Share

Hinaan di Meja Makan

Penulis: Mirielle
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-23 14:46:24

Chloe meremas jemari Nash, hanya sebuah gerakan refleks, tapi itu sukses membuat Nash membungkam mulut. Pria itu melirik Chloe yang bahkan tidak melihatnya. Ada sensasi aneh dalam diri Nash yang membuatnya enggan untuk meladeni Foster. Apa itu karena sentuhan Chloe?

“Jadi Chloe. Apa pekerjaanmu? Atau Nash cukup murah hati menjemputmu dari semacam... jalanan?”

Suasana meja makan membeku. Sialan kau, pikir Chloe, dia menatap Helena yang memotong daging di piringnya dengan santai. Chloe meletakkan garpu dengan tenang dan tatapannya masih terpaku pada wanita itu tanpa kehilangan kendali.

“Aku bekerja sebagai investigator lepas di salah satu perusahaan swasta,” sahut Chloe. “Aku tidak berasal dari jalanan, Nyonya!”

Jamuan makan siang yang seharusnya menjadi sebuah cara untuk menyatukan keluarga malah beralih menjadi panggung ketegangan. Bunyi alat makan terdengar pelan diantara sunyi yang mencekam. Helena memainkan anggur di gelas dengan ekspresi puas melihat Chloe berusaha tetap tenang.

Foster meletakkan garpunya, menyeka bibir dengan serbet lalu menatap Nash tajam. “Kapan kalian akan menikah? Kau butuh sesuatu?”

Nash tidak mengalihkan pandangan dari piringnya. “Aku tidak merasa masih menjadi bagian dari keluarga ini sejak kau sibuk menjadi suami baru alih-alih menjadi ayah yang lama. Aku tidak membutuhkan apa pun darimu.”

Helena tertawa. “Oh, Nash. Berhentilah mendramatisir keadaan. Kau selalu merasa paling tersakiti, seolah-olah kau satu-satunya anak malang di dunia ini. Padahal ibumu masih hidup, meski, yah, seperti tanaman hias yang hanya hidup jika dirawat!”

“Hentikan, Mom!” Eross berdiri, jelas dia tidak menyukai nada bicara Helena pada Nash. “Sudah ku bilang berkali-kali jangan sebut keadaan Bibi Lori di depan Nash!”

“Tutup mulutmu. Kau hanya bocah sialan yang tidak bisa mendengar didikan ibunya!” sembur Helena marah.

“Kau ingin aku mendengarmu? Kau harus membunuhku lebih dulu kalau begitu.”

“Kau...”

“Wah, ini cukup menyenangkan,” gumam Nash, tapi Chloe tahu pria itu marah. Jemari yang tak lepas dari genggamannya berubah sedingin es dan itu adalah sinyal jika dada Nash sebenarnya tersulut emosi. Chloe saja tercekik mendengarnya, mustahil pria ini tidak.

“Well, terimakasih atas sanjunganmu, Helena. Tapi aku tidak membutuhkannya!” kata Nash datar. “Dan kau harus mendengar nasehat puteramu. Jangan singgung soal Mom di depanku, karena kau tak layak!”

“Aku hanya realistis, Nash sayang,” ucap Helena lagi. “Kau masih punya tanggung jawab yaitu ibumu tapi sekarang kau menikahi seorang wanita yang manis dan sederhana.” Helena berdecak, dia mengamati Chloe dari ujung rambut hingga ke kakinya. “Orang akan mengira keluarga kita diambang kebangkrutan saat mereka melihat Chloe.”

Chloe membalas tatapan itu dengan senyuman tipis. “Tidak semua wanita mengukur nilainya dari harga pakaian, Helena. Beberapa dari kami lebih fokus pada harga diri.”

Helena membeku sejenak, Eross terlihat tersenyum puas. Tapi Helena kembali bicara, katanya, “Harga diri?” Dia mencibir. “Wanita yang menjual dirinya dalam pernikahan kontrak berbicara tentang harga diri?”

Chloe merenung. Bukankah tak ada yang tahu tentang kontrak pernikahan ini? Atau, Helena hanya menebak-nebak dan berharap aku lepas kendali? Chloe tersenyum tipis. Sayangnya, kau bukanlah tandinganku, Helena.

