Gus Fatur sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kiayi Musthofa yang merupakan ayahnya sendiri. Hampir setengah gelas teh yang dihidangkan di atas meja. Sudah nyaris habis diminum olehnya. Entah Gus Fatur yang sedang haus, atau memang dia mulai tegang. Sebab hari ini adalah keputusan yang akan diambil oleh kiayi Musthofa dalam izin pembangunan vila di belakang pesantren.
Gus Fatur terlihat begitu sumringah, saat kiayi Musthofa yang diantar oleh Khadijah datang menemui dirinya. Gus Fatur yang tidak ingin kehilangan momen untuk bisa membuat ayahnya setuju dengan keinginan dari dirinya. Bersikap begitu ramah. Dia pun langsung menghampiri kiayi Musthofa untuk menggandengnya duduk di atas kursi, samping Gue Fatur.Khadijah yang tidak setuju dengan pembangunan vila. Terlihat kurang senang melihat cara Gus Fatur yang berusaha merayu ayahandanya. Apalagi cara yang dilakukan oleh Gus Fatur adalah cara klasik orang-orang munafik. Khadijah pun mulai menunjukkan sikap yang begitu tegas dalam melihat sikap Gus Fatur yang sedikit berlebihan."Kenapa sikap baikmu di tunjukkan hanya saat ada keinginanmu untuk mendapatkan sesuatu, toh Mas Fatur." ucap Khadijah dengan wajah sinis."Jaga bicaramu baik-baik. Aku tidak pernah merubah sikapku. Aku hanya memperlakukan Abi seperti apa yang harus aku lakukan." balas Gus Fatur sedikit emosi."Tapi caramu biasanya tidak seperti ini. Bukankah kamu ingin melobi Abi. Sehingga Abi mau menandatangani surat perizinan pembangunan vila di belakang pesantren? Aku sudah membaca gerak-gerikmu." ucap Khadijah tetap dengan wajah sinisnya.Gus Fatur tentu saja semakin emosi dengan apa yang dikatakan oleh adiknya sendiri. Ia sama sekali tidak menyangka, jika adiknya akan berkata kurang sopan pada dirinya. Perkataan yang tentu saja kurang di sukai oleh Gus Fatur.Kiayi Musthofa segera meredam emosi dari Gus Fatur yang sudah mulai naik. Beliau tidak ingin kedua anaknya bertengkar. Sehingga akan menimbulkan masalah yang cukup pelik. Kiayi Musthofa pun meminta Gus Fatur dan Khadijah untuk tidak kembali beradu mulut di hadapannya.Gus Fatur mulai tenang, tetapi Khadijah tetap membuat Gus Fatur naik pitam. Wajah sinis, di tambah dengan ucapan yang sedikit menyindir. Sedikit membuat Gus Fatur marah. Gus Fatur pun semakin emosi di buat Khadijah."Aku punya hak untuk menamparmu. Jika kamu bersikap kurang ajar denganku." tegas Gus Fatur."Tampar saja. Aku sama sekali tidak takut tanganmu itu menamparku. Sama sekali aku tidak takut. Aku hanya memperjuangkan moral di lingkungan pesantren. Jadi aku sedang berjihad dengan caraku. Berjihad melawan kemerosotan moral yang mungkin saja akan terjadi saat vila itu di bangun." ucap Khadijah dengan penuh keyakinan.Merasa sudah keterlaluan, Gus Fatur pun langsung melayangkan tangan kanannya untuk menampar wajah Khadijah. Tetapi sebelum tangan Gus Fatur mengenai wajah Khadijah. Gus Fiment yang merupakan anak kedua dari kiayi Musthofa. Menghentikan aksi dari kakaknya tersebut. Dia pun langsung menahan tangan Gus Fatur dalam menampar wajah Khadijah."Apa semua persoalan harus di selesaikan dengan kekerasan?" tanya Gus Fiment dengan tatapan tajam.Gus Fatur segera menarik tangannya dari cengkraman kuat Gus