"Itu leher kamu kenapa?" tanya Tiara khawatir.
"Kemarin tiba-tiba ada orang aneh yang langsung mencekik aku terus bilang, aku masih bisa hidup baik-baik saja setelah menghilangkan nyawa Fanya, Fanya anaknya siapa aku aja ga tau" sahutnya santai. Tiara yang mendengar itu langsung terdiam, Sara yang melihat Tiara diam saja mengerutkan keningnya. Baru saja dia akan mengeluarkan suara, Sara mendapatkan notifikasi Wa dari atasannya. Bryan tau kalau ada Tiara di sana, dan dia membiarkannya saja karena yang dia lihat gadis itu tetap bekerja dan sepertinya Tiara membantu pekerjaan gadis itu. "Beb, aku ke ruangan Pak Bos dulu ya, kenapa aku takut ya? Apa aku mau diomelin lagi," sahutnya sambil menyimpan file-filenya terlebih dulu. "Tolong liatin dan cek apa sudah disimpan atau belum file-filenya aku takut lupa" sahutnya sebelum membuka pintu. Tiara menganggukkan kepalanya dan gadis itu keluar dari ruangannya menuju ke ruangan Bryan. "Ada apa ya Pak?" tanya gadis itu setelah menutup pintu ruangannya dan berjalan ke arah pemuda itu. "Kenapa ada Tiara di sana? Kamu panggil dia?" tanya pemuda itu datar. Gadis itu sudah menelan saliva kasar setelah mendengar pertanyaan pemuda tampan di depannya. "Maaf Pak sebelumnya, saya manggil dia untuk meminta tolong membantu pekerjaan saja. Jujur saja pekerjaan saya memang cukup banyak hari ini dan saya sedikit kewalahan," sahutnya sambil menggigit bibir bawahnya. Dan tangannya terlihat memainkan ujung bajunya, Bryan hanya menganggukkan kepalanya. "Memang ga etis minta ini ke Bapak disaat saya baru saja masuk kerja, hmmm boleh ga kalau saya minta orang satu lagi untuk membantu saya?" cicitnya takut-takut. Bryan langsung menganggukkan kepalanya membuat gadis itu langsung bingung, dia pikir dia akan dimarahi oleh pemuda itu. "Ini Bapak serius kan?" Bryan kembali menganggukkan kepalanya. "Saya memang sedang mencari orang untuk membantu kamu, jadi nanti kamu ga usah minta Tiara untuk membantu kamu lagi. Kasihan pekerjaannya jadi double nanti," Gadis itu menganggukkan kepalanya "Wah, terimakasih banyak Pak," sahutnya kegirangan. Gadis itu langsung pamit dari ruangan Bryan dan kembali ke ruangannya lagi. "Tolong kamu bantu Sara untuk sementara, sambil saya mencari satu Sekretaris lagi," sahutnya pada salah satu asistennya melalui telpon. Setelah melihat Sara keluar dari ruangannya dia langsung menghubungi asistennya. Setelah mendengar persetujuan dari salah satu asistennya menutup sambungannya dan kembali bekerja. Tiara juga kembali ke Divisinya karena dia dipanggil oleh atasannya, Sara bekerja dengan tenang dan riang dia merasa senang karena akan mendapat teman baru.**** Jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam dan Bryan baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Pemuda tampan itu memutuskan untuk melepas dasi yang mencekiknya lalu dia membuka kancing yang dekat leher dan satu kancing di bawah leher. Setelah itu dia melepas kacamata bacanya dan menggulung lengan bajunya sampai siku. Bryan sudah beberapa kali mengklik save dokumennya untuk memastikan apakah sudah tersimpan atau belum. Setelah itu dia merapihkan berkas-berkasnya dan memilah berkas yang sudah dia kerjakan dan yang belum dia kerjakan. Setelah itu keluar dari ruangannya tak lupa mematikan lampu ruangannya. Pemuda tampan itu mengerutkan keningnya saat melihat lampu ruangan Sara yang masih menyala. Dia menuju ke arah ruangan gadis itu lalu membukanya, "Kenapa ka-," dia seketika menghentikan ucapannya setelah melihat gadis itu yang tertidur di atas meja yang dikelilingi oleh sofa-sofa. Bryan masuk ke dalam lalu dia mengambil laptop yang masih menyala, sebelum Bryan menutup laptopnya dia mengklik beberapa