Share

4. Malam Sendu

Setelah acara selesai Demitrio menemui Nyonya Velope, yang sedari tadi duduk dengan elegan. Mereka berbincang sesaat, Demitrio hanya mengangguk setelah Nyonya Velope membisikkan sesuatu di telinganya.

Demitrio memberitahukan pada Renata, kalau dia tidak bisa mengantarnya pulang. Karena hari semakin malam, Demitrio menyarankan Renata untuk tidur di hotel.

"Pinjam HP kamu!"

"Kenapa Pak?"

"Jangan banyak tanya!" Demitrio mengetik sesuatu di ponsel Renata.

"Jaga diri kamu. Jangan sampai ada seseorang yang masuk ke dalam kamar!"

"Ihh! Emang saya perempuan apa?" Renata menimpali dengan pertanyaan.

Setelah berbincang sesaat, akhirnya Renata mengiyakan apa yang dikatakan Demitrio, dia berpikir daripada pulang ke rumah tengah malam, mending menikmati kamar super mewah. Kapan lagi dia bisa guling-guling sendiri, di atas kasur king size?

Renata menuju kamar sendirian karena Demitrio telah berlalu bersama Nyonya Velope.

Tap ... Tap ... Tap ...

Renata merasa ada yang mengikutinya dari belakang, dengan cepat Renata membalikkan tubuhnya.

Grep ...

Tubuh Renata jatuh dalam pelukan Alghara, karena dia terus mengikuti Renata dari belakang.

"Kena kamu!" Alghara mengeratkan pelukannya.

"Lepas!" Mata Renata melotot, membentak Alghara.

"Aku suka perempuan yang penuh tantangan, melawanlah sesukamu. Aku ingin tahu seberapa kuat kamu melawan Alghara Fredicson?" Seringai licik tercipta di wajah tampannya.

"Aku bilang lepas! Pak, jangan pakai kuasa bapak untuk melemahkan kaum hawa," bentak Renata menjelaskan.

Alghara makin mengeratkan pelukan, membenamkan kepalanya di bahu Renata.

Renata terus berontak, apa memang seperti ini, orang-orang yang dekat dengan Demitrio? Menganggap cinta hanya sebatas nafsu dan rasa suka sesaat.

Tangan Alghara menangkup wajah Renata, mata Renata melihat tajam ke arah Alghara. Pandangan yang menurut seorang Alghara, semakin menantang.

Cup ... Satu sentuhan mendarat di bibir tipis Renata. Tangan Renata, repleks menampar keras tepat di wajah tampan Alghara.

Karena merasa terhina, Alghara mengangkat tubuh Renata seperti mengangkat karung beras.

Sepanjang perjalanan Renata terus meronta, Alghara membuka pintu kamar Presidential Suite dengan kasar.

Menghempaskan tubuh Renata, Renata bangkit dan berlari menuju pintu. Alghara menarik dan mengangkat pinggang ramping Renata.

"Mau kemana? Urusan kita belum selesai!" bentak Alghara, membalikan tubuh Renata.

"Saya tidak tahu, kalau orang yang terlihat berpendidikan seperti anda, bisa berprilaku buas seperti ini!" sarkas Renata, matanya tajam melotot ke arah Alghara.

Alghara mulai menaiki tubuh dan menindih Renata, dengan kekuatan tersisa Renata mendorong tubuh kekar Alghara. Satu hentakan super dahsyat, membuat Alghara terjungkal.

"Sudah aku katakan! Jangan seperti ini!"

bentak Renata.

Duugh ...Kepala Alghara membentur pinggiran kasur, dia tidak bergerak sama sekali.

Renata mulai bingung, apa yang harus dilakukan selain menelepon bossnya.

Renata mengambil ponsel dari tas,

"Halo ... Pak tolong...," ucap Renata dengan cemas.

Tanpa Renata sadari, Alghara mengambil ponsel dan melemparnya kesembarang tempat. Memotong pembicaraan Renata dengan Demitrio.

"Pak Alghara! Anda benar-benar lancang!" teriak Renata.

Renata berdiri dan mengambil ponsel yang tergeletak di atas karpet tebal. Kakinya melangkah meninggalkan kamar terlaknat.

Alghara berlari mencegah Renata pergi, berdiri menghalangi pintu hotel. Tangan Renata mencoba membuka palang tangan kekar Alghara yang masih terbalut dengan jas hitam.

"Tolong temani aku malam ini," lirih Alghara.

***

Brak ... Pintu Presidential Suite di buka kasar oleh Demitrio.

Demitrio melihat Renata dan Alghara di depan pintu, dia langsung menarik tubuh Renata dan melangkah membawanya pergi.

Tanpa Demitrio sadari, Alghara memukulnya dari belakang.

