Home / Fantasi / The Arc: Alkalurops / Appear From The Darkness

Share

Appear From The Darkness

Author: Sianida
last update Huling Na-update: 2022-03-04 18:59:03

Nero dan Jo duduk di kursi di sisi konter dapur. Setelah masuk ke dalam rumah, tempat ini tidak terlihat segelap yang Jo kira. Cahaya suram dari matahari yang tertutup awan mendung menerobos melalui celah di tirai jendela, menjatuhkan garis-garis sinar di sudut-sudut dapur.

Nero bertingkah seolah ini adalah rumahnya. Dia mempersilakan Jo masuk, menyuruhnya duduk di kursi lalu Nero menutup pintu belakang. Dia mengintip sekali lagi ke jendela, memastikan tidak ada orang di luar sana. Setelah itu, dia duduk di seberang Jo, kedua tangan menumpu dagu.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Nero. Dia bersikap seperti penegak hukum yang tengah menginterogasi tersangka.

“Aku bisa menanyakan hal yang sama padamu,” balas Jo, yang tidak bisa menerima sikap Nero begitu saja. “Ini bukan rumahmu. Apa yang kau lakukan di sini?”

Nero memalingkan wajah, berdeham, lalu kembali menatap Jo dengan pandangan tajamnya yang khas. “Ada tanda kehadiran Draconian di sini.” Dia menyugar rambut dan mendesah. Ada jejak keraguan pada tatapannya sebelum dia meneruskan kata-katanya. “Kematian seorang pria, pemilik rumah ini dinilai tak wajar. Kau pasti sudah membaca beritanya di koran. Dokter dan kepolisian setempat menyatakan orang itu meninggal karena penyakit langka yang belum pernah ada sebelumnya. Tetapi ada hal yang tidak dituliskan dalam berita. Dan hal itu yang membawaku kemari.”

“Apa?”

“Keluarga pria ini menghilang di hari yang sama dengan kematiannya. Hanya menyisakan anjing mereka. Namun seperti yang kau lihat tadi, anjing itu sudah—“

“Mati.”

“Yeah.”

Jadi Archturian sudah mencurigai hal ini juga? Atau mungkin asumsi itu hanya terbatas pada divisi Nero saja? Karena Jo tidak mendengar kejanggalan apapun pada kasus ini. Jika saja Gemma tidak membahasnya, Jo tak akan menyadarinya.

“Sekarang jawab pertanyaanku,” ucap Nero, cepat. “Apa yang kau lakukan di sini?”

Jo menelan ludah. Dia harus menjawabnya karena Nero sudah menjawab pertanyaannya. Namun itu berarti dia bakal melanggar sumpahnya kepada Gemma. Gemma bakal marah besar kalau tahu hal itu. Sial.

“Aku…,” Jo memutar otak, mencari alasan yang masuk akal tetapi tidak menemukannya. Akhirnya dia memberikan kebohongan terbaik yang bisa dia katakan. “Divisiku menyuruhku kemari untuk menyelidiki kematian janggal di tempat ini.”

“Kematian aktivis anti pemberontakan itu?” tebak Nero.

“Ya.”

“Bukankah kejadiannya di sebelah selatan Noane? Bukan di sini. Dan ini juga bukan rumahnya.”

Sialan. Jo hampir saja lupa betapa hebat prajurit di hadapannya ini. Bukan hanya soal bertarung, Nero juga terkenal akan kemampuannya menginterogasi, bernegosiasi, dan mendesak lawan bicara untuk berkata jujur. Seharusnya Jo bisa mengimbanginya, membuat karangan soal bagaimana kematian aktivis itu ternyata terhubung dengan kejadian di rumah ini. Namun Jo benar-benar tidak menyiapkan diri untuk kebohongan apapun, dan lagi kehadiran Nero saja sudah membuat rasa percaya dirinya menciut. Yeah, silakan bilang Jo pecundang, tetapi itulah yang dia rasakan terhadap Nero.

Rasa kagum Jo pada Nero sama besarnya dengan rasa bencinya terhadap pemuda ini. Apalagi jika ia teringat kalau Nero adalah murid ayahnya, dada Jo kembali merasa sesak. Namun ini bukan saatnya untuk mengingat hal menyebalkan seperti itu.