“Setidaknya aku menikahi pria single. Aku tidak mengincar pria kaya dan menikahinya hanya demi sebuah gelar. Dan kau berbicara padaku tentang kehormatan?” balas Chloe tenang, suaranya tidak meninggi.

Nash diam-diam melirik. Ada sebuah kepuasan tersendiri padanya dan dia cukup terkejut bagaimana tenangnya Chloe mengatasi Helena. Wanita bermulut tajam itu sepertinya telah bertemu pawangnya kali ini.

Helena meletakkan gelasnya dengan bunyi keras, wajahnya memerah karena amarah. “Berani-beraninya kau...”

“Aku hanya menjawab pertanyaan yang kau ajukan dan menanggapinya,” potong Chloe cepat dan dia tersenyum. “Jika aku menyinggungmu, aku minta maaf. Kau tidak akan menaruh dendam pada wanita sederhana sepertiku, bukan?”

Foster menatap Nash. “Kau akan membiarkan istrimu bicara seperti itu di meja makan keluargamu?”

“Well, memangnya kenapa?” Nash menegakkan tubuh. “Dia tidak melakukan sesuatu yang buruk, bukan? Hanya meladeni istrimu bicara. Apa salah?”

“Kau tidak akan bisa menjalani hidupmu dengan dendam, Nash. Cepat atau lambat, kau akan kembali ke akarmu.”

“Apa kau lupa? Akar itu sudah membusuk sejak kau menyiramnya dengan pengkhianatan dan kebohongan!” balas Nash tajam.

Suasana berubah menjadi makin sesak. Hening yang menyakitkan menelan ruangan dan Chloe akhirnya tahu, pundak tegang pria itu ternyata membawa cukup banyak beban. Apa ini alasan di balik sikapnya yang dingin dan semena-mena?

“Aku rasa kita harus berhenti saling menyakiti di meja makan,” gumam Eross lirih, dia menatap Nash. “Aku selalu menghormatimu Nash. Aku tahu apa yang dilakukan ibuku tidak akan pernah bisa kau maafkan.”

“Omong kosong apa yang kau ucapkan?” Helena memekik menatap Eross. “Aku sungguh menyesal memiliki anak pembangkang sepertimu!”

“Menurutmu aku tidak menyesal dilahirkan oleh wanita sepertimu? Kalau kau bertanya penyesalan terbesarku apa, aku akan menjawab memiliki ibu sepertimu!” sahut Eross marah.

Nash menatap Eross singkat. “Kau masih terlalu muda untuk memahami semua ini.” Dia meletakkan sarbetnya, berdiri dan tangannya tidak melepas tangan Chloe sejak tadi. “Aku rasa makan siang ini cukup sampai di sini,” katanya, dia menatap Chloe. “Ayo.”

Chloe berdiri, menyusulnya tanpa ragu. Tak ada ketakutan dalam langkahnya, hanya kebisuan yang penuh keteguhan. Saat mereka melangkah keluar dari ruang makan, Helena berseru dari belakang mereka dengan nada tajam.

“Jangan terlalu nyaman, Chloe. Dunia Nash tidak diciptakan untuk wanita sepertimu.”

Chloe berhenti, dia menoleh sekilas sambil menahan senyum. “Aku tidak datang untuk merasakan kenyamanan, Nyonya. Aku datang untuk bertahan!”

Lalu dia kembali melangkah pergi bersama Nash. Mereka seperti dua sosok yang berbeda, namun sama-sama terbakar oleh luka masa lalu yang belum selesai.

SUV hitam itu melaju dengan mulus di jalanan aspal yang basah karena sisa hujan pagi tadi. Suasana di dalam mobil terasa tebal oleh keheningan. Chloe duduk diam menatap ke luar jendela, menyembunyikan lelah dan sisa-sisa ketegangan di meja makan barusan.

Nash duduk di sebelahnya, sesekali dia melirik Chloe dari ekor matanya. beberapa menit berlalu, hingga akhirnya Nash bicara dengan nada suara yang santai, tapi penuh sindiran yang tersembunyi.

