Share

Pertemuan Keluarga

Author: Mirielle
last update Last Updated: 2025-05-23 14:45:39

Rumah pribadi Nash lebih mirip istana daripada tempat tinggal. Dinding-dinding terbuat dari marmer yang berkilau, lampu gantung kristal, dan tangga melingkar tinggi yang menjulang ke lantai dua. Tapi tidak ada kehangatan di dalamnya, hanya keheningan dan gema langkah Chloe ketika dia memasuki rumah itu dengan koper kecilnya.

“Nyonya Chloe, Tuan Nash memintaku untuk membawa Anda ke kamar.” Seorang pelayan datang menemuinya.

“Bisakah kau membawaku ke kamar tamu?” tawar Chloe.

“Tapi Tuan Nash berpesan agar Anda tidur di kamar utama, Nyonya!”

Chloe akhirnya mengangguk. Dia berjalan di belakang si pelayan dan naik ke kamar utama yang ditempati Nash. Ruangan itu luas, bahkan sepertinya lebih luas dari apartemennya sendiri. Chloe duduk di tepi ranjang besar dan memandang ke luar jendela. Dadanya terasa berat. Dia akan menjadi istri dari pria yang dia sukai, tapi anehnya pria itu sangat membencinya.

Chloe tidak tahu bagaimana Nash bisa begitu memusuhinya, seolah mereka memiliki dendam yang belum usai.

Ketika Chloe bangun keesokan harinya, dia melihat seisi ruangan itu hanya ada dirinya. Dia menyadari sepertinya Nash tidak pulang semalam. Itu bagus, Chloe tidak perlu melihat wajahnya. Dengan langkah kaki berat dia membersihkan diri dan turun ke lantai satu.

Ternyata Nash sudah menunggunya di bawah. Dia duduk santai di ruang makan, membaca dokumen sambil menyeruput kopi. “Akhirnya kau bangun juga, Nyonya Sullivan,” ucapnya tanpa menoleh. “Aku pikir kau terlalu menyukai ranjangnya.”

“Lumayan,” sahut Chloe singkat, dia mencoba menahan diri. Dia duduk di seberang meja dan mengangkat cangkir teh yang telah disiapkan untuknya. Pelayan menyajikan sarapan di meja selagi dia mendengar suara Nash lagi.

“Kita akan bertemu keluargaku. Berpakaianlah seperti seharusnya,” katanya datar setelah dia melihat Chloe. “Aku sudah menyiapkan beberapa potong gaun untukmu dan kau jangan pernah memakai pakaian lusuh itu lagi selamanya.”

Chloe menatap dirinya sendiri. Ini bahkan gaun yang baru dua kali dipakainya dan Nash menghina dirinya? Gadis itu urung memakan sarapannya, selera makannya segera lenyap. Dia menatap Nash diam-diam dan pria itu masih terlalu berkharisma dalam balutan kemeja putih yang setengah lengannya digulung.

“Jangan jatuh cinta padaku lagi, Nyonya.” Nash mengangkat wajah, dia tahu jika Chloe diam-diam melihatnya. “Lupakan ide liar itu dan cepatlah ganti pakaianmu. Kita berangkat setengah jam lagi.”

“Pria brengsek,” sungut Chloe, tapi Nash bisa mendengarnya samar.

“Kau bilang apa?”

“Tidak apa-apa!”

Mansion tua keluarga Sullivan menyimpan kesan klasik dan kemewahan konservatif. Saat mobil berhenti di halaman depan, Chloe bisa melihat seorang wanita berusia akhir 40-an berdiri di dekat jendela, namun langsung pergi begitu saja.

“Hubunganku dan ayahku tidak begitu baik,” kata Nash sebelum mereka turun dari mobil. “Kau harus tahu jika aku punya ibu tiri dan satu orang adik tiri. Ingat, berpura-puralah seperti sepasang kekasih yang saling mencintai.”

Chloe mengangguk. Dia turun, menatap sekali lagi mansion mewah itu dan berdecak kagum. Pikirannya teralih ketika Nash mengulurkan tangan dan dia harus menggenggamnya. Mereka berjalan masuk bersisian seolah mereka memang sepasang kekasih sungguhan.