“Begini,” Jo menggosok tangan, berusaha mengenyahkan kegelisahan. “Seseorang memintaku untuk menyelidiki hal yang sama denganmu.” Jo mengatakannya dalam satu rentetan kata yang cepat sembari menahan napas. Ketika ia mengembuskan napasnya, Nero berkata, “Gemma?” dan tebakan Nero, yang lagi-lagi tepat sasaran, membuat embusan napas Jo berubah menjadi batuk.

Jo terbatuk sampai tenggorokannya terasa sakit. Dia tidak mengiyakan tebakan Nero, tetapi sepertinya Nero bisa mengambil kesimpulan dari reaksi Jo.

“Bagaimana kabarnya?”

Pertanyaan Nero membuat emosi Jo langsung berbalik. Ia yang tadinya merasa gugup karena intimidasi Nero kini menjadi marah karena pertanyaan itu.

“Kenapa kau tidak datang ke Fiend dan tanyakan sendiri padanya?” tukas Jo ketus. Ia memajukan badan sembari menggertakkan gigi. “Kapan terakhir kali kau datang berkunjung? Hanya untuk sekadar mengetahui kondisinya?” Jo mengerling ke lengan Nero, melihat jaket yang Nero kenakan. Itu jaket pemberian Gemma, dan bahkan Gemma belum mengembalikan uang yang ia pinjam dari Jo untuk membeli jaket itu.

Seketika itu Jo menjadi muak pada Nero. “Aku pikir kau peduli pada Gemma.”

“Ya. Aku peduli padanya.”

“Omong kosong,” hardik Jo.

“Aku peduli padanya, tetapi keadaan memaksaku untuk bertindak sebaliknya.”

Jo mengepalkan tangan. “Tutup mulutmu atau aku akan—“

Jo berhenti berbicara, dan sikap Nero juga langsung berubah waspada. Satu tangan Jo sudah terangkat, hendak memukul Nero, sementara tangannya yang lain mencengkeram kerah jaket Nero. Mereka berdua merasakan kehadiran lain di rumah ini, yang bersembunyi dalam kegelapan di ujung lorong.

“Kau sudah menggeledah rumah ini?” tanya Jo dalam bisikan.

Nero menggeleng. “Aku belum lama datang. Kira-kira lima menit sebelum kemunculanmu.”

“Sialan,” gumam Jo pelan. Dia melepaskan cengkeramannya dari Nero, lalu terdengar suara geraman.

“Apa ini seperti yang aku pikirkan?” ucap Jo pada dirinya sendiri. Dia mengeluarkan Alfhild dari balik seragam dan Nero mencabut pistol miliknya dari sarung pistol di pinggang.

“Draconian,” bisik Nero. “Mereka ada di sini.”

“Anjing di luar itu… di halaman belakang—“

“Ya. Itu ulah mereka.”

“Bagaimana bisa kita duduk santai di dapur rumah yang menjadi sarang Draconian?” Jo mengumpat pelan dan segera bangkit dari kursi, begitu juga dengan Nero.

Bukan. Bukan itu pertanyaan yang tepat sekarang. Pertanyaannya adalah, bagaimana bisa masih ada Draconian di Elenio? Bukankah kematian Lanaya waktu itu memusnahkan semua Draconian yang ada?

“Aku berencana menggeledah rumah ini setelah menginterogasimu,” terang Nero sembari memicingkan mata untuk melihat lebih jelas dalam kegelapan yang semakin pekat. Sore perlahan berganti malam, dan dengan mendung yang tak kunjung usai, kegelapan datang lebih cepat dari yang seharusnya.

“Sialan, Nero. Tidak usah sok menjadi bos di sini. Kedudukan kita sama, kau tak berhak menginterogasiku.” Jo berdecak kesal sembari mengerling ke arah lorong yang gelap di luar dapur.

Geraman rendah semakin terdengar jelas. Nero melangkah maju terlebih dahulu menuju ke sumber suara itu, dan Jo menyusul di belakangnya. Tepat saat mereka mencapai pintu dapur, Draconian menerjang Nero, menyabetkan cakarnya dan mengenai lengan Nero. Jo menembakkan Alfhild, menyasar kepala Draconian itu, dan Nero yang berhasil menangkis serangan mengarahkan Alfhildnya ke jantung Draconian. Monster itu meraung dan jatuh ke belakang. Tubuh batunya yang berbau busuk mengejang hebat sebelum meledak menjadi serpihan-serpihan kecil.

Jo tak henti-hentinya bersumpah serapah saat Draconian terus muncul dari kegelapan. Nero menembakkan Alfhild, satu peluru untuk satu Draconian. Semua tembakannya tepat mengenai titik vital, menumbangkan Draconian-draconian itu kurang dari satu menit.

