Home / Romansa / Terpisah Sebab Pariban / 5. Menyelamatkan Lina.

Share

5. Menyelamatkan Lina.

Author: Bobby
last update Last Updated: 2021-07-02 18:53:10

 Salah satu dari teman Johan langsung menahan ku, memelukku dengan erat dari belakang, hingga aku tidak bisa bergerak. Sementara salah satu lagi teman Johan memukul tepat di hidungku dengan tangannya, hingga hidungku berdarah, dan dilanjutkan dengan 3 teman Johan yang lain juga ikut memukul, menendang ku dengan membabi buta. Sampai tiba warga sekitar termaksud keluarga Denny datang menarikku, agar aku terbebas dari pembantaian itu. Disaat itu hidung, bibirku berdarah, dan mata sebelah kanan ku lebam parah.

Warga berhasil membebaskan ku dari pembantaian yang hampir saja merenggut nyawa ku.

 Terbebas dari pembantaian itu, aku langsung menarik Lina yang sedang mabuk parah untuk membawanya pergi dari tempat itu sambil mengacungkan jari tengah ke hadapan teman-teman Johan.

"Gila kau Way, hampir aja kau mati". Alex menegur ku yang sedang membopong Lina yang mabuk.

"Kan hampir Lex hehehe. Parah kau Lex, nggak kau bantuin aku ya". Kata ku ke Alex.

"Kepala otak kau itu, kalau nggak aku panggil warga, sudah mati kau disusun orang-orang itu". Jawab Alex

"Oh... Makasih Lex, aku kira kau diam aja, ya sudah bantu aku susun barang-barang ku, dan bawa ke kosan ku. Aku mau Bawa Lina ke hotel dulu, aku pinjam Vespa mu ya".

"Ya sudah nih kuncinya, selamat bersenang-senang kawan bersama wanita mabuk itu di hotel". Jawab Alex sambil memberi kunci motor Vespa busuk kesayangannya.

"Brengsek kau Lex". Jawabku

"Hehehe..." Alex tertawa sambil berjalan untuk menyusun alat DJ ku yang tertinggal di panggung.

 Aku pun langsung menyalakan motor Vespa Alex, untuk membawa Lina ke salah satu hotel yang ada di kota Medan. Sesampainya di dalam hotel, aku langsung baringkan Lina, dan menyelimuti nya dengan selimut yang tersedia di atas kasur, dan aku juga berbaring di sebelah Lina sambil menikmati rasa sakit yang amat perih di bibir, hidung, dan mata ku, hingga aku juga tertidur.

"Ahhh..." Terik Lina di pagi hari karena melihat aku tidur di sebelahnya.

"Ha. ha. ha... Ada apa, ada apa?" Kata ku terkejut karena teriakan Lina yang membangunkan ku.

"Aku Akan laporkan kejadian ini ke polisi, biar kau membusuk di penjara laki-laki cabul". Kata Lina sambil menangis.

 Aku bangun dari tempat tidur dan mengambil dua gelas air putih.

" Nih, minum dulu!" kata ku sambil memberikan gelas berisi air minum ke Lina. Tapi Lina diam tidak mengambil air minum yang aku tawarkan untuknya sambil menangis.

"Sudah lah Lina, diam jangan nangis terus, lebih baik sekarang buka selimutmu, lihat semua pakaianmu adakah yang terlepas? bahkan sepatumu, dan sepatuku tidak terlepas. Lihat juga muka ku yang luka dan lebam-lebam ini". Kata ku ke Lina untuk menenangkan nya.

"Kenapa muka mu itu?" Tanya Lina

"Tidak apa-apa. Oh iya Lin, ternyata janji itu sangat pahit di lidah ya, sehingga tidak dapat ditelan, hanya sanggup sampai di bibir saja. Janji tidak akan minum, ternyata minum sampai teler". Kata ku menyinggung janji Lina di saat pergi bergabung bersama temannya di acara malam itu.

 Lina hanya diam mendengar kata ku, sambil memperhatikan pakaiannya.

"Jadi ini benar kau tidak ambil kesempatan di kasur ini?" Tanya Lina yang mulai sadar tidak ada keganjalan pada dirinya.

"Iya lah Nyonya Lina, tadi malam itu kita dua hampir mati di kamar ini, kau karena mabuk, sedangkan aku nahan luka, dengan kondisi seperti itu mana lah aku sanggup melakukan hal-hal seperti itu." Jawabku

"Jangan-jangan karena kau tidak selera wanita ya, Kau homo ya?" Kata Lina

"Apa... kau mau bukti kalau aku normal?" kata ku ke Lina sambil membuka kancing celana ku

Lina berdiri dari ranjang sambil mengacungkan jari tengahnya ke arah ku, dan berjalan mengambil tasnya yang terletak di meja.

"Mobil ku dimana?" Tanya Lina

"Manalah aku tahu, tinggal di rumah Denny lah mungkin. Tadi malam aku cari-cari motormu tapi tidak aku lihat, yaudah aku pinjam Vespa si Alex untuk kesini, oalah rupanya kau bawa mobil" Jawabku

"Ya udah ayo antar aku." Minta Lina

"Ok nyonya." Jawabku

Aku antar Lina ke kantor polisi terdekat.