“Well, dia jauh lebih cantik dari yang bisa ku bayangkan.” Helena Sullivan menyambut mereka di pintu dan Chloe tahu itu adalah cibiran.

Sekarang Chloe bisa mengerti kenapa Nash selalu menghinanya. Rupanya dia memang tinggal di kediaman yang tak memiliki norma seperti ini.

“Halo, Nyonya...”

“Panggil saja Helena,” potong Helena cepat. “Nash juga memanggilku dengan namaku sendiri. Kau bisa mengikutinya. Lagipula aku tak ingin terdengar lebih tua di hadapan wanita muda dan ... sederhana sepertimu.”

Chloe hanya tersenyum tipis, memilih untuk tidak terpancing. Nash tidak mengatakan apa pun selain menyeretnya menuju meja makan. Di sana, pria yang seluruh rambut di kepalanya sudah berubah putih duduk di ujung meja.

Foster Sullivan terlihat tegang, terlihat dari caranya memegang gelas anggur di tangannya. “Berani-beraninya kau membawa wanita ini ke sini. Bukankah sudah ku bilang aku tidak akan pernah merestuimu?”

Nash memindahkan tangannya, kali ini dia meraih pinggang Chloe dan menyeretnya ke tubuhnya. “Aku tak butuh restumu soal pernikahanku sendiri!”

“Kau...”

“Foster, bagaimana kalau kita makan dulu?” Helena menengahi. “Nash, Chloe, duduklah!”

Wanita itu jelas beracun, dan dia hanya berpura-pura lembut di depan Chloe. Dia tersenyum seolah dia wanita yang hangat untuk keluarganya, padahal hanya melihat sekilas saja, Chloe tahu jika dia sama jahatnya dengan Nash.

“Aku tidak percaya saat pelayan mengatakan kakakku kembali.”

Chloe menoleh, seorang remaja datang dengan pakaian kasual dan celana panjang denim. Dia tersenyum hangat dan langsung duduk di samping kursi Chloe. Dia mengulurkan tangan, berkata, “Hai, Chloe. Namaku Eross, adik tiri Nash!”

Dia berbeda, pikir Chloe selagi dia menerima jabatan tangan Eross. Senyumnya tidak dibuat-buat. Dia sungguh berbeda dari semua orang yang duduk di sini. Sepertinya, dia satu-satunya orang yang normal.

“Bukankah sudah ku bilang kau tidak perlu datang?” Suara Helena terdengar berat dan penuh kemarahan.

“Nash kembali, aku sudah tidak melihatnya selama bertahun-tahun. Kau tahu aku merindukannya.”

“Jangan bicara seolah kita dekat,” ujar Nash dingin, tapi disambut senyuman oleh Eross.

“Dia memang seperti itu.” Eross memainkan matanya pada Chloe.

“Eross...”

“Aku tak butuh izinmu untuk kembali,” potong Eross cepat saat Helena berdiri dengan wajah memerah menahan marah. “Aku seorang Sullivan dan ini rumahku juga, kau yang mengatakannya dulu. Jadi aku bisa keluar masuk sesuka hatiku.”

Makan siang macam apa ini? batin Chloe. Kenapa semua anggota keluarga saling mencabik? Apa ini sisi kelam keluarga Sullivan yang tak pernah terendus oleh dunia luar?

“Hentikan.” Foster menepuk meja makan tiga kali. “Ada orang asing di sini, bisakah kalian menjaga sikap?”

Ini memuakkan, pikir Chloe. Semua keluarga ini sama saja. Mereka bisa menghina dengan sangat halus hanya dengan satu tarikan kalimat dari mulut. Apa mereka tidak bisa hidup tanpa saling menjatuhkan?

“Dia istriku, Foster,” sahut Nash santai, namun cukup membuat Chloe shock sampai-sampai sendoknya nyaris jatuh.

Foster? Dia tidak memanggilnya dengan sebutan ayah, dad, papa atau sejenisnya? Foster?

