Share

Tetanggaku Maduku
Tetanggaku Maduku
Penulis: Dhesu Nurill

Prolog

"Cepat kamu keluar!" seru Sari. Dia membenarkan gorden yang tersingkap.

Laki-laki berperawakan tegap itu dengan cepat memakai pakaian. Padahal, baru saja dia sampai di sini dan belum melakukan apa pun. Tetapi, keberuntungan tidak menyertainya hari ini.

"Aku keluar lewat mana?" tanya Rahman, berbisik.

Sari tak menjawab. Dia malah mengacungkan telunjuk ke arah dapur. Mengerti apa yang dimaksud Sari, Rahman bergegas pergi dari kamar wanita itu dan mengendap keluar dari rumah berukuran sedang yang sudah sering disinggahi tiga bulan terakhir ini.

"Mbak Sari, assalamualaikum." Suara wanita yang sering mengunjunginya itu terus mengucap salam dan mengetuk pintu.

Sari yang takut aksinya terbongkar menghela napas terlebih dahulu. Dia bercermin, membenarkan rambutnya yang agak berantakan lalu dengan cepat membuka knop pintu.

"Waalaikum salam. Eh, Mbak Ayu. Silakan masuk, Mbak." Sari menampakkan deretan giginya sembari mempersilakan wanita berjilbab itu masuk.

"Apa saya ganggu, Mbak?" tanya Ayu tak enak hati.

'Iya, ganggu banget!' rutuk Sari, tentu hanya dalam hati.

"Ah, gak apa-apa kok, Mbak. Tadi, saya lagi tidur siang aja. Ada perlu apa, Mbak?" tanya Sari langsung.

Jujur saja, Sari ingin bersama Rahman. Laki-laki yang tidak lain adalah suami dari wanita di hadapannya. Kesempatan langka itu ingin dia manfaatkan untuk melepas rindu.

"Oh ini, saya mau kasih mangga. Kebetulan Mas Rahman baru pulang dinas. Kali aja Mbak Sari mau," tawar Ayu, meletakkan kantong plastik berisi buah mangga.

Sari tersenyum sembari berucap terima kasih. Dalam hati wanita itu terus merutuki kedatangan Ayu. Padahal, Ayu bisa saja mengantarkan buah tangannya nanti. Namun, Sari tak bisa berbuat apa-apa. Kalau ditolak dikhawatirkan akan mengundang masalah di kemudian hari.

"Kalau begitu saya permisi, Mbak. Maaf mengganggu istirahatnya," ujar Ayu, pamitan.

Sepeninggalnya Ayu, Sari langsung masuk ke kamar dan merebahkan diri di kasur kesayangannya. Tak dipedulikan buah mangga yang tergeletak di meja tamu. Dia lebih mementingkan untuk memikirkan hubungannya dengan Rahman.

Tiga bulan sudah mereka merajut kasih tanpa sepengetahuan Ayu, tetangganya sendiri. Wanita berjilbab itu cantik, baik dan selalu perhatian padanya. Kehidupan Ayu terlihat sempurna di mata Sari yang pernah gagal dalam pernikahan.

Awalnya, tak ada riak iri menyusup ke relung hati. Tetapi, saat melihat keharmonisan rumah tangga Ayu, dengki mulai bersemayam di hati. Dia merasa dunia tak adil padanya.

Ayu yang sudah dianugerahi kecantikan dan kekayaan bertambah sempurna dengan kehadiran seorang suami yang sempurna pula. Bagaimana tidak? Rahman adalah seorang manajer di sebuah perusahaan ternama. Wajah tampan, tubuh tegap dan sikapnya yang baik pada Ayu membuat siapa pun ingin menjadikan laki-laki itu sebagai pasangan.

Sedangkan Sari? Dia harus menelan kepahitan karena mendapatkan suami yang tempramental. Hidup dalam garis kemiskinan membuatnya menjadi sasaran empuk korban KDRT. Untunglah belum ada buah hati yang hadir, jadi Sari bisa dengan mudah lepas dari laki-laki durjana itu.

Ya, dia kejam, mungkin. Tetapi baginya ini adalah sebuah keadilan. Jika takdirnya tak bisa berbuat adil, maka Sari sendiri yang akan membuat semuanya menjadi adil.

"Karena kamu sudah punya segalanya, maka aku minta sedikit saja kebahagiaan dari suamimu. Aku hanya minta kasih sayang Rahman, bukan kecantikan atau harta. Menurutku ini adil." Selalu kata-kata itu yang dijadikan tameng Sari untuk menghilangkan rasa bersalah.

Ponsel di samping Sari bergetar, menghentakkan lamunannya hingga berserakan. Nama Rahman terpampang jelas di layar pipihnya. Seulas senyum terbit menghiasi bibir itu. Dengan cepat, Sari bangkit dan mendial warna hijau.

"Halo, Mas," sapa Sari semringah.

"Halo, Sari. Apa Ayu sudah pulang?" tanya Rahma di seberang sana. Suaranya setengah berbisik.

"Iya, barusan pulang," jawab Sari, yakin.

Suara helaan napas lega memenuhi gendang telinga Sari. Tampaknya Rahman ketakutan jika tingkah bejatnya tebongkar.

"Syukurlah. Untuk beberapa hari ke depan aku tidak bisa menemuimu," papar Rahman membuat air muka Sari berubah.

"Kenapa?" tanya Sari menyelidik. Alisnya saling bertaut, hatinya merasakan firasat tak enak.

"Aku, Ayu dan Rafli akan pergi liburan. Aku sudah janji pada Rafli," terang Rahman membuat darah Sari mendidih.

"Gak bisa gitu, Mas! Sekarang kan waktunya kamu sama aku! Kamu jangan ingkar janji!" seru Sari tak terima.

"Maaf, Sari. Tidak bisa. Aku harap kamu mengerti," timpal Rahman, membujuk.

Tanpa menjawab lagi, Sari memutus panggilan. Lalu, suara teriakannya memenuhi kamar bercat putih itu. Wanita berusia 28 tahun itu murka. 

"Semua karena kamu, Ayu! Rencanaku semua gagal! Awas saja, akan aku buat kamu menderita!" geramnya sembari melontarkan pandangan ke arah jendela yang kebetulan menghadap pinggir rumah Ayu.

Tangannya mengepal kuat dengan emosi yang menguasai hati. Sari akan lakukan apa pun agar Rahman lebih sayang padanya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ipeh Saripeh
perempuan gak waras...sakit jiwa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status