“Harus ku akui, kau cukup mengesankan di meja makan tadi.”

Chloe menoleh perlahan, mengangkat alis tanpa bicara. Nash melanjutkan dengan senyum kecil yang tak sepenuhnya hangat. “Tenang, tajam, tidak menangis walau Helena hampir menggigit lehermu. Aku nyaris mengira kau sedang menjalani audisi jadi nyonya bangsawan, bukan gadis biasa yang datang menawarkan diri untuk dijual.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Kau Meniduriku (II)

    Sepi menggantung ditengah mereka. Nash menggaruk kepalanya. “Benarkah? Aku tidak ingat bagian itu.”Chloe terhenyak, tangannya mengepal di balik gaun pendek yang dipakainya. Tapi tangan kekar Nash langsung menggenggamnya, diam-diam, tanpa melirik Chloe. Dia terus bertatap muka dengan Daisy seolah dia sedang memfokuskan dirinya pada wanita itu.Jangan bilang kau berbohong padaku, pinta Chloe dengan lirih dalam hati ketika dia menemukan ekspresi Nash yang datar. Jangan bilang keputusanku untuk memulai lagi sejak awal denganmu adalah sebuah kesalahan.Tolong, Nash.Jika kau menghancurkanku sekarang, aku tidak bisa percaya padamu lagi selamanya, dan aku akan bercerai darimu.“Kita bahkan ...” Daisy mulai bertingkah panik. “Kau ...”“Aku kenapa?” Nash mengangkat alis.Air mata Daisy kembali jatuh, dia menggeleng, menangis sesenggukan. Mila mengernyit, mulai merasa jengah dengan tingkah Daisy. Dan melihat Nash juga Adrian bahkan tidak melakukan apa pun pada wanita ular itu membuat emosi dal

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Kau Meniduriku

    Nash menyerbu masuk ketika Chloe hendak menutup pintu kamar mandi. Pria itu menatapnya dengan mata sensual, seolah sudah tidak sabar untuk menunggu hal yang ditahannya selama ini. Namun Chloe tahu, dia baru saja kehilangan janin dan melewati proses kuretase.Dia tidak bisa mewujudkan hasrat Nash, dan dia belum siap.“Kau mau apa?” Chloe mendelik.“Kita mandi berdua saja, lebih cepat!”“Kau mau cepat? Kau bisa mandi lebih dulu.”Nash berdecak, dia menyandarkan tubuhnya di sisi pintu kamar mandi. “Kau pikir aku buru-buru?”“Jadi?” Chloe pura-pura tidak mengerti. “Adrian dan yang lain ada di bawah. Kau ingin menemani mereka, kan?”“Mereka bisa menunggu, Chloe,” gumam Nash putus asa.“Lalu?” Alis Chloe naik.Nash mendorong Chloe lalu menutup pintu kamar mandi dengan cepat. Dia menangkup wajah gadis itu, menciumnya lagi dan mendorong tubuh Chloe hingga menempel di dinding. Tangannya dengan cepat meraih kancing gaun Chloe tapi gadis itu menghentikannya.“Kau tidak menginginkannya?” bisik Na

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Tak Ada Perceraian

    Petir menyambar cukup dekat, menciptakan cahaya lebih terang selama beberapa detik, mengalahkan sinar matahari yang terhalang awan-awan gelap. Chloe dan Nash masih berdiri berhadap-hadapan, jarak diantara mereka makin tertutup usai Chloe memberikan penawaran pada Nash.Tidak ada perceraian.Tidak ada perpisahan.Semuanya akan kembali seperti awal.“Tentu saja.” Chloe menghela napas, melihat Nash justru tidak bereaksi apa-apa. “Jika kau menginginkan Daisy, kau bisa menceraikanku secepatnya.”Nash mengernyit. “Kenapa kau membawa nama Daisy?”“Oh? Aku lupa, kau adalah tiang penyangga gadis itu. Aku tak bisa menyebut namanya tanpa izinmu,” dengus Chloe makin kesal.Nash tersenyum, untuk pertama kali sejak kemarin dia mengetahui kebenaran itu. Ditariknya pinggang Chloe untuk memupus jarak diantara mereka sampai tubuh gadis itu menempel padanya. Nash menatap wajah Chloe yang damai dan tenang, tangannya perlahan naik untuk menggantikan gadis itu memegang payung.Tangannya meraba punggung Chl

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Kau Bersedia?

