Share

Tetanggaku Kesakitan Tiap Malam
Tetanggaku Kesakitan Tiap Malam
Penulis: Rahma La

Ketukan Tengah Malam

"Aduh, sakit, Pa! Sakit!" Teriakan itu kencang sekali. Aku meringis sendiri setiap kali mendengarkannya. Aduh, rasanya tidak sanggup mendnegar teriakan itu. 

"Sakit, Pa! Udah, Pa! Ampun, sakit!" Teriakan itu terdengar kembali, aku mengambil bantal, menutupi telingaku dengan bantal, astaga aku terganggu sekali. 

Aku memperbaiki posisi tidur beberapa kali, suara itu tetap saja terdengar menyeramkan dan menyakitkan. Aduh, bagamana cara agar aku tidak bisa mendengarkan teriakan itu kembali? Setiap mendengarkannya, aku malah merasa semakin kasian dengan orang yang berteriak. Aku menghela napas beberapa kali. Ini benar-benar mengganggu ku. 

"Sakit, Pa! Udah, Pa! Ampun!" Teriakan iyu kembali terdengar.

Ini tidak bisa dibiarkan. Aku beranjak. Menghela napas beberapa kali, tidak bisa tertidur akibat suara itu. Kalau tidak ada suara itu, mungkin aku tidak akan merasa terganggu seperti sekarang. Suaranya benar-benar memekakkan telinga. 

"Aduh, kamu ngapain sih dari tadi bolak-balik tempat tidur? Aku jadi gak bisa tidur nih. Kamu berisik banget." Suamiku ikut terbangun, padahal tsid tidur dia pulas sekali. 

Bagaimana caranya aku bisa tidur kalau suara itu benar-benar mengganggu hidup kami? Aku mengusap telinga, suamiku memang tidak tau banget kalau aku merasa terganggu dan tidak bisa tidur akibat suara itu. 

"Suara itu lho, Mas. Kamu kenapa bisa tidur sih sedangkan suara itu ganggu banget tidur." Aku mengembuskan napas kesal, suamiku mengangkat bahu, dia kembali tertidur. 

Astaga, aku menepuk dahi, dia cepat sekali bisa tidur. Melupakan soal jeritan itu. Suamiku mana peduli dengan suara bising itu. Aku mengusap telinga lagi, kemudian kembali merebahkan tubuh, berusaha kembali tidur. 

"Sakit! Aduh, Pa! Ampun sakit banget! Sakit! Ampun, Pa! Ampun."

Ini memang hanya aku yang mendengarnya atau bagaimana sih? Lihatlah suamiku sudah tertidur lelap, seolah tidak peduli dengan suara menyebalkan yang mengganggu tidurku itu. Aku mengusap telinga, benar-benar suaranya seperti berada di sebelahku. Aku menelan ludah, kembali mencoba untuk tidur, memejamkan mata. 

"Udah sakit, Pa! Sakit! Ampun!" Suara anak kecil itu terdengar lagi. Aku menelan ludah, tidak bisakah anak kecil itu diam sebentar? Suaranya benar-benar mengganggu tidurku. 

Berkali-kali teriakan itu terdengar setiap malam, sampai aku sendiri tidak bisa tidur dibuatnya. Ini tetangga juga merasakan begini atau bagaimana sih? Kenapa sepertinya tidak ada yang merasa terganggu dengan teriakan itu?

Mereka tidak pernah bertanya atau mebgobrolaknya kalau sedang mengobrol bersama. Seolah-olah suara itu tidak pernah ada. Aku menghela napas kesal, merasa benar-benar terganggu dan aku tidak bsia tidur lagi sekarang. 

Ayolah, kemarin aku sudah tidak tidur, kemarin nya juga aku sudah tidak tidur, mengantuk sekali rasanya. Biasanya aku juga tidur siang-siang sih, tapi kan aku juga malam butuh tidur. Hari ini masa aku tidak tidur lagi sih? Begadang mendengarkan suara teriakan itu gitu?" 

