Danish menarik senyum tipis. Nyaris tidak terlihat. Merasa tergelitik dengan pertanyaan Isha. Merasa lucu dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Isha.“Aku akan ke kamarmu untuk melakukannya. Jadi tenanglah. Sekali pun kita tidak tinggal satu kamar, kita masih bisa melakukannya.” Dia mencoba menjelaskan.Isha akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaannya itu.“Apa kamu begitu ingin tidur di kamarku?” tanya Danish menyeringai.“Bukan begitu hanya saja ….” Isha mengantung ucapannya. Memilah kalimat yang pas untuk diberikan pada Danish. Isha seketika pucat ketika mendapat pertanyaan itu. Bukan itu yang diinginkan Isha. Dia hanya ingin segera memiliki anak. Jadi dia pikir jika tidur bersama akan membuatnya sering melakukan hubungan intim dengan Danish.Melihat wajah pucat dari Isha, membuat Danish ingin tertawa. Danish senang mengerjai Isha. Karena wajahnya selalu panik ketika dirinya bicara.“Aku akan pergi dulu. Ada urusan. Aku akan pulang sebelum malam.” Sayangnya, Danish tidak punya
Dino begitu terkejut ketika mendengar ucapan Isha. Tidak menyangka jika istri atasannya itu meminta hal itu.“Tapi, Pak Danish di luar kota, Bu.”“Iya, aku tahu. Makanya aku mau menyusulnya.” Suara Isha yang kekeh ingin pergi terdengar dari sambungan telepon. Terdengar keinginan Isha sudah bulat.“Saya hubungi Pak Danish dulu. Jika Pak Danish mengizinkan saya akan atur keberangkatan Bu Isha.”“Baiklah.” Dino segera mematikan sambungan telepon dengan Isha. Kemudian mencari kontak Danish di ponselnya. Dia haru menghubungi Danish lebih dulu untuk mengkonfirmasi. Sayangnya, teleponnya tidak kunjung diangkat oleh Danish. Dino yakin Danish sedang sibuk dengan pembukaan toko.“Kenapa?” Dina, istri Dino bertanya ketika melihat suaminya sedikit panik.“Istri Danish mau menyusul Danish.” Dino memberitahu istrinya.“Lalu apa masalahnya?”“Danish tidak mengangkat teleponku. Aku harus tanya dulu, apakah boleh istrinya menyusul.” Dino terus berusaha menghubungi Danish.“Wanita itu istrinya. Biarka
“Pak-Pak. Tolong jelaskan siapa saya.” Isha langsung berusaha untuk meminta tolong pada karyawan yang menjemputnya itu. Petugas keamanan yang begitu galak membuat otaknya seketika tidak bisa berpikir untuk menjelaskan siapa dirinya.“Iya, saya mengenal wanita ini.” Karyawan IZIO itu pun langsung menjawab pertanyaan petugas keamanan.“Siapa dia? Kenapa bisa berada di ruangan karyawan?” Petugas keamanan menatap karyawan tersebut.“Beliau istri Pak Danish.” Karyawan IZIO itu memberitahu.Petugas keamanan langsung terkejut ketika mengetahui siapa wanita yang hendak dibawanya ke ruang keamanan itu. Dengan segera dia menyingkirkan tangannya yang berada di lengan Isha.“Kamu yakin?” Petugas keamanan masih memastikan lagi.“Iya, saya yakin. Karena saya sendiri yang menjemput ke bandara.”Mendengar penjelasan itu membuat petugas keamanan begitu takut sekali. Dia tidak menyangka jika yang hendak ditariknya ke kantor keamanan adalah istri CEO IZIO Grup. “Maafkan saya, Bu. Maafkan saya. Saya bena
Isha menikmati lagu yang sedang ditunjukkan anak kecil di sebelahnya. Karena mendengarkan dengan airphone, suara lagu tersebut terdengar begitu nikmat sekali.“Wah … suara kamu bagus sekali.” Isha melepaskan airphone dan memberikan pada anak kecil.“Aku mau audisi. Jadi aku sedang banyak belajar.” Dengan percaya diri anak kecil itu bercerita.“Semoga kamu menang.” Isha membelai lembut rambut anak kecil itu.Di saat Isha sedang menikmati waktu bersama seorang anak kecil yang ditemui di kursi tunggu, Danish sedang sibuk mencari Isha. Danish mencari di setiap sudut toko sampai ke depan toko.Beruntung akhirnya dia mendapatkan Isha di kursi ruang tunggu. Tampak dia bersama anak kecil, tetapi anak kecil itu segera pergi. Meninggalkan Isha sendiri.Danish yang gemas dengan sang istri segera menghampiri. Dia langsung menarik tangan Isha. Membuat wanita itu cukup terkejut.“Pak Danish.” Isha mengulas senyum ketika akhirnya melihat Danish di depannya.“Apa kamu tidak dengar jika ada panggilan
Mendapati pertanyaan itu Isha jadi ragu untuk menjawab. Namun, tentu saja dia harus menjelaskan apa yang membuatnya datang mencari Danish.“Kita belum malam pertama. Jadi aku ke mencarimu untuk mengajakmu malam pertama.” Ragu-ragu Isha menjelaskan apa yang membuatnya datang mencari Danish.Danish menyunggingkan senyum di sudut bibirnya. Ternyata istrinya itu mencarinya jauh-jauh untuk meminta malam pertama.“Apa kamu sudah tidak sabar untuk malam pertama denganku?” Danish mengikis jarak di antara mereka.Melihat Danish yang semakin dekat membuat Isha benar-benar berdebar. Aroma parfum maskulin perpaduan aroma woody dan manisnya vanila. Tercium lembut dan menggoda.“Aku bukan tidak sabar. Aku ingin suamiku cepat keluar dari penjara.”Seketika tawa Danish terdengar. Tawa itu terdengar meledek sekali. “Apa kamu lupa jika dia adalah mantan suamimu?” tanyanya meledek. Dia merasa geli mendengar Isha memanggil pria berengsek yang sudah mengambil uang perusahaan itu dengan sebutan ‘suamiku’.