Fiment. Wajah Gue Fatur pun semakin terlihat kurang nyaman dengan kedatangan dari Gus Fiment. Sebab Gus Fiment juga bagian dari pihak yang menolak keberadaan dari vila. Gus Fiment merasa vila yang akan di bangun, berpotensi menjadi tempat maksiat. Sama halnya dengan apa yang dikhawatirkan oleh Khadijah.Gus Fiment duduk di samping Khadijah. Gus Fiment pun siap mengutarakan sikap yang akan diberikan pada proyek pembangunan vila. Selama ini Gus Fiment adalah sosok yang kurang tertarik membahas proyek vila. Tetapi ia kini sudah yakin dalam memberikan sikap untuk pembangunan vila di belakang pesantren."Apakah kamu sudah memiliki pandangan tentang vila?" tanya kiayi Musthofa pada Gus Fiment."Bismillahirrahmanirrahim. Saya sudah memiliki pandangan saya Abi. Insyaallah ini akan menjadi pandangan yang sudah tepat." jawab Gus Fiment dengan penuh keyakinan."Lantas apa pandanganmu?" tanya Gus Fatur dengan sedikit sewot."Aku menolak pembangunan vila di belakang pesantren. Sama seperti apa yang di khawatirkan oleh Khadijah. Aku pun merasa pembangunan vila. Hanya akan menimbulkan masalah besar di masa mendatang untuk kita. Aku takut itu akan merusak moral warga desa. Begitu juga dengan anak-anak yang ada di pesantren. Sebab menurut pengembang, tidak hanya vila saja. Tetapi ada beberapa tempat hiburan yang akan di bangun juga. Aku khawatir itu akan menjadi sarang maksiat." terang Gus Fiment penuh keyakinan.Khadijah yang khawatir Gue Fiment akan memiliki sikap yang sama dengan Gus Fatur. Terlihat mulai tersenyum mendengar penjelasan dari Gus Fiment. Penolakan yang Gus Fiment lakukan pada program pembangunan vila. Memang menjadi sebuah hal yang di harapkan oleh Khadijah.Gus Fatur tentu tidak terima dengan penolakan yang di lakukan oleh gus Fiment. Dia merasa kekhawatiran yang dirasakan oleh gus Fiment berlebihan. Tidak seharusnya gus Fiment memiliki pandangan seperti itu. Sehingga gus Fatur pun merasa kecewa dengan penolakan yang di lakukan oleh gus Fiment."Kalian berdua itu memang tidak paham soal kemajuan. Seharusnya kalian berdua itu menerima kemajuan di desa ini. Bukan berpikiran buruk seperti itu. Sudah seharusnya pemikiran kalian di upgrade. Sehingga kalian tidak akan menjadi seorang yang tidak paham akan kemajuan." ucap gus Fatur dengan penuh rasa kecewa."Kami bukan menolak kemajuan. Tetapi kami hanya menyelamatkan penduduk desa dari maksiat yang mungkin saja di lakukan. Jadi jangan pernah berkata kami tidak pernah mau kemajuan. Sehingga mas Fatur berkata demikian," bantah Khadijah dengan tegas.Gus Fatur yang merasa sudah kalah, langsung melempar proposal yang ada di tangan kanannya. Dia melempar proposal itu, seraya berkata. "Dasar orang-orang munafik. Di ajak maju tidak pernah mau."Mendengar ucapan dari gus Fatur, Khadijah tidak terima. Dia berniat untuk membalas ucapan dari gus Fatur. Tetapi gus Fiment dan kiayi Musthofa langsung menenangkan Khadijah. Mereka meminta Khadijah untuk lebih tenang lagi. Tidak harus terlalu memusingkan persoalan yang ada. Sikap gus Fatur hanya di pengaruhi oleh emosi sesaat. Sehingga tidak harus di lawan dengan kemarahan juga.Gus Fatur pergi dengan membawa kekecewaan. Di mana ini adalah kekecewaan yang cukup mendalam dirasakan oleh