MasukDamar terus terngiang-ngiang ucapan Serina. Kini, wanita bermata cantik itu telah terlelap dan Damar hanya bisa menatap Serina dari sofa. Damar menyesap cerutunya dan menerbangkan asap rokoknya ke udara. Sungguh, Damar tak pernah terpikirkan jika Serina akan meminta itu padanya. Damar tahu, jika sikap Damar selama ini terkesan cuek dan tak perhatian kepada Serina. Bahkan, Damar cenderung terus memarahi Serina sebab Damar mencoba menjaga dirinya agar tak melibatkan hatinya dalam hubungan yang sementara ini. Bagi Damar, hatinya hanya milik Hanna dan tak boleh ada wanita lain yang boleh memilikinya. Mungkin, damar terdengar gila karena Hanna sudah tiada. “Kenapa kamu meminta sesuatu yang sangat sulit untuk aku lakukan, Serina?” gumam Damar. Damar mematikan cerutunya dan membuangnya ke asbak. Dan setelahnya, Damar merebahkan dirinya di sofa dan memilih memejamkan matanya. Dan malam berlalu sangat cepat. Sang rembulan berganti dengan sang surya yang bersinar dengan terang. Tubuh
Air mata Serina mengalir dengan deras ketika Damar memperlakukannya dengan cukup kasar kali ini. Jika biasanya, Damar memperlakukan begitu halus, kini sedikit berbeda. Dan itu cukup membuat Serina kesakitan tentunya. Bahkan, ketika Serina meminta berhenti Damar tak mempedulikannya. Damar seperti kerasukan setan, bahkan tatapan matanya begitu tajam dan bengis. Serina seperti melihat Damar dalam wujud yang berbeda dan itu membuat Serina takut tentunya. Isakan suara yang keluar dari mulut Serina, akhirnya terdengar oleh Damar yang semula tengah tidur. Belitan Damar yang kuat perlahan mengendur disusul dengan kelopak mata Damar yang terbuka. Posisi Serina yang memunggungi Damar membuat Serina bisa menumpahkan air matanya. Hingga tanpa Serina sadari, jika suara isakan kecilnya itu membuat Damar terbangun. Damar terdiam sejenak dan menatap punggung Serina. Damar sadar jika perlakuannya sedikit kasar kepada Serina. Damar tentunya tak sadar sebab Damar tersulut emosi setelah mendengar u
Serina sampai tersedak ludahnya sendiri ketika mendengar ucapan dari Damar. Sungguh, Damar ini adalah orang yang penuh dengan kejutan. Padahal, kemarin Damar mengacuhkan dan mengabaikannya dan sekarang pria ini berubah bringas sekali. Oh , rasanya Serina malu sekali sekarang. Menyesal sekali rasanya, Serina membuat permainan ini. Padahal, niat Serina ingin meminta apapun kepada Damar karena ia sudah percaya diri akan menang. Eh, ternyata malah keadaan berbalik dan membuat Damar berkuasa. “Cih.... Wajahmu merah sekali seperti tomat,” sindir Damar yang kemudian ikut menikmati camilan itu. Serina buru-buru membuang muka dan melihat wajahnya dari layar ponselnya. Sungguh, Serina malu sekali sekarang. Ia pasti terlihat semakin bodoh di depan Damar. Setelah menghabiskan waktu cukup lama di pantai, mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke resort. Namun, sebelum itu Damar mampir ke sebuah toko ponsel yang ia lalui. “Tunggu disini,” pinta Damar. “Kamu mau apa , Mas?” Damar mengab
Serina cukup terkejut dengan permintaan dari Damar. Bahkan, Serina hanya bisa diam dan tak bereaksi apapun. “Kenapa diam saja? Ayo lakukan! Apa kamu mau mencoba mengingkari janjimu sendiri?” sindir Damar. Serina langsung mengambil langkah mundur untuk sedikit menjaga jarak dengan Damar. Ia tak mau jika Damar melihat wajahnya yang sangat merah ini. Sungguh, mana mungkin Serina melakukannya disaat mereka berada di keramaian seperti ini. Damar menegakkan tubuhnya kembali dan menatap Serina. “Ah, dasar pembohong. Kamu yang buat permainan ini dan membuat aturannya, tapi kamu malah ingin menghindar dari hukuman. Dasar pecundang...” “Ehmm, bukan begitu,” sahut Serina dengan cepat. “Permintaan kamu sangat tidak masuk akal,” sambung Serina kemudian. “Dimana letak tidak masuk akalnya?” tanya Damar balik. Jantung Serina berpacu sangat cepat sekali. Damar benar-benar memanfaatkan situasi ini untuk mengerjainya. “Ini tempat umum. Bagaimana aku bisa melakukannya? Itu sangat tidak etis
Suara lirih Serina itu jelas tertangkap di pendengaran Damar. Namun, Damar hanya diam dan tak menimpali. Hingga akhirnya, Serina memutuskan untuk berjalan maju agar lebih dekat dengan air laut. Serina duduk di pinggiran air laut dan bermain air disana. Air matanya yang hendak mengalir, ia seka dengan cepat. Ia datang kesini bukan untuk meratapi nasibnya. Dan tentunya ia harus bahagia bukan? Dari tempatnya, Damar melihat tubuh Serina. Damar menarik napasnya panjang. Apakah Damar sengaja mengatakan itu? Tentu saja. Karena Damar ingin memperjelas jika Serina tak akan pernah bisa menggantikan Hanna dalam hatinya. “Aku memang tidak pernah bertemu denganmu, Mbak Hanna. Entah wanita seperti apa dirimu hingga membuat mas Damar begitu mencintaimu. Tapi, apakah kamu tidak mau memberikan tempat itu padaku? Saat ini, aku yang berada disisi mas Damar dan aku sedang berjuang untuk mendapatkan cintanya. Jadi, tolong bantu aku. Aku berjanji akan membuat hidup mas Damar bahagia,” batin Serina dal
Mata Serina melebar sempurna. Ucapan dari Damar tentunya sangat mengejutkan untuknya. Dengan gerakan cepat, Damar mengangkat tubuh Serina dan tentunya Serina tak bisa menolak. Bagaimana bisa menolak, bahkan untuk bersuara saja rasanya Serina tak mampu. Namun, diluar dugaan Serina. Damar malah membawanya keluar dari resort lalu menurunkannya di depan pintu. Kaki Serina akhirnya menapak kembali pada lantai. Serina termenung dan menatap Damar yang terlihat menutup pintu kamar mereka. “Kenapa kamu membawaku keluar?” tanya Serina begitu polosnya. Damar menyentil kening Serina cukup keras. “Bukankah aku akan mengajakmu jalan-jalan? Kalau tidak keluar, memangnya kamu mau terus berada di kamar?” Serina menggosok keningnya yang terasa panas. “T-tapi, tadi bukannya mau...” Damar memicingkan matanya. “Apa yang kamu pikirkan?Ah, jangan-jangan isi kepala kecilmu itu hanya memikirkan soal ranj-“ Serina berjinjit dan langsung membekap mulut Damar. Bisa-bisanya Damar membicarakan masalah in