Isha membuka pintu kamar dengan segera. Tak mau sampai Danish lama menunggu. Tak mau kejadian di malam pertama kala itu terulang.Isha hanya membuka pintu sedikit saja, mengingat memakai bathrobe saja. Saat pintu terbuka, tampak Danish berada di balik pintu tersebut. Untuk sejenak Isha terpesona dengan Danish. Pria itu memakai baju santai dan tampak berbeda sekali. Tubuh Danish yang dibalut dengan kaos memperlihatkan bentuk tubuhnya.“Apa kamu akan diam saja dan tidak membuka lebar pintunya?” Danish melemparkan pertanyaan bernada sindiran.Buru-buru Isha membuka pintu kamarnya agar Danish dapat masuk. Tak mau membuat Danish kesal dan berujung membatalkan acara malam ini.Danish segera masuk ke kamar setelah Isha melebarkan pintunya. Aroma manis dari sabun tercium begitu enak ketika masuk. Danish menduga jika sepertinya Isha mandi dengan bersih seperti yang dia minta.“Sepertinya kamu benar-benar sudah bersiap.” Danish menyindir Isha.“Bukankah bagus jika aku cepat bersiap. Jika kita
Danish menikmati kucuran air yang mengguyur tubuhnya. Sesekali helaan napas berat mengiringinya ketika mengingat baru saja dia menikmati malam panas dengan Isha.“Maafkan aku,” gumam Danish seraya menyugar rambutnya.Ini adalah pertama kali setelah sekian lama dia tidak melakukan hubungan intim dengan wanita. Danish merasa ini adalah sebuah pengkhianat yang begitu berat dilakukan pada mendiang istrinya. Padahal Danish sudah berjanji jika dia tidak akan pernah menikah lagi. Tidak akan pernah menyentuh wanita selain istrinya. Namun, semua harus dilanggarnya demi memiliki keturunan.Sejak kematian sang istri, Danish memang menutup hatinya rapat-rapat hatinya. Sayangnya, desakkan keluarga membuat Danish tidak punya pilihan. Dia harus memberikan keturunan untuk keluarga Fabrizio.Pemilihan Isha sebagai alat untuk membuat anak adalah pilihan yang tepat baginya. Karena mereka punya kepentingan masing-masing. Danish hanya butuh anak, sedangkan Isha butuh suaminya bebas. Semua akan selesai jik
Baru juga Danish datang, sudah diberikan pertanyaan seperti itu. Temannya itu benar-benar menyebalkan sekali.“Sudah.” Danish menjawab singkat.Dino berbinar mendengar jawaban temannya itu. “Apa senjatamu berfungsi dengan benar?” Dino menatap Danish penasaran.Danish langsung melemparkan tatapan tajam. Merasa pertanyaan itu menghinanya sekali. “Kamu pikir aku sudah sejompo itu sampai milikku tidak berfungsi?” Dia benar-benar kesal sekali dengan temannya itu.“Bukan begitu, Nish. Kamu sudah cukup lama tidak melakukannya. Jadi aku memastikan apakah berfungsi dengan baik atau tidak. Jika tidak berfungsi dengan baik, aku siap mengantarkanmu untuk terapi.” Dino menyeringai menggoda temannya itu. Jika di kantor mungkin Dino tidak akan seberani ini, mengingat Danish adalah atasannya.“Sial.” Danish hanya bisa mengumpat. “Jelas saja milikiku masih bagus dan masih berfungsi dengan baik.”Dino hanya bisa tertawa melihat reaksi Danish. “Pasti sekarang tubuhmu sakit semua.” Dia masih terus meled