Home / Romansa / Tertawan Cinta Bodyguard Tampan / Bab 9. Dia Yang Kutinggal

Share

Bab 9. Dia Yang Kutinggal

last update Last Updated: 2024-03-25 13:23:58

“Aku gak apa-apa, Daddy! Masa Daddy gak percaya sih? Aku mau pulang aja!” rengek Venus pada ayahnya Arjoona. Arjoona tersenyum pelan dan sedikit memindahkan beberapa helai rambut Venus ke balik telinganya.

“Sebaiknya kamu istirahat di sini saja dulu hanya untuk malam ini saja. Besok pagi setelah pemeriksaan menyeluruh, kamu baru boleh pulang. Iya kan, Nathan?” tanya Arjoona sekaligus menoleh ke belakang melihat dr. Nathan yang berdiri di sebelah Jayden Lin. Dr. Nathan langsung mengiyakan dengan senyuman dan menaikkan kedua aliasnya bersamaan.

“Iya, lagi pula kamar ini kan bukan kamar perawatan biasa. Kamu dapat kamar VVIP yang senyaman kamar pribadi. Besok setelah Om memastikan kamu baik-baik saja, kamu baru boleh pulang” sambung dr. Nathan menimpali.

Venus hanya bisa diam saja. Arjoona pun mengecup kening Venus sebelum ia pamit pulang.

“Daddy pulang dulu, besok kalau kamu mau Daddy bisa jemput ...” tawar Arjoona dan Venus langsung menggelengkan kepalanya.

“Gak Dad, aku pulang sendiri saja. Toh, ada pengawal!” ujar Venus sembari melirik pada Dion yang berdiri tak jauh dari pintu masuk. Dion hanya diam saja dan sedikit menundukkan pandangannya.

“Ya sudah, Daddy pulang dulu ya, Sayang. Be good girl, I love you!” ujar Arjoona seraya membelai sebelah pipi Venus yang tersenyum menanggapi sang ayah. Jayden juga ikut menghampiri dan pamit pada Venus. Venus tersenyum dan ikut menerima kecupan di sisi kening dari Jayden.

“Kami pulang dulu, Nat!” Arjoona menepuk lengan Nathan dan Jayden sempat memeluk Nathan sebelum ia ikut keluar.

“Jaga Venus!” ujar Arjoona pada Dion saat dibukakan pintu olehnya.

“Baik, Pak!”

Jayden pun ikut melirik pada Dion dan tak mengatakan apa pun selain pergi mengikuti Arjoona.

“Kalau ada apa-apa sama luka kamu, kasih tahu. Panggil perawat dengan tekan tombol ini, mengerti?” ujar Nathan menunjuk tombol di sisi ranjang Venus sebagai tombol darurat dan panggilan pada petugas medis yang berjaga. Dr. Nathan pun keluar dari kamar tersebut tanpa melihat pada Dion yang masih jadi pembuka pintu.

Saat hanya tinggal berdua, suasana jadi kembali sepi. Dion tak tahu harus berbuat apa selain menunggu. Venus pun menoleh pada Dion lalu tersenyum. Dion ikut membalas senyuman Venus dan menunduk lagi.

Tak berapa lama kemudian, seorang staf menghidangkan makan malam untuk Venus. Tapi daripada menggunakan meja lipat khusus pasien, Venus meminta agar makanan diletakkan di meja kopi dekat sofa saja.

“Terima kasih,” ucap Venus tersenyum pada staf tersebut. Ia berpaling dan mengajak Dion ikut makan malam.

“Ayo Mas, kita makan dulu!” ajak Venus dengan santai dan ia langsung duduk. Dion jadi bingung dan sedikit kelabakan. Kenapa sekarang ia malah diajak makan?

“Silakan, Nona. Saya bisa makan di luar saja,” balas Dion mempersilahkan Venus makan sendirian. Venus tampak sedikit tak enak. Tapi lebih aneh lagi jika ia makan dan Dion hanya berdiri saja.

“Gak apa, Mas. Kita bisa berbagi ...”

“Jangan! Akan sangat mengganggu Nona nantinya. Saya akan menunggu di luar saja. Silahkan nikmati makan malamnya.” Dion masih bersikeras menolak dan meninggalkan Venus sendirian di kamarnya. Venus terpaku ditolak oleh Dion seperti itu. Perlahan ia menatap telapak tangan kirinya yang terluka.

Venus adalah seorang kidal. Ia lebih banyak menggunakan tangan kirinya dari pada sebelah kanan termasuk untuk urusan makan.

“Kenapa dia malah takut sama aku?” gerutu Venus bergumam sambil cemberut. Bahkan Dion pun menghindar darinya.

Di luar kamar, Dion harus mengatur detak jantungnya yang aneh gara-gara tawaran Venus. Sesungguhnya Dion tak mengerti dengan detak jantungnya yang sering melompat-lompat kala beberapa kali menatap Venus.

“Mungkin aku hanya capek,” gumamnya pada dirinya sendiri.