Perkelahian antara Demitrio dan Alghara tidak dapat dihentikan, keduanya saling beradu jotos. Renata berteriak menghentikan mereka, tetapi tidak didengar oleh keduanya.

Bugh ... Bugh ...

Darah segar mengalir dari pelipis Demitrio, pukulan Alghara tepat mengenainya.

Orang-orang di sekitar hotel mulai terganggu dengan ulah mereka. Akhirnya perkelahian Demitrio dan Alghara bisa dihentikan, setelah Alghara tanpa sengaja menonjok punggung Renata.

Pada saat itu, Renata bingung bagaimana menghentikan mereka? Renata menghalangi pukulan Alghara dengan berdiri menghadap Demitrio.

"Argh...," tubuh kecil Renata terhunyung, ke arah Demitrio.

Melihat Renata yang terhunyung, tangan Alghara menarik tubuh Renata dari belakang. Tapi Demitrio menahan tubuh Renata dengan tangan kekarnya.

Renata hanya terdiam, melihat perselisihan diantara mereka berdua.

Tepatnya seperti anak-anak yang memperebutkan permen yang mereka inginkan.

Dengan perlahan Alghara melepaskan tangannya dari tubuh Renata.

"Maaf! Aku gak sengaja...," suaranya parau bergetar.

Demitrio memandang Alghara dengan tatapan yang sangat tajam.

"Puas kamu, Al! Sudah aku bilang jangan dekati Perempuanku!" bentak Demitrio.

***

Setelah sampai di kamar, Demitrio mendudukkan Renata di kasur king size.

"Mana yang sakit, aku kasih obat biar gak terlalu lebam," tawar Demitrio.

Demitrio mendekati Renata, matanya melihat ke arah punggung Renata. Renata risih dengan perhatian bossnya.

"Tidak usah pak! Saya baik-baik saja...,"

"Bapak ... Kenapa bisa langsung datang ke kamar Pak Al?" tanya Renata

"Bukannya kamu yang menelpon, minta tolong...,"

"Maaf ya, Pak. Gara-gara saya, bapak gagal kencan dengan Nyonya Velope...," lirih Renata.

Demitrio hanya tersenyum mendengar penuturan sekertaris cantiknya. Baru kali ini Demitrio tertarik dengan Renata, selama dua tahun bekerja dengannya, Renata selalu berpenampilan kaku.

"Tidak apa-apa, jangan terlalu dipikirkan," ucap Demitrio, suaranya semakin melembut.

Darah yang mengucur dari pelipis Demitrio, telah mengering. Renata pergi  melewati Demitrio yang masih terpaku.

Renata membawa handuk yang telah dibasahi dengan air hangat, mendekati Demitrio. Tangannya mulai membersihkan darah, yang ada di pelipis Demitrio.

Perhatian dan sentuhan Renata sesaat memaku Demitrio, melayang membayangkan kebersamaan dengan Renata. Sekertaris yang kaku, kini berubah menjadi putri kerajaan dongeng.

Wangi parfum dari tangan Renata, membuat kerja jantung Demitrio tak beraturan.

"Oh sheet! Kenapa jadi kayak gini? Tenangkan hati, Dem. Kamu kuat untuk tidak menyentuhnya," kata Demitrio membatin.

Dengan teliti Renata terus membersihkan tetesan darah, tangannya makin terasa seperti sentuhan yang mengantarkan hati Demitrio menuju tempat tak terbatas.

Tanpa sadar Demitrio menarik Renata dalam pangkuannya, Renata terkejut dengan perlakuan bossnya.

Renata berusaha beranjak dari pangkuan Demitrio, namun tangan kekar Demitrio menahannya.

"Biarkan begini, Renata Prameswari. Sebentar saja, aku hanya ingin membenamkan segala penatku di malam ini," lirih Demitrio, suaranya makin serak.

Demitrio membenamkan kepalanya di atas bahu Renata, nyaman yang Demitrio rasakan.

Entah apa yang ada di benak Renata, tangannya mulai membelai rambut hitam Demitrio.

Demitrio merasakan sentuhan yang tulus dari Renata, seperti sentuhan seorang ibu yang selalu didambakan Demitrio.

Sedari kecil Demitrio dipisahkan dari ibunya, hanya karena kasta yang berbeda. Demitrio kecil hanya bisa menangis ketika ibunya, dipaksa pergi dari rumah neneknya.

"Jangan berhenti, Re," ucap Demitrio, matanya mulai berkaca-kaca.

Renata merasa aneh dengan perubahan pada bos arogannya, kini tampak rapuh. Tak ada kata kasar dan sikap pongah, yang ada hanya kata lirih yang menyentuh hati Renata.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
S Rohmah
Untuk saja Demitrio cepat datang. Kalo tidak entah apa yang akan terjadi pada Renata.. Dasar alghara s brengsek..😬😬😬
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status