"Mas! Mas Fahri, bangun dong." Aku menggoyangkan tubuhnya yang pulas sekali tertidur. Mas Fahri seolah tidak menanggapi aku. Dia kembali tidur, tidak terganggu dengan teriakan juga guncangan dairku. 

dasar menyebalkan. Hampir saja aku menimpuknya dengan sesuatu slalu dia tidak terbangun. Mas Fajri ikut duduk di kasur, matanya menyipit, kemudian menoleh ke aku. 

"Apalagi sih? Kamu itu tinggal tidur kok susahnya? Gak usah didengerin, anggap aja angin lalu. Atau besok aku beliin barang biar kamu gak bisa dengerin suara teriakan itu lagi deh." Mas Fahri memberikan solusi padaku, matanya masih terlihat mengantuk. 

Astaga, apakah dia tidak punya hati? Harusnya dia juga ikut memikirkan ada apa dengan anak itu. Malah memberikan ku solusi untuk membeli sesuatu agar tidak mendengarkan teriakan itu. Mas Fahri benar-benar menyebalkan. 

"Udahlah, biairn aja. Lagian mereka itu punya keluarga kan? Biar keluarga mereka aja yang ngurus. Kita gak perlu ikut campur. Oke? Kamu dnegar aku, Sayang?"

Bukan begitu, bukannya aku tidak mendengarkan perkataan Mas Fahri, tapi kasian lho. Aku menggelengkan kepala, rasanya tidak tahan mendengarkannya. "Kasian banget anak itu, tiap malam disiksa."

"Namanya juga anak tiri, Nay." Mas Fahri akhirnya menjawab lebih baik, dia menguap beberapa kali. Dia tampak tidak peduli sama sekali.

Kata tetangga menang benar begitu, anak yang ada di dalam rumah itu adalah anak tiri. Aku yang mendengarkan sendiri penjelasan mereka saat aku bertanya pada salah stau warga. Mereka menjawab ragu-ragu pertanyaan ku. 

Memangnya kenapa sih kalau anak tiri? Tetap saja kan kasian. Aku menghela napas pelan, masih merasa kasian pada anak itu. Kan tidak ada yang salah dari anak tiri, dia juga manusia. Bukan untuk disiksa begitu, kalau hanya untuk menyiksa, lebih baik berikan saja anaknya pada yang menginginkan, bukannya begitu caranya atau beriksan saja pada panti asuhan agar mereka menjaga anak itu dengan baik. Jangan sampai dia merasa kesakitan begitu. 

Aku mengusap dahi mendengar perkataan Mas Fahri. Kami harusnya melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib. Kami yang mendengarkan  tidak boleh diam begitu saja. Kasihan anak kecil yang ada di rumah itu. Dia tersiksa sekali sepertinya, apalagi teriakan dia begitu menyiksa. Aku saja yang membayangkannya tidak bisa, apalagi kalau terjadi padaku coba? Ah, aku tidak bisa membayangkan hal itu. 

"Kamu mau laporin lagi? Gak bakalan ditanggapin, Nay." Mas Fahri menggelengkan kepala melihat ekspresi wajahku, dia seolah tau apa yang sedang aku pikirkan. 

Tapi itu kN perbuatan mulia kalau kami membantu anak malang itu. Kasian sekali dai sampai merasa tersiksa di rumahnya sendiri. Rumah yang menurutku besar dengn mewah, tetapi malah isinya menyakitkan. Aku lebih khawatir pada anak kecil itu. 

Ya, sudah hampir sepuluh kali kami melaporkannya ke pihak berwajib atas kasus kekerasan anak. Tidak ada tanggapan. Seolah angin lalu. Tidak ada yang menanggapi, bahkan tidak ada yang memproses laporan kami, seolah kami ini memberitahukan hal yang tidak penting

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Narti Riyanto
cerita halusinasi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status