kali tombol save. Lalu dia mematikan laptopnya dan menaruh laptop itu di atas meja kerja Sara. Setelah itu Bryan merapihkan berkas-berkasnya dan menaruhnya juga di meja dekat laptop. Baru dia membangunkan gadis cantik itu pelan-pelan agar tidak mengejutkannya. Sara langsung bangun dan Bryan sempat tersenyum karena gemas dengan ekspresi gadis itu saat bangun. "Kamu lembur? Sudah saya bilang kalau jam pulang Kantor itu harus segera pulang" sahut dengan ekspresi datar. Gadis itu menatap ke arah Bryan dan dia sempat terpesona dengan penampilan pemuda itu saat ini. Penampilan yang berantakan namun terkesan menggoda, dia bahkan sampai menelan salivanya. "Jangan melamun cepat pulang" sahutnya lagi. Gadis itu langsung tersadar dan dia langsung bangkit, Bryan ikut bangkit sampai dia melihat gadis itu yang kebingungan seperti mencari sesuatu. Bryan dengan santai bilang kalau laptopnya sudah dia matikan dan sudah dia klik save dokumen beberapa kali. Lalu dia juga sudah membereskan dokumen-dokumen tadi dan dia simpan didekat laptopnya. Gadis itu hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih."Sudah besok saja dilanjutkan pekerjaannya, sekarang kamu pulang," sahutnya dan dia langsung keluar dari ruangan gadis itu. Sara hanya senyum-senyum saja karena ulah pemuda itu. Dia langsung mengambil blezernya dan mengambil tas kerjanya, tak lupa dia mematikan lampu ruangannya sebelum keluar dari ruangan. Saat dia keluar dari ruangannya Sara dibuat terkejut dan menelan saliva takut karena lorong lantainya sudah gelap. Dia langsung saja berlari ke arah lift karena ketakutan. Sampai Bryan terkejut karena dia mendengar suara orang berlari ke arahnya. Dia sedang menunggu lift sambil menunggu gadis itu keluar dari ruangannya. Sara misuh-misuh takut membuat Bryan menggelengkan kepalanya, sepertinya dia tidak sadar kalau Bryan ada di depannya saat ini. Tak lama suara Lift bunyi dan pintu terbuka membuat Sara terkejut, dan dia terkejut 2 kali. Gadis itu terkejut karena bunyi lift dan terkejut sekaligus malu karena ada Bryan di sana, dia kira dia sendirian di sana. Mereka masuk lift bersama dan Sara menekan tombol ke arah lobi, Bryan menekan kembali tombol lantai itu membuat Sara mengerutkan keningnya. "Pintu Lobi jam segini udah dikunci, kamu pulang bareng saya saja," sahutnya santai sambil memainkan ponselnya. Gadis itu hanya mengangguk saja. Tak lama lift bunyi dan gadis itu kembali terkejut karena dia melamun. Mereka keluar dari lift dan Bryan berjalan di depan gadis itu, melihat suasana basement yang sudah sepi dia langsung berjalan agak cepat dan reflek memegang ujung baju pemuda itu. Membuat Bryan terkejut dan reflek berhenti, lalu dia menoleh ke arah belakang. Pemuda itu hanya menggelengkan kepalanya saja saat melihat wajah ketakutan gadis itu. Sara semakin mendekat ke arah Bryan membuat pemuda itu terdiam karena dia bisa mencium aroma parfum yang manis dari tubuh gadis itu dan pemuda itu menyukainya."Menjauh, Saya risih" sahutnya datar. Sara reflek menjauhkan badannya dari Sara dan mereka masuk ke dalam mobil.Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka sambil mengepalkan sebelah tangannya.Seorang gadis cantik turun dari taksi, dia sempat merapihkan penampilan sejenak lalu masuk ke dalam lobi perusahaannya. Saat masuk ke dalam lobi dia agak bingung karena ramai sekali orang di sana. Sampai dia melihat temannya yang menuju ke arahnya sambil memainkan ponselnya. Langsung saja Sara menghalangi gadis itu membuat gadis itu terkejut, "Eh Titi, kok rame sih? Ada apa?" "Pak Bryan buka loker buat Sekretaris dan mereka kandidatnya," sahut gadis itu santai, karena dia ada urusan dan dia terburu-buru dia langsung pamit pada gadis itu dan pergi keluar perusahaan. Gadis itu masuk ke dalam, saat dia akan menekan lift ada seseorang yang berdehem padanya membuat gadis itu terkejut. Saat Sara menoleh ke samping dia hanya tersenyum sambil menggaruk kepala bagian belakangnya saja saat melihat pemuda tampan yang sudah melipat tangannya di depan dadanya. "Alasan kali ini apa lagi" sahutnya datar. "Saya ga ada alasan, Bapak sendiri yang meminta saya menemui klien dulu sebelum sampa