Mereka sudah cukup lama tidak bertemu, dan Nero semakin hebat saja. Argh. Jo benci karena tanpa sadar dirinya telah memuji Nero.

Jo terlalu sibuk dengan pikirannya hingga ia tidak sadar ada Draconian yang menerjang ke arahnya.

“Jonathan!” teriakan Nero membahana di dapur, tetapi terlambat. Cakar Draconian itu mendarat di wajah Jo.

Jo mengerang hebat, terhuyung mundur hingga punggungnya menabrak konter dapur. Sialan. Ternyata hanya sampai di sini perjalanan hidupnya. Bagaimana dengan Gemma? Apa dia bisa hidup tanpa dirinya?

Lalu… bagaimana dengan Jonah? Akankah dia menangisi kematian Jo? Atau selama ini Jonah hanya menganggapnya sebagai satu dari sekian ribu prajurit Archturian, yang kematiannya hanya menjadi penghias sudut pengumuman di koran pagi hari, dan namanya tenggelam dalam daftar para prajurit yang telah gugur di medan perang?

Darah mengalir di sisi wajah Jo, membasahi pelipis dan pipinya, membanjiri seragamnya. Jo mendengar suara tembakan dan Draconian yang menyerangnya meledak menjadi serpihan.

“Jo?”

Suara Nero menariknya dari pikiran kematian. Jo mengerjap, merasakan perih di kening dan sebelah penglihatannya kabur karena darah masuk ke matanya.

Tunggu dulu. Darah?

Seharusnya cakar Draconian tidak memberikan luka berdarah, tetapi luka kematian.

Jo masih hidup? Bagaimana bisa?

Nero menghampirinya, mencengkeram pundaknya. “Kau terluka. Kita harus pergi dari sini,” katanya.

Jo mengangguk, masih bingung dengan semua kejadian ini. Hingga dia menyadari apa yang membuatnya tetap hidup.

Anugerah dari Lanaya.

*

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Jo cuma terluka, semoga gak terinfeksi ya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • The Arc: Alkalurops   Prince Kasivio

    Pengejaran yang Gemma dan Lysis lakukan membawa mereka ke pusat keramaian Ulyos. Sebelum terjadi serangan Draconian, sepertinya tempat ini dipadati oleh penduduk Ulyos yang ingin menghabiskan malam hari di ruang terbuka.Jajaran kios penjual makanan memenuhi sisi jalan. Banyak kendaraan terparkir di beberapa titik dan sampah dari bungkus makanan, yang masih terdapat makanan di dalamnya, berserakan di atas aspal. Masih ada orang-orang yang berlari menuju ke tempat evakuasi. Mereka berteriak histeris ketika melihat Pelayan terbang ke arah mereka dengan pedang di tangan.Gemma mengangkat tangan dan menembakkan energinya kepada Pelayan, yang berhasil ia hindari dengan mudah.Pelayan pun berbalik dan turun. Ia berjalan cepat ke arah Gemma lalu mengayunkan pedangnya, tetapi Lysis dengan sigap menangkisnya dengan tombak.“Hentikan!” bentak Lysis. “Kami bukan musuh!”Pelayan tersenyum mengejek. “Pengkhianat,” katanya. &l

  • The Arc: Alkalurops   Chaos in Ulyos

    Ulyos dalam keadaan kacau balau ketika Gemma dan yang lainnya tiba. Mobil Jo hanya bisa melaju sampai di pinggir kota. Jembatan yang menuju ke Ulyos nyaris hancur dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. “Seperti menyaksikan hari kiamat,” gumam Jo ketika mereka bertiga turun dari mobil dan berdiri di tepi jembatan yang separuh runtuh. Ada keheningan yang ganjil di tengah kota yang porak poranda itu. Padahal Gemma baru mendatangi kota ini beberapa jam yang lalu, tetapi apa yang ia saksikan sekarang sama sekali berbeda dari ingatannya tentang tempat ini. Saat mereka bertiga berjalan lebih jauh ke pusat kota, Gemma menyadari keanehan apa yang sedari tadi ia rasakan. Kota ini terlalu sunyi. Dengan kehancuran di sana-sini, mayat-mayat kering yang menghitam bergelimpangan di tepi jalan, dan aura gelap yang pekat dan menyesakkan. Tak ada pertempuran. Tak ada Draconian melawan Archturian. Lysis berlutut di satu kaki untuk mengambil sesuatu dari jalanan. Serpih-serpih hitam yang sek