"Ngapain kesini." Tanya Lina

"Loh tapi tadi kau bilang mau buat laporan ke polisi, ya udah di sini bisa kok buat laporan." Jawabku sambil menundukkan muka ku

"Ya sudah ayo masuk." Jawab Lina sambil menarik tangan ku.

Sampai di pintu kantor polisi Lina bertanya pada polisi yang berjaga,

"Pak, saya mau buat laporan. Teman saya ini tadi malam di aniaya"

"Ya... Silahkan masuk dulu." Jawab polisi.

"Tidak pak, tidak jadi, ini salah paham. Dia tidak tahu apa-apa, tadi malam itu saya cuma jatuh naik motor saja." Jawab ku ke polisi itu sambil menarik tangan Lina untuk mengajaknya pergi.

"Loh kenapa? Itu luka bukan luka jatuh itu luka pasti dipukul, kalau luka jatuh tidak seperti itu. Kata Lina

"Udah lah ini urusan ku bukan urusanmu, mendingan kita ambil mobilmu." Jawabku ke Lina.

"Siapa yang urusi urusan mu, dari awal aku minta kau antar aku untuk ambil mobil ku, ini malah kau ajak aku ke kantor polisi."

"Oh... Alah Manalah aku tahu Lin."

"Ya sudah cepat jalan, aku mau cepat-cepat pulang."

 Aku pun jalan menuju rumah Denny, dan benar, sampai di sana mobil Lina ada. Lina pun langsung turun dan menghampiri mobilnya sambil bilang.

"Yaudah aku pulang duluan ya, kau juga pulang sana, obati lukamu." Kata Lina, dan dia pergi dengan mobilnya

"Ok siap nyonya." Jawabku sambil pergi juga takut ada teman-taman Johan yang melihat ku.

BERSAMBUNG DI HALAMAN BERIKUTNYA.

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA TULISAN KU.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpisah Sebab Pariban   28. Datangnya kepolisian

    Putaran pertama, ujung pistol mengarah ke arah anak buah ibuku, dalam arti anak buah ibuku yang harus menerima tembakan di kepalanya. "Haha… mati lah kau!" Kata lawan dari anak buah ibu ku. Ctek, ctek. Dua suara tembakan dari silinder pistol yang kosong. "Haa…! Aku mati, aku mati." Ejek dari anak buah ibu ku. "Cuih…" Suara ludah dari lawan main anak buah ibuku, dia sengaja untuk memancing emosi, agar terjadi keributan untuk menghentikan permainan. "Apa ini? Apa?" Reaksi dari teman-teman anak buah ibu ku yang emosi, sambil menodongkan senjata. "Jangan… turunkan senjata kalian, karena ini

  • Terpisah Sebab Pariban   27. Psikopat

    Dor… "Buang senjata kalian tiga!" Dengan satu tembakan ke atas, empat pria berjas hitam, berdasi merah, dan berkacamata hitam tiba-tiba datang mengancam ketiga pria yang telah membunuh tiga satpam Marta. "Aduh… siapa lagi lah ini." Batin ku karena melihat empat manusia yang sama nggak jelasnya dengan tiga orang yang telah membuat hidung Lina berdarah. Tapi yang empat orang ini berbeda senjata dengan tiga orang itu, mereka membawa empat senjata ak 47, sedangkan tiga orang tadi hanya membawa tiga pistol. "Haha…" Bukannya merasa terancam, ketiga brengsek itu malah tertawa. "Psikopat ini tiga orang." Batin ku karena melihat reaksi mereka tertawa.

  • Terpisah Sebab Pariban   26. Acara menjadi kacau

    "Ah… masa iya, dulu kau satu sekolah dengan Marta?""Alffy Rev, kalau kau mau mereka menikmati acara malam ini yang kau pegang!" Laras tidak menjawab ku, dia malah menyarankan ku kembali untuk putar musik dari alffy Rev.Aku putar satu lagu dari Alffy Rev yang berjudul Wonderland Indonesia, lalu aku lihat si Laras, dia melihat ku dan menaikan sebelah alisnya, lalu melirikan matanya ke para tamu, seakan dia sedang memberiku isyarat agar aku segera melihat reaksi para tamu.Menyadari isyarat dari Laras, aku langsung melihat tamu, aku lihat reaksi mereka yang sebelumnya saling mengobrol kini semua bola mata mereka melihat ke arahku."Harusnya kau menyadari dari pertunjukan sebelumnya!" Bisik Laras lagi di teling

  • Terpisah Sebab Pariban   25. Acara reunian Marta dan Denny.