“Pak?” panggil Kyle menghampirinya. Dion pun berdiri lalu tersenyum.

“Sebaiknya kamu makan malam dulu, biar aku yang berjaga di depan pintu,” tawar Kyle pada Dion. Dion pun mengangguk.

“Langsung hubungi aku jika ada apa-apa!” perintah Dion sebelum ia pergi.

“Tentu saja, Pak. Pergilah, kamu butuh istirahat!” ujar Kyle lagi meyakinkan Dion. Dion lalu pergi meninggalkan koridor kamar Venus untuk makan di cafetaria rumah sakit. Ia memilih tempat terdekat untuk mengisi perut sekaligus beristirahat.

Sedang menikmati sandwich dan sebotol air mineral, ponsel Dion berdering. Dion cepat menyambar ponselnya mengira jika itu dari Kyle dan ternyata bukan. Keningnya sempat mengernyit sebelum mengangkat.

“Halo, Mas Dion?” sapa suara seorang gadis dari seberang panggilan.

“Halo, Yuli. Apa kabar kamu?” Dion balik menyapa Yuli. Tetangga sebelah rumah kontrakannya dan masih berusia 17 tahun.

“Baek, Mas. Mas Dion kok gak pulang-pulang sih? Tugas di luar kota ya?” Dion menggaruk sisi tekuknya sedikit meringis. Ia memang hanya memberitahu keluarga dekat yaitu neneknya dan tunangannya Laras jika sekarang Dion ada di New York.

“Iya ... begitu deh kira-kira. Ada apa, Yul? Tumben kamu telepon Mas?”

“Habisnya Mas Dion gak pernah ada di rumah!” sungut Yuli dan Dion hanya tersenyum tipis.

“Ya ada apa kamu telepon aku, bukannya ini jam ... masih sekolah?” Dion melirik jam tangannya dan ada sekitar 18 jam perbedaan waktu dengan di Indonesia.

“Aku ... ehm ...”

“Kamu bolos ya?” potong Dion cepat.

“Gak Mas. Ada yang harus aku kerjain di luar sekolah. Ah, tapi itu gak penting! Aku mau ngasih tahu sesuatu yang penting ni, Mas!” Dion jadi mengernyitkan keningnya mendengar Yuli seperti tengah bermain kucing-kucingan.

“Hal penting apa?”

“Aku barusan lihat Mba Laras sama temenmu yang suka ke rumah itu lho, Mas. Siapa namanya?”

“Rico!” sahut Dion cepat.

“Iya itu! Aku lihat mereka jalan berdua lho Mas dari restoran Jepang gitu.” Dion mendengus dan tersenyum.

“Jadi?”

“Lho, kok jadi? Mas Dion tenang-tenang saja!” protes Yuli lagi.

“Ya kan mereka kerja di bank yang sama. Laras jadi customer service dan Rico itu staf dalam. Apa yang salah kalau mereka keluar sama-sama buat makan siang?” balas Dion balik mempertanyakan esensi dari laporan itu.

“Jadi Mas ngijinin Mba Laras jalan ma cowok laen?”

“Cowok laen itu teman dan sahabatku sendiri, Yul. Lagian Laras dan Rico kerja di satu tempat dan mereka sudah biasa sekali pergi makan siang!” bantah Dion balik membela kekasihnya.

“Tapi kan dia bisa ajak orang lain buat nemenin biar gak berdua doang!” cetus Yuli membalikkan keadaan. Dion hanya bisa diam saja tapi ia memang bukan orang yang gampang terpengaruh.

“Yul, Laras itu sedang penghematan untuk biaya pernikahan kami. Kalo dia ngajak orang lain bisa jadi karena dia gak enak kalo gak nraktir,” tukas Dion memberikan argumentasinya.

“Tapi, Mas ...”

“Udah, daripada kamu mikir yang gak-gak, mending kamu balik ke sekolah atau pulang deh! Nanti kalo telat pulang, ibu kamu bisa marah!” ujar Dion menasihati.

“Ah, Mas Dion.”

“Sudah, nanti kalo Mas pulang, Mas belikan kamu oleh-oleh deh. Sekarang pulang ya. Biarin Laras di situ, jangan ganggu dia, hmmm!” Dion pun langsung mematikan panggilan dan menghela napas.

“Ah, ada-ada saja anak kecil!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tertawan Cinta Bodyguard Tampan   Bab 344. Tembok Rasa Percaya

    Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik

  • Tertawan Cinta Bodyguard Tampan   Bab 343. Apa Yang Terjadi Pada Istriku?

    Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku

  • Tertawan Cinta Bodyguard Tampan   Bab 342. Cobaan Seorang Suami

    ‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s

  • Tertawan Cinta Bodyguard Tampan   Bab 341. Hati Yang Memanggil

    “Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.

  • Tertawan Cinta Bodyguard Tampan   Bab 340. Sesuatu Tentang Dirimu

    Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru

  • Tertawan Cinta Bodyguard Tampan   Bab 339. Oh My Angel!

    Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status