Seorang anak remaja dengan baju yang sedikit tercabik dan tubuhnya yang terlihat sangat kurus duduk meringkuk dengan tubuh yang sedikit gemetar. Dia duduk meringkuk dekat bangku taman yang ada di pojok, terlihat banyak anak-anak seusianya dan lebih kecil darinya bermain di sana menghiraukan anak remaja itu. Sampai dia merasakan ada yang mendekat bahkan berdiri di depannya membuat anak laki-laki itu mengangkat kepalanya. Dia menoleh ke atas dengan tatapan kosong dan lelehan air mata di pipinya, ada anak laki-laki tampan yang sepertinya usia anak itu di bawahnya. Anak itu tersenyum manis dan terlihat gigi sampingnya yang ompong.Anak manis itu menyodorkan tangan sebelah kanannya ke arahnya, ia hanya menatap kosong ke arah tangan mungil itu. Karena anak laki-laki itu pegal menyodorkan sebelah tangannya ke arah anak remaja di depannya dan ia tidak menyambut sebelah tangan mungilnya.Anak manis itu berdecak lucu lalu mampoutkan bibirnya kesal, "Tata ga mau bangun? Pegal tau," sahutnya
Keesokan harinya Sara datang tepat waktu sampai di kantor dan dia langsung ke ruangannya, gadis itu ingin tidur sebentar karena dia sangat mengantuk. Tubuhnya juga sedang tidak begitu fit karena sedang datang bulan, Erham ada di sana mereka saling menyapa dan gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Erham yang melihat itu mengerutkan keningnya, "Kamu sakit?" tanya pemuda itu, dia sedang membereskan barang-barangnya. Mulai hari ini dia akan kembali ke ruangannya dan gadis itu akan dibantu oleh sekretaris baru. Gadis cantik itu menggelengkan kepalanya, "Tidak, saya sedang datang bulan Kak jadi kayak gini," sahutnya agak lesu. "Kalau sakit seharusnya jangan masuk," Gadis itu hanya tersenyum mendengar ucapan pemuda itu, "Pengennya libur tapi kerjaan lagi banyak,""Tiap hari juga banyak pekerjaan kamu banyak" "Betul juga ya" sahutnya sambil cekikikan. Erham hanya menggelengkan kepalanya lalu dia pamit undur diri, pemuda itu bilang pada Sara kalau sekretaris yang baru a
Saat ini Sara sedang mempelajari materinya, begitupula dengan Fitri. Tapi gadis itu terlihat kesulitan. Sara sempat melihat itu tapi dia menghiraukannya, dia heran dengan gadis itu yang memiliki gengsi tinggi. Tak lama Bryan mengetuk pintu ruangan mereka dan mereka langsung bersiap, setelah makan siang mereka akan pergi ke perusahaan lain untuk bertemu dengan klien lain. Mereka naik mobil Bryan menuju ke arah restoran Jepang, sepanjang jalan mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tak memakan waktu satu jam, mereka sampai di restoran Jepang. Mereka turun dari mobil dan berjalan ke dalam. Sara dan Erham turun duluan karena mereka yang mereservasi tempatnya, Fitri ada di samping Bryan. Gadis itu berusaha untuk caper pada Bryan tapi pemuda itu tidak menghiraukannya sama sekali, membuat Fitri mendengus. Mereka duduk di ruangan dan Sara sibuk melihat-lihat materi lagi, gadis itu terlihat sangat gugup. Ia memutuskan untuk melihat materinya kembali sambil menunggu.Tak lama pintu d