gus Fatur. Tidak mengerti dengan sikap dari kedua adik serta ayahnya sendiri. Padahal gus Fatur berharap gus Fiment dan Khadijah akan menerima pembangunan vila. Sehingga akan ada kemajuan yang akan berlangsung di desa. Bukan justru sebaliknya, gus Fiment dan Khadijah justru menolak pembangunan vila yang akan di. bangun di belakang pesantren. Hal yang membuat gus Fatur naik pitam.Dini terlihat begitu cantik saat mengenakan kebaya berwarna putih. Begitu juga dengan Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan jas berwarna hitam serta kemeja putih. Tidak lupa, sarung dengan kualitas bahan yang prima di kenakan oleh Gus Fiment. Itu semakin membuat Gus Fiment terlihat begitu tampan. Hal yang tidak pernah di duga oleh banyak orang.Beberapa Santriwati mulai tertarik dengan penampilan dari Gus Fiment yang terlihat mempesona. Mereka tidak jemu melihat bagaimana seorang Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan gaya maskulin yang terlihat begitu berwibawa. Penampilan ciamik yang di perlihatkan oleh Gus Fiment. Semakin membuat banyak santriwati tertarik akan ketampanan dari Gus Fiment.Seorang penghulu sudah di siapkan untuk mewakili pak Suprapto sebagai wali dari Dini. Penghulu itu terlihat sudah begitu siap untuk mengawal pernikahan dari Gus Fiment dan Dini.Khadijah serta anggota keluarga lainnya juga, sudah tidak sabar untuk segera menyaksikan ijab qobul yang
Datang dengan kiayi Musthofa dan Khadijah. Gus Fiment tampil gagah dengan sebuah baju Koko serta celana panjang hitam. Tidak lupa, peci hitam semakin menambah ketampanan dari Gus Fiment di malam ini. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya pada Dini. Gus Fiment datang ke rumah Dini dengan modal nekat saja. Ini kesempatan yang cukup bagus. Mengingat masih ada kembaran dari Dini, yakni Deni. Begitu juga dengan pak Suprapto yang belum pulang ke rumahnya di Jakarta.Tiba di depan rumah Dini, Gus Fiment dengan suara merdunya mulai mengucapkan salam. Ada sedikit rasa gugup yang di rasakan oleh Gus Fiment. Tetapi dia tetap percaya diri untuk bisa mendapatkan cinta Dini. Meminang Dini sebagai istrinya.Dini langsung di buat terkesima dengan penampilan dari Gus Fiment. Dini melihat penampilan dari Gus Fiment begitu mempesona. Apalagi Dini menyukai peci hitam yang di kenakan oleh Gus Fiment. Peci itu begitu ciamik berpadu dengan baju koko yang di kenakan oleh Gus Fiment. Semakin memperlihatkan bagai
Ikhlas, tetapi sakit hati tetap di rasakan oleh seorang Fachri. Di sadar, tidak mungkin dirinya akan memaksa Dini untuk bisa cinta pada dirinya. Tidak mungkin juga bagi seorang Fachri untuk bisa mendapatkan cinta dari Dini. Tentu ada pertimbangan yang harus di lakukan oleh Dini akan Fachri. Itu hal yang tidak mudah. Tetapi Fachri selalu berusaha untuk tetap tegar dengan segala hal yang di rasakan. Menikmati semuanya dengan ikhlas. Sekali pun untuk tetap di posisi ikhlas bukan hal yang mudah. Mengingat banyak hal yang sudah di lakukan dengan Dini. Menghapus sebagian kenangan dengan Dini adalah bagian paling sulit yang tidak bisa dengan mudah di lakukan oleh Fachri.Fachri sudah tiba di Mesir dengan versi dia yang baru. Fachri berharap sudah tidak ada lagi rasa sakit yang di rasakan oleh Fachri seperti apa yang di rasakan oleh dirinya saat berada di Indonesia. Bertemu dengan Dini adalah hal yang paling menyakitkan bagi seorang Fachri. Tidak heran dia begitu merasa terbebani saat kembali
