malah mempererat genggamannya.

Hingga tiba-tiba Regan memutar tubuhnya dan langsung melihat mereka berdua.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 110 Amarah dan Ambisi

    “Iya benar, Nona. Ada keperluan apa Anda mencari mereka?” tanya karyawan tersebut kemudian.Sophie menoleh, menatapnya dengan tajam. Wajahnya terlihat tegang dan sangat merah. Ia kesal, kenapa karyawan Axel tidak tahu siapa dia sebenarnya? Apa selama ini Axel dan Regan memang belum memberitahu posisinya di sini?Belum sempat Sophie menjawab, tiba-tiba Jody berjalan menghampiri. Dia mengenal Sophie dan langsung menyapanya.“Nona Sophie, kebetulan sekali bertemu di sini?”Karyawan yang bertanya tadi langsung menoleh ke Jody.“Loh, Anda mengenal Nona ini, Tuan Jody?”Lagi-lagi kalimat itu membuat murka Sophie. Entah mengapa dia merasa tidak diinginkan di sini.Jody yang tadinya berwajah ceria dengan senyum terkembang menyambut Sophie, seketika terdiam. Ia menelan ludah beberapa kali sambil menganggukkan kepala. Sesekali Jody memperhatikan ekspresi Sophie. Wanita cantik itu seperti hendak makan orang sa

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 109 Axel Berulah

    Axel terjaga saat sinar mentari menerpa wajahnya melalui tirai balkon kamar Sera. Perlahan ia membuka mata sambil memperhatikan sekitar. Ia ingat jika semalam tidak tidur di kamarnya sendiri.Ia juga ingat jika sempat muntah sebelum tidur dan itu sebabnya saat ini ia terbangun dengan hanya mengenakan boxer saja.Axel mengulum senyum sambil melirik ke sebelahnya. Sudah tidak ada Sera di sana, tapi ia mendengar dengan jelas suara air di kamar mandi.Tak berapa kama kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Sera keluar dari sana dengan hanya mengenakan bathrobe.“Kamu sudah bangun?” sapa Sera.Axel tersenyum sambil mengangguk. Tampangnya berantakan, rambutnyan acak-acakan, tapi aroma alkohol tidak tercium dari tubuhnya. Bisa jadi Sera sudah membersihkannya semalam. Axel tidak ingat.“Terima kasih semalam kamu sudah ---”Axel tidak meneruskan kalimtanya, tapi sudah melirik setumpuk baju dengan bekas muntahannya.

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 108 Axel yang Rapuh

    Sementara itu di waktu yang sama, terlihat Axel duduk menyendiri di sudut sebuah bar. Ada beberapa botol minuman dan gelas yang sudah kosong tergeletak di atas meja tepat di depannya.Pria tampan itu duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya. Kedua tangannya terentang sepanjang sofa dengan salah satu tangan memegang gelas berisi minuman. Tatapan matanya kosong dengan bibir yang sangat merah.Visual Axel yang menawan tentu saja langsung menarik perhatian beberapa pengunjung di sana. Seorang wanita cantik nan seksi datang menghampiri dan langsung duduk di samping Axel.“Hai, Ganteng!! Mau aku temani?” sapa manis wanita seksi itu.Axel tidak bereaksi tapi matanya sudah menyapu wanita yang duduk di sampingnya. Rambutnya pirang dengan make up yang tebal. Ia mengenakan of shoulder blus dengan rok yang super ketat. Tak ayal paha mulusnya langsung terekspos saat duduk menyilang kaki.Wanita itu tersenyum saat melihat Axel tertarik padanya. Perlahan tangannya terulur mengelus paha Axel.“Aku

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 107 Pertikaian Dua Pria

    “Sesuai amanat Mama dan nenekmu, jika kamu menolak perjodohan ini. Maka, kamu harus melepaskan semua fasilitas dari keluarga ini,” ujar Regan.Axel hanya diam. Ia sudah tahu soal hal ini, tapi meski begitu Axel berharap keinginannya terwujud.“Perusahaan, mobil, apartemen, hak waris bahkan namamu akan dicoret dari keluarga ini. Apa itu yang kamu inginkan, Axel?”Belum ada jawaban dari Axel. Ia hanya diam menggigit gigi sambil menatap tajam Regan. Banyak amarah dan kekesalan yang sedang ditahan oleh Axel.Regan tersenyum saat melihat reaksinya.“Papa tahu kamu marah, tapi itulah yang diinginkan keluarga kita. Nenek dan mamamu sudah mengatur perjodohan ini, Xel. Apa kamu tega menghancurkan impian mereka?”“Papa yakin kamu sangat menyayangi mamamu dan tahu bagaimana cara menunjukkan pengabdianmu sebagai anak. Ya … meskipun sekarang mamamu tidak dapat menyaksikannya, tapi Papa yakin ia pasti senang di alam sana.”Axel membisu, kepalanya menunduk dengan wajah sayu. Dia selalu melankolis jik

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 106 Ancaman Regan

    Regan tercengang kaget mendengar jawaban Axel. Ia memang tidak akrab dengan Axel, tapi Regan juga tidak menduga Axel akan berkata seperti ini.Tanpa menunggu jawaban dari Regan, Axel sudah mengakhiri panggilannya. Regan menghela napas panjang sambil meraup wajahnya.“Aku tidak akan membiarkan perjodohan ini batal. Axel harus menikah dengan Sophie!!!” tandas Regan.Di waktu yang sama, Sera tampak sibuk dengan aktivitasnya. Ia fokus mengerjakan semua tugas yang diminta Axel tadi. Saking sibuknya, ia bahkan tidak menyadari saat Axel menyelinap masuk melalui connecting door.“Kamu marah padaku?” Tiba-tiba suara Axel mengusik keheningan Sera.Sera menghentikan pekerjaannya dan menoleh ke Axel.“Untuk apa aku marah?” Bukannya menjawab, Sera malah balik bertanya.Axel menghela napas, berjalan mendekat kemudian duduk di meja menghadap Sera.“Aku tidak suka dia. Bahkan aku sudah meminta Nenek membatalkan perjodohanku dengannya. Namun, belum sempat mengambil keputusan Nenek sudah sakit seperti

  • Terperangkap Hasrat Anak Tiriku   Bab 105 Penolakan Axel

    “Apa??” tanya Axel.Pria tampan itu terkejut begitu mendengar jawaban Sophie. Sophie tersenyum sambil menggerakkan tubuhnya dengan gemulai.“Aku rasa Om Regan ingin kita bekerja sama, Xel. Bukankah nantinya kita akan jadi pasangan.”Mata Axel membola dan gegas bangkit dari duduknya. Sesekali ia melirik Sera yang duduk diam di depannya.“Aku gak butuh bantuanmu. Semua divisi di sini terisi semua. Lantas kamu mau di bagian apa?”Sophie berdecak turun dari meja, berjalan gemulai mendekat ke Axel. Lalu tanpa malu, Sophie langsung merengkuh pinggul Axel dan memeluknya.“Kamu kan bosnya, Babe. Apa tidak bisa memberi aku posisi di sini?”Axel berdecak, memalingkan wajah sambil mendorong tubuh Sophie menjauh. Terlihat sekali kalau dia tidak nyaman dengan ulah Sophie. Sera masih bergeming di posisinya. Ia sendiri tidak tahu mengapa kakinya tiba-tiba membeku dan tak bisa digerakkan.“Tante Sera saja bisa kamu beri posisi penting. Kenapa aku tidak, Babe? Aku kan calon istrimu.”Axel mendorong So

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status