Fitri sudah pulang duluan, sedangkan gadis itu belum pulang. Dia harus lembur karena laporannya yang hilang. Sara tentu saja dimarahi oleh Bryan, meski pemuda itu tidak menaikkan suaranya, gadis itu sukses ketakutan. Selain Sara masih ada Bryan di kantor, saat dia keluar dari ruangannya. Bryan melihat lampu ruangan gadis itu yang masih menyala, langsung ia menuju ke arah ruangan gadis itu. Dia mengetuk pintu ruangan gadis itu lalu masuk ke dalam, terlihat Sara yang sedang duduk depan laptop dengan wajah sembab habis menangis. "Pulang, saya tidak menyuruh kamu lembur" sahutnya dingin sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Sara hanya mengangguk saja dan Bryan mengantar gadis itu pulang.****Keesokan harinyaSebelum ke ruangannya, Bryan menuju ke ruangan Sara terlebih dulu. Dia menaruh minuman di atas meja gadis itu dan sedikit menutupinya dengan dokumen-dokumen yang ada di sana. Tak lupa dia menempelkan note pada layar komputer gadis itu, setelah itu dia kembali ke ruanga
"Anda yakin ingin mengadopsinya?" tanya wanita di depannya yang masih terlihat cantik dan bugar diusianya yang sudah menginjak kepala 4.Jeno mengangguk sambil menaruh gelas berisi teh itu ke atas meja, "Iya, saya yakin dan istri saya setuju," sahutnya santai. Wanita itu mengangguk bahkan tersenyum, "Terimakasih," sahutnya sambil meneteskan air matanya. Jeno yang melihat itu tersenyum sambil mengangguk dia memberikan sapu tangannya pada beliau. Beliau hanya tersenyum sambil mengucapkan terimakasih, "Saya sungguh berterimakasih pada anda yang sudah mau mengadopsi Roni, setelah anda mengadopsinya saya harap anda bisa mengganti namanya agar dia bisa membuka lembaran baru," sahutnya sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan pria tampan itu. Jeno mengangguk, "Berapa usia anak itu?""11 tahun," "Oh beda 3 tahun dengan Bryan,"Beliau mengerutkan keningnya, "Bryan berusia 8 tahun? Saya kira dia masih berusia s
Setelah selesai mandi, Roni turun ke bawah, dia tadi tertidur selama beberapa menit saja dan baru kali ini dia merasa tidurnya nyenyak. Dia melihat kedua orang tua angkatnya sedang berkumpul di ruang tengah sambil menonton televisi. Ditengah mereka ada Bryan yang terlihat berceloteh sambil memakan coklat, mulutnya terlihat penuh dengan coklat. Membuat anak itu tersenyum gemas, "Oh kamu udah bangun?" tanya sang ibu, saat dia tak sengaja melihat ke arah tangga. Wanita itu langsung bangun dan menghampiri anak itu, Roni mengangguk sambil tersenyum. "Ayo makan dulu Nak, Mamah temenin. Kita udah makan duluan tadi, Mamah ga tega mau bangunin kamu," sahutnya sambil mengajak anak itu ke dapur. Roni mengintili sang ibu di belakang tanpa suara, dia melihat ke arah Bryan dan Jeno. Jeno terlihat tersenyum hangat pada anak itu sedangkan Bryan sibuk dengan acara televisi yang menayangkan film kartun. Roni membalas senyuman pria tampan itu sambil berjalan, lalu Clarisa mengambil piring beserta
Keesokan harinyaSaat ini Bryan sedang ada di rumah sakit, pemuda itu ingin menjenguk sang adik yang masih terbaring koma. Bryan terlihat tersenyum tampan dengan tatapan yang lembut, ia terus mengajak sang adik bicara sambil menyeka tubuhnya.Pemuda itu percaya kalau adiknya akan bangun, dia akan mengamuk kalau dokter bilang sudah saatnya alat bantu gadis itu dilepas karena sudah 5 tahun dia bertahan dengan alat bantu kehidupannya. Kondisinya naik turun, kadang membaik kadang drop. Saat kondisi sang adik drop pemuda itu akan langsung pergi ke rumah sakit meninggalkan rapat penting. Bryan sangat merasa bersalah karena sudah mengabaikan sang adik, dan sibuk dengan pekerjaannya. Karena hubungan Bryan dan Fanya ini memang sangat dekat.Setelah mengobrol beberapa menit dengan sang adik, dia mengecup kening sang adik dan pergi dari sana karena dia harus pergi ke kantor. ****Sara duluan sampai kantor dan suasana kantor masih sepi, dia berangkat terlalu pagi karena ada urusan. Setelah s