LOGIN“Brengsek sekali temanmu itu, siapa dia? Kelihatannya dia bukan orang sembarangan sehingga bisa menikahi wanita Hilton.” Rasa penasaran menyeret Karina semakin dalam. “Aaron Jones,” jawab Ricky datar menunggu reaksi Karina. Tubuh Karina menegang untuk sejenak, lalu tanpa curiga dia berkata, “Bukankah ini suatu kebetulan, aku bekerja di perusahaan Aaron Jones.” “Apa ...? Benarkah ...?” Ricky pura-pura terkejut mendengar penjelasan Karina. Karina mengangguk menyakinkan Ricky. “Bahkan saat ini aku sedang menangani pekerjaan yang seharusnya Tuan Aaron pegang karena dia sedang berbulan madu dengan istrinya,” jelasnya. Tangan Ricky terulur dan menggenggam tangan Karina. “Mungkinkah Tuhan mengirimmu padaku agar aku bisa membalaskan pengkhianatan temanku itu?” Mata Karina menatap tangan Ricky yang menggenggam tangannya, rasanya begitu hangat dan nyaman. Seakan Ricky adalah pria yang Tuhan kirimkan khusus untuknya karena baru kali ini dia merasa nyaman ketika berhubungan dengan seorang p
“Apakah aku tidak bisa tinggal bersamamu sampai kamu menikah nanti? Memastikan jika kamu menemukan pria yang tepat untuk hidup bersamamu? Memastikan jika kamu mendapatkan pria yang bertanggung jawab yang bisa membahagiakanmu?” Tanisa berusaha membujuk adiknya. “Selama Kakak masih tinggal di sini, aku tidak akan bisa menemukan pria yang bisa aku nikahi karena kamu selalu ikut campur dalam urusan pribadiku. Bahkan sampai saat ini aku masih perawan di saat teman-temanku sudah mempunyai banyak teman pria. Aku mohon padamu, izinkan aku tinggal sendiri dan mengambil keputusan sendiri atas hidupku,” pinta Karina. Tanisa menurunkan tatapannya lemah dan mendorong tangan Karina, menolak uang yang adiknya berikan. “Aku masih punya sedikit uang untuk hidupku sendiri. Pakailah uang itu untuk kebutuhanmu. Aku tahu, kamu masih membutuhkannya untuk membayar angsuran rumah ini dan kamu pun harus mencari makan sendiri jika aku tidak tinggal bersamamu lagi,” kata Tanisa lalu mengambil koper yang ada d
Dengan susah payah, Tanisa berusaha menjauhkan bibirnya dari bibir Ricky. “Apakah kamu sedang mabuk?” seru Tanisa ketika dia berhasil menjauhkan bibirnya. Dia bisa merasakan aroma minuman dari mulut pria itu. Bukannya menjawab, Ricky berusaha melumat bibir Tanisa kembali. “Lepaskan aku! Sadarlah! Aku Tanisa.” Tanisa berteriak berusaha menyadarkan Ricky, tapi pria itu mengabaikannya. Semakin Tanisa memberontak dalam dekapan Ricky, pria itu malah semakin marah. “Jangan munafik! Kamu kemarin menggodaku dan mengirim sinyal agar aku menyentuhmu, sekarang kenapa kamu berubah bersikap sok suci?” geram Ricky yang mengira jika wanita yang bersamanya kini adalah Karina. Dalam ingatan Ricky, malam itu Karina sempat menggodanya, tapi dia menolak karena merasa tidak ada rasa apa pun yang dia rasakan pada wanita itu. Bahkan dia sama sekali tidak bergairah Karina. Yang mengejutkan, malam ini perasaan yang berbeda dia rasakan. Tiba-tiba saja dia merasa bergairah pada wanita yang bersamanya. Apa
“Anda Nyonya Hilton ...? Maafkan saya karena tidak mengenali Anda. Saya senang dan berterima kasih, Anda mempercayai toko daging saya. Tidak masalah bekerja lembur, saya senang melakukannya,” balas Tanisa. “Kamu selalu memberikan daging yang terbaik dan selalu jujur menyediakan apa yang kami butuhkan, itulah yang membuatku senang dan percaya dengan tokomu. Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku hanya ingin membuat susu untuk anakku,” ujar Catelyn. “Baik Nyonya,” kata Tanisa lalu melanjutkan pekerjaannya. Setelah berbincang sebentar, mereka mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Catelyn melanjutkan pestanya dan menikmati kebahagiaan bersama suaminya, memulai kehidupan baru mereka sebagai sepasang suami istri, sedangkan Tanisa pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ketika Tanisa turun dari bus dan berjalan dari halte menuju tokonya, tanpa sengaja dia melihat Ricky dan Karina turun dari mobil mewah pria itu, mereka masuk ke sebuah bar. Ingin mengetahui apakah Ricky pria yang baik atau
Di kantor, Karina bergegas lari masuk ke ruang kerja. Baru saja dia duduk, seseorang mengetuk pintu ruangannya “Masuk …!” ucap Karina mengizinkan orang itu menemui dirinya. “Ada apa?” tanya Karina yang melihat salah satu rekan kerjanya yang datang. “Tuan Aaron ingin bertemu denganmu,” jawab rekan kerjanya. “Baiklah, aku akan ke ruangannya sebentar lagi.” Setelah menyuruh rekan kerjanya pergi, Karina mengambil sisir dan cermin dari dalam tasnya. Dia memastikan jika penampilannya sudah baik. Apalagi dia sempat berlari terburu-buru dan membuat rambutnya berantakan. Sebelum memasukkan kembali sisir dan cerminnya ke dalam tas, dia memastikan kembali penampilannya. Siapa tahu bosnya yang tampan itu melirik padanya karena yang dia tahu jika bosnya tidak pernah jalan bersama seorang wanita mana pun. Setelah yakin dengan penampilannya, dengan langkah anggun dia pergi untuk menemui Aaron. “Apakah Tuan memanggil saya?” tanya Karina ketika sudah berada di hadapan pria itu. “Ya, benar. Aku
Ricky yang tidak mau membuat masalah tambah besar, hanya menatap kedua wanita itu pergi menjauh, tanpa berkomentar apa pun lagi. Bagaimana ada seorang kakak yang begitu mengatur kehidupan adiknya, bahkan sampai kehidupan pribadinya? Penasaran dengan hal tersebut, Ricky kembali ke meja di mana teman-teman Karina masih ada di sana. “Apakah kalian melihat kejadian barusan?” tanya Ricky pada para wanita di depannya, mereka pun mengangguk mengiyakan. “Siapa wanita yang menyeret Karina?” tanya Ricky. “Malaikat pelindung Karina,” ujar teman-teman Karina yang kemudian tertawa mengejek wanita yang mereka katakan malaikat pelindung itu. Ricky mengerutkan kening semakin penasaran dengan hal tersebut. “Wanita itu kakak Karina, dia sangat protektif terhadap adiknya yang membuat Karina terkekang hingga sampai sekarang Karina belum mempunyai kekasih. Karina seperti putri yang dipingit, tidak boleh pulang setelah lewat jam 12 malam. Membatasi pergaulan Karina dan melarang Karina berhubungan denga







