Share

Wajah Dingin Berhati hello Kitty

Keesokan harinya

"Kamu ngapain masih di sini? Ini sudah masuk jam Kantor," sahut pemuda itu saat dia melihat Sara sedang kebingungan di pinggir jalan.

Sontak gadis itu terkejut dan langsung menoleh ke samping, terlihat bos tampannya dengan wajah dinginnya itu.

"Ck, heran itu wajah apa kulkas, dingin banget" lirihnya memalingkan wajahnya sejenak lalu dia menoleh kembali ke arah sang bos dengan kikuk.

"Saya ketinggalan Bis Pak Bos, sekarang sedang cari angkutan umum," sahutnya santai sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Bryan sempat terdiam sejenak dan dia memberi isyarat gadis itu untuk masuk ke dalam mobil.

Sara tentu bingung dengan gelagat aneh bosnya itu. Membuat Bryan berdecak sebal.

"Masuk, mau sampai kapan kamu di sini? Ingat, saya tidak suka kalau ada karyawan telat masuk Kantor. Untuk kasus kamu hari ini, saya beri keringanan," sahutnya santai tetap dengan tatapan datarnya.

Ingin Sara mengumpat tapi dia harus sabar, "Ngomong dong Pak, kan saya ga paham Bapak kasih kode gitu. Saya kira Bapak sakit struk," sahutnya sambil memperagakan saat tadi Bryan memberi isyarat masuk ke dalam mobil dengan gestur tubuhnya.

Bryan hanya diam saja dan gadis itu masuk ke dalam mobil, pemuda itu langsung menancapkan gas setelah gadis itu masuk ke dalam mobilnya.

Suasana hening di dalam mobil, gadis itu yang bingung harus apa memilih untuk memainkan ponselnya.

Saat sedang asik memainkan ponselnya dia dikejutkan oleh pemuda itu yang tiba-tiba berhenti mendadak.

"Astaga, kenapa tiba-tiba berhenti mendadak Pak?" tanyanya kaget sambil memegang dadanya. Untung saja mereka menggunakan sabuk pengaman.

Bryan hanya diam saja, dia ke luar dari mobil membuat Sara mengerutkan keningnya, dia melihat ke sekeliling tidak ada yang aneh sampai gadis cantik itu melihat Bryan membantu ibu-ibu dengan tongkat menyeberangi jalan.

Ibu-ibu itu terlihat berterima kasih pada pemuda tampan itu dan dia baru kali ini melihat senyuman pemuda itu yang membuatnya sedikit terpesona.

"Bisa senyum juga dia ternyata, ganteng banget lagi pas senyum," monolognya, lalu Sara melihat pemuda itu langsung merubah ekspresi dalam beberapa detik saat menoleh ke arahnya.

Membuat gadis itu menggelengkan kepalanya, "Serem banget dia bisa merubah ekspresinya dalam waktu singkat, tapi dia termasuk baik juga ya. Gentleman gitu," monolognya lagi sambil senyum-senyum.

"Kenapa senyum-senyum gitu? Ada yang lucu?" tanya pemuda itu datar, dia bingung saat masuk ke dalam mobil melihat gadis itu yang senyum-senyum sendiri.

Sara yang terkejut langsung terdiam dan menggelengkan kepalanya, bahkan dia berdehem singkat.

Bryan hanya diam saja dan kembali tancap gas menuju ke Kantor. Ini sudah cukup telat untuknya karena sudah jam setengah 9 pagi.

Tak lama mereka sampai dan Sara turun di depan lobi sedangkan pemuda itu lanjut memarkirkan mobil di basement.

Sara masuk ke dalam lobi dan dia bingung karena banyak orang yang bisik-bisik sambil melihat ke arahnya.

Gadis cantik berambut panjang itu melihat penampilannya tidak ada yang aneh, Sara memilih menghiraukannya dan berjalan menuju ke arah lift, baru dia akan menekan tombol lift ke atas.

Teman kantornya itu membuatnya terkejut karena dia menahan sebelah tangan mungil gadis itu dan menariknya menjauh dari lift.