Khadijah terlihat begitu santai dengan sebuah buku di tangan kanannya. Begitu juga dengan kiayi Musthofa, yang terlihat menikmati suasana sore ini dengan sebuah buku tebal. Hobi keduanya yang sama-sama membaca, membuat suasana sore mereka di habiskan untuk membaca buku dari penulis terkenal di dunia. Melihat suasana sore yang hangat. Ini akan menjadi kesempatan yang cukup baik bagi Gus Fiment untuk bisa berdiskusi dengan mereka berdua. Tidak hanya diskusi kecil saja. Melainkan sebuah saran di harapkan oleh Gus Fiment dari keduanya. Permintaan dari Fachri tentu bukan permintaan yang biasa. Di mana Fachri menitipkan seorang Dini pada Gus Fiment. Fachri berharap Gus Fiment bisa menjaga seorang Dini seperti apa yang di minta oleh Fachri. Itu tugas yang tidak mudah. Tetapi Gus Fiment akan tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik dari permintaan seorang Fachri.Gus Fiment terlihat malu-malu saat tiba-tiba duduk di samping Khadijah. Pandangan matanya tidak mampu menatap ke arah Gus kia
Pak Suprapto sudah merapikan seluruh pakaiannya ke dalam koper. Ini adalah hari terakhir dia berada di desa. Di mana pak Suprapto siap kembali ke kota untuk menjalani kehidupan sebagai orang kota. Sudah rasanya bagi pak Suprapto untuk berada di desa. Menikmati setiap panorama yang ada di desa. Ini pengalaman yang paling menyenangkan di rasakan oleh pak Suprapto. Sehingga ia merasa ini adalah hal yang cukup menyenangkan untuk di rasa.Dini terlihat bersedih, saat melihat Deni sudah mulai memanaskan mobilnya. Deni siap kembali pulang ke kota, membawa pak Suprapto juga dalam perjalanan ke rumahnya tersebut. Hal yang cukup membuat Dini merasa sedikit kehilangan dengan kepulangan keduanya."Apa kamu tidak mau tinggal seminggu lagi di sini. Aku masih pengen sama Ayah," ucap Dini dengan begitu sedih."Pekerjaan Ayah siapa yang akan urus di sana. Posisi Ayah penting di perusahaan, makanya Ayah harus selalu ada di perusahaan. Tidak boleh hilang dari peredaran," ucap Deni dengan tegasnya."Tapi
Fachri berpelukan pada setiap anggota keluarganya, begitu pesawat yang akan membawa dirinya terbang. Dia meneteskan air mata pada setiap orang yang di peluknya. Memohon doa keselamatan yang akan di jalani oleh Fachri. Tentu ini akan menjadi perjalanan yang cukup panjang di tempuh oleh Fachri. Hal yang tidak biasa akan di lakukan oleh Fachri. Perjalanan yang tidak semestinya mungkin akan di lakukan oleh Fachri secara berjam-jam. Perjalanan jauh itu akan memakan waktu yang cukup panjang. Pelukan Fachri cukup lama di kiayi Musthofa. Beban berat di berikan oleh kiayi Musthofa pada seorang Fachri. Di mana Kiayi Musthofa berharap Fachri akan menjaga nama baik dari keluarga besarnya selama di Mesir nanti. Begitu juga dengan hal lain yang harus bisa di lakukan oleh Fachri. Dia harus bisa melakukan segala hal dengan sebaik mungkin. Sehingga tidak akan ada hal baru yang akan datang pada seorang Fachri. Itu cukup berkesan bagi Fachri, sehingga air matanya tidak berhenti menetes. Fachri terliha