  • The Arc: Alkalurops   Pinky Promise

    Setelah memerintahkan para prajurit Alkalurops untuk membereskan kekacauan dan memastikan semua orang yang terluka mendapat pertolongan medis, Nero menemui Chastity di kantornya. Ketika Nero masuk, wanita itu sedang menelepon seseorang.Sepertinya dia tengah melaporkan kejadian ini ke para petinggi Archturian.Chastity langsung mengakhiri panggilannya begitu melihat Nero.“Kau memperbolehkan seorang pelaku kriminal pergi,” tudingnya. “Bersiaplah karena sebentar lagi para petinggi akan memanggilmu. Jangan salahkan aku jika kau kehilangan pekerjaan.”Ancaman dengan membawa-bawa nama-nama penting itu terasa kosong di telinga Nero.Gemma tidak mungkin mengamuk tanpa sebab.Sebenarnya Nero sudah merasa ada yang tidak beres semenjak kedatangannya semalam. Cara Chastity memperlakukan Gemma dan pandangan para prajurit lain terhadapnya.Terlebih setelah pembagian tugas kemarin, Nero semakin merasa tidak tenang.Meski begitu, Nero tak mungkin mengikuti Gemma di dalam misinya karena dia tidak ma

  • The Arc: Alkalurops   Tamer

    “Gemma, hentikan!” Teriakan dari suara yang begitu Gemma kenal menyentaknya. Masih dengan tangan teracung ke arah Chastity, Gemma menoleh dan melihat Jo berdiri beberapa meter darinya. Jo tidak terlihat marah padanya, dia justru… khawatir. Seperti yang selalu dia lakukan setiap kali Gemma terlibat dalam masalah. Melihat Jo membuat tangis Gemma nyaris meledak, tetapi dia tak akan menangis di depan orang-orang brengsek ini. Gemma menurunkan tangannya dan mematung. “Jonathan,” katanya lirih. Gemma sangat jarang memanggil Jo dengan nama Jonathan. Jika sampai dia melakukan itu, berarti situasinya sangat serius. Jo menghampirinya dengan langkah panjang dan mencengkeram pergelangan tangannya begitu ia sampai di dekat Gemma. “Ayo pergi,” ajaknya. Dia tidak menanyakan apa yang terjadi, tidak memarahi Gemma, tidak menceramahi Gemma soal tindakan sembrono dan perkelahian yang tidak perlu. Jo tahu Gemma tidak membutuhkan itu semua. Memang Jonathan yang paling mengerti Gemma. Gemma mengang

  • The Arc: Alkalurops   Wrath

    Tidak. Dia bukan Lanaya. Itu seorang laki-laki. Sesuatu bergerak di belakang laki-laki itu dan tampaklah seorang perempuan dengan rambut hitam yang menjuntai hingga ke bawah pinggang. Laki-laki itu menatap Gemma sejenak dengan mata peraknya yang tajam sebelum berkata, “Habisi dia.” Wanita di belakangnya mengangguk. Sekonyong-konyong munculah pedang di tangan wanita itu. Cahaya dan cara pedang itu menjelma dari udara mengingatkan Gemma akan tombak milik Lysis. “Tunggu sebentar—“ Namun kata-kata Gemma tenggelam dalam serangan yang wanita itu luncurkan dengan secepat kilat. Tak ada belas kasihan atau keraguan sedikitpun di kedua matanya yang berwarna merah seperti bintang yang terbakar. Pedang bercahaya emas itu hampir saja menembus jantung Gemma jika ia tidak segera menghindar. Gemma berkelit ke samping, menarik bahunya hingga ia berada dalam posisi miring dan tatapannya dengan wanita itu bertemu. “Aku tahu siapa kalian! Hentikan!” Gemma membentak, tetapi nada bicaranya yang kasa

  • The Arc: Alkalurops   Silver Light

    Jantung Gemma berdegup kencang. Paru-parunya seperti mau meledak. Tangannya panas hingga mati rasa, dan kakinya kesemutan. Dia tak punya alasan yang bagus untuk meledakkan energinya sehingga dia tak punya pilihan lain selain menahannya dan membiarkan tekanan energi itu menghilang dengan sendirinya.Proses yang sangat menyiksa.Orang-orang yang tadi bersembunyi di bawah meja mulai keluar. Mereka tampak ketakutan dan sebagian besar dari mereka langsung meninggalkan tempat setelah memastikan keadaan telah aman.Sepertinya si bartender menelepon polisi karena tak lama kemudian Gemma mendengar suara sirene di kejauhan.Gemma berbalik untuk mencari bartender itu. Dia ada di sudut bar, dekat pesawat telepon. Gemma menghampirinya dan saat ia membuka mulut untuk berbicara, sesuatu mengalir keluar dari sudut bibirnya.“Miss,” sang bartender memanggilnya dengan raut wajah cemas. “Ada darah di mulutmu.”Gemma tak menjawab, hanya menyeka darah yang kini mengalir di dagunya dengan punggung tangan.