    Gerimis perlahan turun. Bunyi guruh sahut menyahut di langit, awan hitam bergulung malas menaungi tempat pemakaman khusus yang telah disiapkan oleh Nash beberapa tahun lalu. Berada di atas perbukitan, hanya ada makam ibunya di sana, berikut makam dirinya sendiri yang juga telah disiapkan Nash.Foster dan Helena tidak terlihat di sana, hanya ada Eross, juga Alex, Adrian, Mila dan Chloe. Gadis itu memastikan dirinya tetap berada di sisi Nash, berusaha menjadi titik tumpuan pria itu di fase terendahnya.Nash tidak banyak bicara. Pun setelah peti diturunkan dan petugas menutup liang lahat, pria itu tetap diam. Namun sorot mata itu menceritakan semuanya. Bagaimana kepedihan hati Nash melepas ibunya, walau sejak beberapa tahun terakhir dia sudah mempersiapkan diri.“Kak ...” Eross berdiri di samping Nash, menatap batu nisan yang terpasang sempurna dan cantik. “Bibi Lori telah menemukan kehidupannya yang lebih baik. Aku ... minta maaf atas nama ibuku. Jika tidak ada kami, kau pasti masih mer

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Lori Meninggal

    Nash tersenyum, dia mengangguk setuju alih-alih menolak. Adrian mengangkat alis, tidak percaya Nash justru memberinya reaksi santai seperti itu. “Kau bersedia?”“Kenapa tidak?”“Kau? Seorang Nash Sullivan?”“Jika menjadi pelayan Chloe, seumur hidup pun aku bersedia!”Adrian menggelengkan kepala sambil berdecak. “Kau sungguh tak tertolong lagi, Nash. Otakmu benar-benar sudah diekspansi oleh Chloe.”Nash tertawa pelan, keduanya saling berpandangan lagi ketika mendengar suara jerit Daisy lebih kencang. “Pria itu bermain cukup kasar sepertinya,” kelakar Adrian. “Daisy bahkan berteriak seperti itu.”Dia mengeluarkan ponselnya, mengatur sudut untuk menangkap dirinya dan Nash yang tergeletak di atas tempat tidur.“Kau mau apa?” lirik Nash tajam.“Tentu saja membuat bukti untuk mematahkan tuduhan Daisy,” sahutnya santai. “Kau tahu kan, dia pasti datang besok dan menangis tersedu-sedu. Dia akan mengatakan kau melecehkannya.”Nash tertawa kecil, dia mengangguk setuju. “Setelah ku pikir-pikir, d

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Salah Orang

    Begitu Daisy pergi, Nash duduk dengan tegak. Diambilnya sapu tangan dari sakunya, lalu melap lehernya dengan kasar, begitu juga dengan kedua telapak tangannya. Dia memungut jasnya. Dengan tatapan dingin, pria itu turun dari ranjang dan keluar.Di ambang pintu, dia bertemu Adrian dan seorang pria yang perawakannya persis Nash. Sahabatnya itu tertawa kecil, dia menepuk lengan pria itu dan berkata, “Gantikan Nash untuk memuaskan nafsu wanita itu!”“Tapi bagaimana kalau ketahuan?” Pria itu sedikit khawatir.“Buat saja suara mendesah dan gumaman yang dibuat-buat, seolah kau mabuk berat. Katakan lampunya tidak boleh menyala, atau Daisy tak boleh menyentuh wajahmu. Bilang saja kau yang akan memuaskannya sendiri. Ingat, kau tak perlu banyak bicara jika tidak diperlukan,” sahut Adrian.“Aku akan menjaminmu,” tambah Nash lagi. “Dia tidak akan bisa menyentuhmu selama ada aku.”“Kalau begitu, aku akan masuk.” Pria itu bergumam riang dan nada bicaranya lebih santai.Adrian dan Nash mengangguk bers

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status