Nash meraih tangan Chloe. Dia meletakkannya di pangkal pahanya, menggenggamnya erat-erat seolah sedang menunjukkan pada Foster apa yang dia maksud barusan. Foster hanya tertawa, tapi tawa itu mengejek!

“Aku hanya tidak percaya. Aku pikir mentalmu sudah terlalu rusak untuk menghindari keluarga seumur hidupmu!”

“Percayalah, aku menuruni separuh sifat buruk darimu,” balas Nash tajam, dan Eross tertawa kecil mendengarnya.

“Kau...” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Ruang Rahasia

    Jarum jam menunjukkan pukul dua dini hari ketika Nash membuka pintu rahasia di sisi Timur kediamannya. Pintu rahasia itu mengarahkannya ke ruang bawah tanah, tempat Nash lebih banyak menghabiskan waktu.Dinding bata abu-abu itu terlihat biasa saja bagi siapa pun, kecuali bagi dia yang tahu persis letak panel tersembunyi di balik lukisan klasik yang menggantung diam. Dia menekan kombinasi angka di keypad kecil dan pintu besi terbuka perlahan.Udara steril dan dingin menyambutnya. Lorong itu remang-remang dan sunyi. Hanya bunyi alat monitor dan detak pelan yang terdengar dari ruangan paling ujung. Nash berjalan pelan, jaketnya sudah dia lepas, lengan kemejanya digulung.Ruangan itu terlihat seperti ruang perawatan VVIP, lengkap dengan mesin pendukung hidup, sistem sirkulasi udara mandiri, dan ranjang medis elektronik. Seorang wanita paruh baya terbaring di sana, rambutnya yang dulu gelap kini memutih si sisi pelipis.Wajahnya tenang, tapi mata itu tak pernah terbuka lagi sejak hari dia

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Wanita Tajam

    Hari pertama sebagai istri Nash Sullivan diawali bukan dengan ucapan selamat pagi atau ciuman hangat di kening. Ketika Chloe bangun, Nash sudah tidak ada di sofa. Sambil melihat pantulan dirinya di cermin, Chloe sadar, sebenarnya Nash tidak sepenuhnya brengsek.Pria itu memang menyakiti perasaannya tanpa Chloe tahu sebabnya apa. Tapi mungkin dia sedang menghadapi trauma, bisa jadi karena keluarganya. Mungkin bersikap kasar dan semena-mena adalah pelarian dari semua penderitaannya selama ini.Chloe menoleh ke arah pintu, cukup terkejut ketika Nash mendorong pintu lebar-lebar. Mata tajamnya langsung mengarah pada Chloe yang sedang menggulung rambutnya. Di tangannya dia memegang selembar kertas.“Aku tidak memintamu berdandan,” ucap Nash datar, dia mengenakan setelan jas hitam dan jam tangan mewah. “Kita punya jadwal untuk sore ini.”Chloe kembali memperbaiki rambutnya di depan cermin. “Aku tahu. Aku hanya tidak ingin mempermalukanmu.”Nash menatapnya selama beberapa detik, lalu di

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Penjara Pribadi

    Chloe melangkah keluar dari sedan hitam yang membawanya kembali ke kediaman Nash, tanpa kata sedikit pun. Gaun putihnya diangkat agar tidak menyentuh lantai. Dia terlihat lelah, tapi kedua matanya masih tetap menyala, bukan karena harapan, tapi karena keputusasaan.Nash berjalan di depannya, membukakan pintu besar tanpa menoleh. Dia tidak bicara, hanya memberi isyarat pada para pelayan agar mereka menyingkir dari hadapannya. Pria itu naik, Chloe menyusul setelahnya.Chloe berdiri di ambang pintu kamar utama, matanya menyapu ruangan, lalu terhenti pada Nash yang berdiri di sudut kamar sambil melepas dasi.“Jangan khawatir,” kata Nash akhirnya, suaranya rendah tapi tajam. “Aku tidak akan menyentuhmu. Setidaknya bukan malam ini.”Chloe masuk, dia berdiri di dekat ranjang. Siapa yang ingin disentuh olehmu? Sungutnya. Aku tidak rela. Bahkan jika kau adalah cinta pertamaku, aku tidak akan sudi bersentuhan denganmu. Membayangkannya saja membuatku muak.“Orang akan berpikir kau menghormatiku,