"Astaga Tiara, kamu bikin aku kaget aja. Kenapa sih!" sahutnya kesal karena dia terkejut.

Tiara tidak mendengarnya, malah menatap sekitar dan menoleh kembali ke arah gadis itu.

"Kamu tadi berangkat sama Pak Bryan?" tanya gadis itu, Sara dengan polosnya mengangguk.

Tiara yang mendengar itu merasa takjub, "Kenapa sih? Lebay banget," sahut gadis itu kesal sambil memutar matanya malas.

"Kamu tau kan kalau Pak Bryan itu dingin?" Sara mengangguk, "Kok bisa kalian bareng? Doi susah dideketin, rata-rata cewe keburu menciut duluan sama tatapan datar dan dinginnya walaupun dia memang ganteng," Sara hanya diam saja sambil mengecek jam tangannya.

"Nanti aja kalo mau cerita, aku harus naik atau kena omel nanti, kalau engga kamu datang aja ke ruangan aku ya, bye," sahut gadis itu berjalan cepat menuju ke arah lift dan langsung menekan tombol ke atas.

Untungnya sepi dan lift langsung terbuka, dia langsung masuk ke dalam dan menekan tombol lantainya.

Dia menggigit kukunya dan perasaannya gelisah karena takut bos tampannya itu sudah sampai duluan di atas dan tidak melihatnya.

"Mati kalo dia tau aku baru naik," monolognya sambil mengetuk sepatu pantofel nya, tak lama lift terbuka dan Sara langsung menuju ke arah ruangannya.

Dia menoleh ke arah ruangan Bryan dan menghela nafas panjang karena tidak melihat pemuda itu di sana.

Baru saja Sara akan menoleh ke arah kanan dia sudah mendengar suara deheman dari belakang punggungnya membuatnya menelan salivanya kasar.

Lalu Sara menoleh ke arah Bryan yang memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celananya.

Dia mengisyaratkan gadis itu untuk masuk ke dalam ruangannya, pemuda berwajah tegas itu duluan masuk ke dalam ruangannya disusul dengan gadis itu.

Setelah Sara menutup pintu ruangan Bryan, gadis itu mengikuti pemuda itu dengan menundukkan kepalanya dan memainkan tangannya.

Bryan yang kelakuan polos gadis cantik itu tersenyum tipis, dia gemas dengan gadis di depannya. Pemuda itu langsung merubah ekspresinya dan kembali berdehem.

"Kenapa bisa ketinggalan Bis tadi? Memangnya tidak bisa pakai taksi?" tanyanya to the point.

"Saya tadi beres-beres rumah dulu dan bantu Nenek-nenek di jalan dekat rumah makanya ketinggalan Bis, mahal Pak kalau naik Taksi, saya belum gajian," sahutnya polos.

Bryan hanya menggelengkan kepalanya saja mendengar ucapan polos gadis itu, "Ya sudah kalau begitu, kembali bekerja. Lain kali jangan sampai telat. Kali ini saya toleransi selanjutnya tidak saya toleransi" gadis itu menganggukkan kepalanya.

Dia masih menundukkan kepalanya tidak menatap pemuda itu, "Sopan saya berbicara dengan kamu yang tidak menatap wajah saya?" gadis itu menggelengkan kepalanya.

Sara langsung mengangkat wajahnya menatap pemuda itu, "Maaf," cicitnya.

Pemuda itu hanya diam saja dan Sara pamit undur diri, setelah gadis itu keluar dari ruangan Bryan dia menghela nafas lega.

"Galak banget padahal dia ga bentak, naikin suaranya aja engga. Karena sikapnya yang dingin yang bikin aku takut," sahutnya sambil bergidik ngeri.

Gadis itu memilih segera masuk ke dalam ruangannya karena kerjaannya menumpuk. sesekali dia meringis karena memar di lehernya. dan luka di jarinya.

"Sebenarnya dia siapa? kenapa aku dibilang sudah membunuh orang? siapa Fanya?" monolognya sambil duduk di mejanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status