    "Hai.." Sapaan Lina ke Marta yang sedang mencari kami. "Hai… cantik kali bah, ini hari kau Lin" Sambutan Marta pada Lina sambil mencium pipi kanan dan kiri Lina. "Makasih, ini hari kau pun juga cantik Marta." Kata Lina yang membalas pujian Marta. "Sudah boleh masuk belum nih?" Tanya ku pada Marta. "Oh... iya ya ya, ayuk masuk yuk!" Jawab Marta sambil tersenyum. "Ok... oh iya, gimana Marta sudah lengkap alat-alat DJ yang kau sewa?" Tanya ku ke Marta sambil jalan masuk ke restoran milik Marta yang sangat mewah itu. "Enggak tahu sih, yang ngatur itu semua si Denny kemarin, tapi cek aja nan

  • Terpisah Sebab Pariban   24. Menuju acara reuniaan Marta, dan Denny.

    "Lima pasang pakaian, kau bilang baru ya Lex, mau sampai berapa pasang lagi rupanya buat memenuhi lemari pakaian punyamu Lex." Kataku ke Alex "Tenang lah Way… kok tegang kali, besok aku balik kan pakaianmu semuanya, gampang itu, tenang, selow." Kata Alex agar dapat meminjam pakaian aku lagi. "Hem… suka mu lah Lex, capek kali aku udah kau tipu-tipuin aja Lex. Mandi lah aku, oh iya jangan kau serak-serak lemari pakaian aku ya lex." Kataku ke Alex sebagai jawaban kalau kali ini dia boleh lagi pinjam pakaian aku. "Ok siapa tuan." Jawaban Alex sambil hormat. Tidak sampai satu jam berlalu. Aku, dan Alex sudah siap untuk berangkat ke acara reunian Marta, dan Denny. Tapi Lina yang sudah berjanji untuk pergi bareng belum datang, membuat kami harus menunggu dia.

  • Terpisah Sebab Pariban   23. Makan mie instan

    "Hem… Lex-Lex. Entah kapan dompetmu nggak pernah ketinggalan, selalu ketinggalan. Entah pun nggak punya dompet kau Lex." Kataku ke Alex sambil memberinya uang untuk membeli mie instan. "Bisa jadi." Jawab Alex sambil tersenyum, dan mengambil uang yang aku berikan. Setelah mengambil uang yang aku berikan, Alex pun langsung pergi membeli mie instan di warung sebelah kosan ku, sehingga tidak butuh waktu lama untuk Alex membeli mie instan, yang sementara untuk mengganjal lambung kami, sampai kami berada di acara reunian SD (sekolah dasar) Marta. "Nah, nih mie nya." Kata Alex yang baru saja kembali dari warung. "Kau masak lah Lex." Kataku ke Alex. "Hem… judulnya mie instan, tapi harus dimasak juga. Udah... diseduh pakai ai

  • Terpisah Sebab Pariban   22. Lapar

    "Makasih." Bisikku di telinga Lina Sambil berjalan menuju alat DJ ku, untuk mempersiapkan musik yang akan aku mainkan di acara reunian Marta, dan Denny. "Sama-sama." Kata Lina sambil tersenyum merasa lucu, karena aku dan Alex memaksa kan diri menelan masakan pembantunya yang sangat asin luar biasa itu. "Eh Lex, nanti malam kau mau ikut?" Tanyaku ke Alex. "Kemana?" Alex kembali bertanya. "Udah ikut aja!" Kata Lina. "Iya, ikut aja. Pesta kita nanti malam." Kataku ke Alex. "Pesta apa?" Tanya Alex bingung. "Sudah banyak kali tanya kau bagudung (tikus) ikut aja lah kau pokoknya nanti malam." Kataku ke Alex.

  • Terpisah Sebab Pariban   21. Sarapan dari Lina

    "Bangsat main mati-matiin telpon sesuka hatinya aja sih Lina ini." Batin ku. Aku pun langsung bergegas mandi, belum aku masuk ke kamar mandi, Alex datang. "Pagi kali kau datang Lex, ada apa?" Tanya ku ke Alex. "Nggak apa-apa Way, cuma lagi suntuk aja nih." Kata Alex. "Kau anggap kosan ku ini taman hiburan ya Lex. Kalau kau suntuk, kau datang kemari." Kata ku. "Iya memang. Selama ini aku memang selalu anggap kosan ini taman safari Way. Lihat itu foto monyet imut lagi main Dj." Kata Alex sambil menunjuk foto ku. "Bangsat kau Lex." Kata ku sambil melemparkan baju ku yang baru saja ak

  • Terpisah Sebab Pariban   20. Lelah

    Dua jam lebih telah berlalu, kami pun sampai di Jalan ayahanda, Disaat itu Lina masih tertidur. "Lin, Lina, Lina, bangun." Kata ku membangunkan Lina. "Emmm… iya." Jawab Lina "Sudah mau sampai nih!" Kata ku. "Mana orang Marta sama Denny?" Tanya Lina. "Mereka pisah jalan dengan kita sejak kau tidur tadi, karena kau tidur aku nggak berani bawa motor kencang-kencang, takut kau jatuh, jadi aku suruh mereka untuk jalan duluan." Jawabku. "Ya sudah, kita ke kosan kau aja!" Kata Lina "Sudah malam." Kata ku.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status