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Pernikahan

    Chloe mengalihkan pandangannya, tapi bibirnya melengkung samar. “Aku tidak sedang mencari pengakuan darimu,” katanya pelan dan tegas. “Dan aku tidak menjual diriku. Aku membayar harga.”Nash tertawa pendek. “Oh, Chloe. Kau benar-benar berkembang. Dulu kau gadis yang mengaku cinta padaku dan hampir menangis waktu ku tolak. Sekarang, kau berubah menjadi lebih tangguh.”“Kau akan berubah menjadi tangguh ketika kau kehilangan arah hidupmu,” gumam Chloe, dia memejamkan matanya. “Kalau tidak keberatan, aku ingin tidur sebentar.”Mata Nash menyipit, tapi tatapannya tak lepas dari wajah Chloe. Teduh, damai, dan tenang. Jika tidak melihat video itu, Nash mungkin akan terkecoh oleh paras Chloe. Dia mengalihkan tatapannya, langit makin bergulung oleh awan hitam. Tidak. Chloe adalah penyebab ibunya koma. Tujuannya menikahi Chloe adalah untuk membalas dendam, tidak ada alasan lain di balik itu.***Langit sore berangsur-angsur pucat ketika sinar matahari harus kalah oleh gulungan awan yang makin b

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Hinaan di Meja Makan

    Chloe meremas jemari Nash, hanya sebuah gerakan refleks, tapi itu sukses membuat Nash membungkam mulut. Pria itu melirik Chloe yang bahkan tidak melihatnya. Ada sensasi aneh dalam diri Nash yang membuatnya enggan untuk meladeni Foster. Apa itu karena sentuhan Chloe?“Jadi Chloe. Apa pekerjaanmu? Atau Nash cukup murah hati menjemputmu dari semacam... jalanan?”Suasana meja makan membeku. Sialan kau, pikir Chloe, dia menatap Helena yang memotong daging di piringnya dengan santai. Chloe meletakkan garpu dengan tenang dan tatapannya masih terpaku pada wanita itu tanpa kehilangan kendali.“Aku bekerja sebagai investigator lepas di salah satu perusahaan swasta,” sahut Chloe. “Aku tidak berasal dari jalanan, Nyonya!”Jamuan makan siang yang seharusnya menjadi sebuah cara untuk menyatukan keluarga malah beralih menjadi panggung ketegangan. Bunyi alat makan terdengar pelan diantara sunyi yang mencekam. Helena memainkan anggur di gelas dengan ekspresi puas melihat Chloe berusaha tetap tenang.F

  • Tertawan Kontrak Panas CEO Arogan   Pertemuan Keluarga

    Rumah pribadi Nash lebih mirip istana daripada tempat tinggal. Dinding-dinding terbuat dari marmer yang berkilau, lampu gantung kristal, dan tangga melingkar tinggi yang menjulang ke lantai dua. Tapi tidak ada kehangatan di dalamnya, hanya keheningan dan gema langkah Chloe ketika dia memasuki rumah itu dengan koper kecilnya.“Nyonya Chloe, Tuan Nash memintaku untuk membawa Anda ke kamar.” Seorang pelayan datang menemuinya.“Bisakah kau membawaku ke kamar tamu?” tawar Chloe.“Tapi Tuan Nash berpesan agar Anda tidur di kamar utama, Nyonya!”Chloe akhirnya mengangguk. Dia berjalan di belakang si pelayan dan naik ke kamar utama yang ditempati Nash. Ruangan itu luas, bahkan sepertinya lebih luas dari apartemennya sendiri. Chloe duduk di tepi ranjang besar dan memandang ke luar jendela. Dadanya terasa berat. Dia akan menjadi istri dari pria yang dia sukai, tapi anehnya pria itu sangat membencinya.Chloe tidak tahu bagaimana Nash bisa begitu memusuhinya, seolah mereka memiliki dendam yang be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status