Share

5. Menyelamatkan Lina.

 Salah satu dari teman Johan langsung menahan ku, memelukku dengan erat dari belakang, hingga aku tidak bisa bergerak. Sementara salah satu lagi teman Johan memukul tepat di hidungku dengan tangannya, hingga hidungku berdarah, dan dilanjutkan dengan 3 teman Johan yang lain juga ikut memukul, menendang ku dengan membabi buta. Sampai tiba warga sekitar termaksud keluarga Denny datang menarikku, agar aku terbebas dari pembantaian itu. Disaat itu hidung, bibirku berdarah, dan mata sebelah kanan ku lebam parah.

Warga berhasil membebaskan ku dari pembantaian yang hampir saja merenggut nyawa ku.

 Terbebas dari pembantaian itu, aku langsung menarik Lina yang sedang mabuk parah untuk membawanya pergi dari tempat itu sambil mengacungkan jari tengah ke hadapan teman-teman Johan.

"Gila kau Way, hampir aja kau mati". Alex menegur ku yang sedang membopong Lina yang mabuk.

"Kan hampir Lex hehehe. Parah kau Lex, nggak kau bantuin aku ya". Kata ku ke Alex.

"Kepala otak kau itu, kalau nggak aku panggil warga, sudah mati kau disusun orang-orang itu". Jawab Alex

"Oh... Makasih Lex, aku kira kau diam aja, ya sudah bantu aku susun barang-barang ku, dan bawa ke kosan ku. Aku mau Bawa Lina ke hotel dulu, aku pinjam Vespa mu ya".

"Ya sudah nih kuncinya, selamat bersenang-senang kawan bersama wanita mabuk itu di hotel". Jawab Alex sambil memberi kunci motor Vespa busuk kesayangannya.

"Brengsek kau Lex". Jawabku

"Hehehe..." Alex tertawa sambil berjalan untuk menyusun alat DJ ku yang tertinggal di panggung.

 Aku pun langsung menyalakan motor Vespa Alex, untuk membawa Lina ke salah satu hotel yang ada di kota Medan. Sesampainya di dalam hotel, aku langsung baringkan Lina, dan menyelimuti nya dengan selimut yang tersedia di atas kasur, dan aku juga berbaring di sebelah Lina sambil menikmati rasa sakit yang amat perih di bibir, hidung, dan mata ku, hingga aku juga tertidur.

"Ahhh..." Terik Lina di pagi hari karena melihat aku tidur di sebelahnya.

"Ha. ha. ha... Ada apa, ada apa?" Kata ku terkejut karena teriakan Lina yang membangunkan ku.

"Aku Akan laporkan kejadian ini ke polisi, biar kau membusuk di penjara laki-laki cabul". Kata Lina sambil menangis.

 Aku bangun dari tempat tidur dan mengambil dua gelas air putih.

" Nih, minum dulu!" kata ku sambil memberikan gelas berisi air minum ke Lina. Tapi Lina diam tidak mengambil air minum yang aku tawarkan untuknya sambil menangis.

"Sudah lah Lina, diam jangan nangis terus, lebih baik sekarang buka selimutmu, lihat semua pakaianmu adakah yang terlepas? bahkan sepatumu, dan sepatuku tidak terlepas. Lihat juga muka ku yang luka dan lebam-lebam ini". Kata ku ke Lina untuk menenangkan nya.

"Kenapa muka mu itu?" Tanya Lina

"Tidak apa-apa. Oh iya Lin, ternyata janji itu sangat pahit di lidah ya, sehingga tidak dapat ditelan, hanya sanggup sampai di bibir saja. Janji tidak akan minum, ternyata minum sampai teler". Kata ku menyinggung janji Lina di saat pergi bergabung bersama temannya di acara malam itu.

 Lina hanya diam mendengar kata ku, sambil memperhatikan pakaiannya.

"Jadi ini benar kau tidak ambil kesempatan di kasur ini?" Tanya Lina yang mulai sadar tidak ada keganjalan pada dirinya.

"Iya lah Nyonya Lina, tadi malam itu kita dua hampir mati di kamar ini, kau karena mabuk, sedangkan aku nahan luka, dengan kondisi seperti itu mana lah aku sanggup melakukan hal-hal seperti itu." Jawabku

"Jangan-jangan karena kau tidak selera wanita ya, Kau homo ya?" Kata Lina

"Apa... kau mau bukti kalau aku normal?" kata ku ke Lina sambil membuka kancing celana ku

Lina berdiri dari ranjang sambil mengacungkan jari tengahnya ke arah ku, dan berjalan mengambil tasnya yang terletak di meja.

"Mobil ku dimana?" Tanya Lina

"Manalah aku tahu, tinggal di rumah Denny lah mungkin. Tadi malam aku cari-cari motormu tapi tidak aku lihat, yaudah aku pinjam Vespa si Alex untuk kesini, oalah rupanya kau bawa mobil" Jawabku

"Ya udah ayo antar aku." Minta Lina

"Ok nyonya." Jawabku

Aku antar Lina ke kantor polisi terdekat.

"Ngapain kesini." Tanya Lina

"Loh tapi tadi kau bilang mau buat laporan ke polisi, ya udah di sini bisa kok buat laporan." Jawabku sambil menundukkan muka ku

"Ya sudah ayo masuk." Jawab Lina sambil menarik tangan ku.

Sampai di pintu kantor polisi Lina bertanya pada polisi yang berjaga,

"Pak, saya mau buat laporan. Teman saya ini tadi malam di aniaya"

"Ya... Silahkan masuk dulu." Jawab polisi.

"Tidak pak, tidak jadi, ini salah paham. Dia tidak tahu apa-apa, tadi malam itu saya cuma jatuh naik motor saja." Jawab ku ke polisi itu sambil menarik tangan Lina untuk mengajaknya pergi.

"Loh kenapa? Itu luka bukan luka jatuh itu luka pasti dipukul, kalau luka jatuh tidak seperti itu. Kata Lina

"Udah lah ini urusan ku bukan urusanmu, mendingan kita ambil mobilmu." Jawabku ke Lina.

"Siapa yang urusi urusan mu, dari awal aku minta kau antar aku untuk ambil mobil ku, ini malah kau ajak aku ke kantor polisi."

"Oh... Alah Manalah aku tahu Lin."

"Ya sudah cepat jalan, aku mau cepat-cepat pulang."

 Aku pun jalan menuju rumah Denny, dan benar, sampai di sana mobil Lina ada. Lina pun langsung turun dan menghampiri mobilnya sambil bilang.

"Yaudah aku pulang duluan ya, kau juga pulang sana, obati lukamu." Kata Lina, dan dia pergi dengan mobilnya

"Ok siap nyonya." Jawabku sambil pergi juga takut ada teman-taman Johan yang melihat ku.

BERSAMBUNG DI HALAMAN BERIKUTNYA.

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA TULISAN KU.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status