  • The Arc: Alkalurops   Bear Couple Rage

    Gemma membeku di tempatnya berdiri.Berubah menjadi Draconian?Ini sama seperti kasus yang dulu menimpa Jo. Darimana orang bernama Jef mendapatkan benda itu?Dari tempatnya sekarang, Gemma bisa melihat Heidi yang duduk membelakanginya di bar.Sialan. Seharusnya tadi Gemma membiarkan Heidi ikut bersamanya, sehingga mereka bisa langsung menyusun strategi sekarang juga.Gemma bisa saja bergerak sendiri, tetapi dia tidak mau menimbulkan masalah atau memberi kesempatan pada Chastity untuk menyalahkannya. Dia akan mencoba mengikuti permainan mereka. Dia juga mempertimbangkan Nero, yang telah menyarankannya untuk bergabung di sini. Gemma tidak mau membuat Nero kesulitan.Gemma kembali memusatkan perhatian pada percakapan Jef dan orang yang hendak membeli benda mengerikan itu.Terdengar bunyi ‘klik’ dan sesaat Gemma mengira seseorang diantara mereka menodongkan pistol. Ternyata itu adalah bunyi kunci koper yang menutup. Lalu seseorang berkata, “Kau tidak menghitung uangnya?”Hening sejenak. “

  • The Arc: Alkalurops   Crow's Scooter

    Ini seperti de javu.Gemma berjalan masuk bersama dengan Heidi ke sebuah bar yang menjadi tempat berkumpul para geng motor di kota Ulyos, sebuah kota yang terkenal dengan tingkat kriminalitas tinggi, hampir setara dengan kota Fiend. Kota ini terletak di sebelah utara Elenio, di balik gunung yang menjadi tempat tragedi besar dua tahun lalu.Semenjak pemerintah mencabut aturan jam malam, kehidupan malam meledak seperti bom waktu, terutama dari orang-orang yang sedari dulu melanggar aturan itu. Banyak kelab dan bar yang beroperasi hingga dini hari, seperti bar yang kini Gemma datangi.Gemma mengerling ke arah jam dinding di atas rak penyimpanan minuman keras di dekat bar. Pukul sembilan malam. Lalu dia memandang ke arah panggung kecil di pojok ruangan, dan melihat mikrofon yang terpasang di sebuah penyangga, serta gitar yang bertengger di tempatnya di pojok panggung.Seketika itu juga kenangan masa lalunya menyeruak dan menghimpit hatinya. Gemma memilih mengalihkan pandangan dan berjalan

  • The Arc: Alkalurops   Distance

    Kedua mata Gemma melebar. Itu sesuatu yang tak pernah ia sangka akan diucapkan untuknya. Selama ini orang-orang melihatnya sebagai wanita yang kuat dan ia pun memperlakukan dirinya demikian. Bahkan dihadapan Jo atau Lysis, atau siapapun itu, Gemma tak pernah mengizinkan dirinya untuk tampak terpuruk, meski dalam kondisi yang paling menyedihkan. Dia harus kuat karena dia tak memiliki siapa-siapa selain dirinya sendiri. Nero menjelajah raut wajah Gemma dengan tatapannya yang sendu. Tidak, dia tidak sedang mengasihani Gemma. Namun tetap saja, tatapan itu terasa menyakitkan. “Kenapa kamu meminta hal seperti itu?” tanya Gemma. Dia berpaling dan tersenyum pahit. “Aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya untuk bersandar pada orang lain.” “Kau bisa melatihnya denganku,” jawab Nero. Saat Gemma menatapnya lagi, Nero memberinya cengiran kecil, yang membuat Gemma sesaat lupa bahwa Nero kini adalah seorang Girga, hanya satu tingkat lebih rendah dari para petinggi Archturian. Bibir Gemma berk

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status