Share

Ch. 6 Sewaan?

"Loh kok berhenti di sini, Dok?" Elsa terkejut ketika Ken membawanya pergi ke sebuah butik kenamaan.

"Saya ada tugas buat kamu, dan kamu perlu kostum buat menyelesaikan tugas saya besok malam," guman Ken santai sambil memarkirkan mobilnya di depan butik itu.

Tugas?

Besok malam?

Kostum?

Elsa bertanya-tanya, ia menatap Ken yang sudah melepas seat belt-nya itu sambil mengerutkan keningnya. Apa yang hendak Ken perintahkan kepadanya? Kenapa pakai beli kostum segala? Memang kostum apa yang harus Elsa pakai? Astaga, pikiran Elsa traveling sampai kemana-mana, jangan bilang kalau ....

"Hei, kamu kenapa pucat begitu sih? Ayo turun!" Ken mengibaskan tangannya di depan wajah Elsa yang tampak tertegun itu, kenapa sih gadis satu ini? Kok aneh begitu?

"Dok ... Saya memangnya mau disuruh ngapain Dok?" tanya Elsa dengan wajah memucat, di pikirannya, bayangan tidak senonoh itu sudah menari-nari di dalam otak Elsa.

Ken menghela nafas panjang, ia menjewer telinga Elsa kuat-kuat sampai gadis itu memekik dan berteriak kesakitan.

"Aduh ... Aduh, lepasin Dok! Sakit!" protes Elsa sambil berusaha melepaskan jeweran itu dari telinganya.

Ken melepaskan jeweran tangannya, ia melotot gemas kepada gadis yang langsung mengusap telinganya yang memerah itu.

"Bisa jelaskan kepada saya apa yang ada di dalam pikiranmu itu?" Ken menonyor kepala Elsa, ia benar-benar gemas pada sosok yang duduk di sebelahnya itu.

"Dokter tidak meminta saya untuk ...."

"Apa? Meminta apa? Meminta kamu untuk saya tiduri? Memang kamu mau? Kalau mau ayo lah saya booking kan hotel, pilih sendiri mau hotel yang mana!" tukas Ken gemas, ini anak pikirannya kenapa sampai ke sana sih?

"Ogah lah! Enak aja! Emang Dokter mau tanggung jawab kalau saya kenapa-kenapa? Sampai hamil misalnya?" Semprot Elsa keras, enak aja mau diajak ena-ena, Ken yang untung Elsa yang buntung.

"Kau lupa saya residen apa? Kalau cuma main tanpa bikin kamu hamil itu keahlian saya, El!" Ken menyeringai lebar, diliriknya Elsa dengan tatapan jahil.

"Elah ogah! Nggak mau! Saya mau turun, dasar mesum!" teriak Elsa hendak membuka pintu ketika Ken menahan Elsa dengan menarik tangannya.

"Astaga, kamu itu kenapa pikirannya negatif gitu sih? Duduk sini dulu biar saja jelaskan kenapa kamu saya bawa kesini!" gerutu Ken kesal.

Elsa melirik Ken dengan seksama, lalu melepaskan tangan Ken yang mencengkram tangan Elsa itu. Ia kembali duduk di joknya, matanya menatap Ken dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Memang saya dapat tugas apa, Dok?" tanya Elsa takut-takut.

"Besok, mantan saya yang sekarang jadi sepupu ipar saya, ngundang saya ke acara ulang tahun anak kedua mereka yang ke empat tahun. Nah saya mau minta tolong ke kamu, temenin saya ke pesta itu dan please jadi pacar sewaan saya ya, mau kan?" mohon Ken dengan tatapan serius.

Mulut Elsa ternganga, apa Ken bilang? Jadi pacar sewaan? Memang dia gadis apaan? Ini diajak ke pesta, nanti tau-tau Elsa harus ....

"Sa-"

"Nggak ada wikwik swadikkap, serius!" Potong Ken cepat, "Saya nggak akan ngapa-ngapa kamu! Cuma saya ajak ke pesta ulang tahun, saya kenalkan sebagai pacar saya, sudah itu saja."

"Kenapa harus bawa pacar sewaan sih, Dok? Pacar Dokter kemana?" tanya Elsa tidak mengerti.

"Elsa, please! Saya jomblo, nggak aja pacar dan malas pacaran semenjak mantan saya itu nikah sama sepupu saya. Trauma tahu nggak!" jawab Ken sambil bersunggut-sunggut.

"Ta-tapi sa-"

"Ah sudah!" Ken bergegas turun dari mobil, ia melangkah ke sisi lain mobil dan membuka pintu mobil, menarik Elsa keluar dari mobil.

"Kalau kamu mau aman selama Stase obsgyn, ikuti perintah saya, atau saya akan bikin Stase obsgyn kamu mengerikan, paham?"

"Dokter ngancam saya?" Elsa hendak menjerit, apa-apaan ini? Dia cuma dokter residen, bukan dokter spesialis atau konsulen Elsa!

"Iya? Mau tahu siapa wakil direktur rumah sakit tempat kamu koas?" Ken menoleh menatap Elsa dengan tatapan tajam.

"Siapa memang?" Tantang Elsa dengan sisa-sisa keberaniannya.

"Dia papa saya!"

***

Elsa menatap bayangan dirinya di cermin. Sekarang gaun model singlet panjang semata kaki, dengan belahan tinggi sepinggul itu membungkus tubuhnya. Belahan yang tinggi itu memperlihatkan kaki Elsa dan rok span warna merah yang berfungsi sebagai dalaman guna menutupi tubuh bagian bawah Elsa yang terekspos karena tingginya belahan gaun. Punggungnya terbuka, ini gaun sebenarnya bahannya nggak kurang-kurang amat, tapi kenapa belakang bolong macam ini? Mana belahan begitu tinggi! Fungsi dibuat panjang sampai mata kaki terus apa kalau belahan setinggi ini dan dalamnya masih harus pakai rok span?

Elsa menghela nafas panjang, ia tidak mengerti dengan motivasi si perancang busana membuat gaun ini. Yang jelas jujur ia terlihat begitu cantik dengan gaun absurb ini. Kulit putih bersihnya begitu kontras dengan warna gaun yang merah menyala itu. Elsa berputar di depan cermin, lalu melangkah keluar dari kamar pas.

"Kayak gini saya pakai, Dok!" lapor Elsa pada Ken yang tampak begitu serius dengan ponselnya.

Ken mengangkat wajahnya, menatap Elsa yang berdiri di hadapannya itu. Matanya terbelalak, ia tampak tertegun dan tidak berkedip menatap Elsa yang begitu gugup di tatap seperti itu.

"Dok ... Dokter baik-baik saja?" tegur Elsa ketika Ken tidak langsung bersuara mengomentari gaun yang ia kenakan itu.

"Eh-oh, nggak ... Saya nggak apa-apa!" Ken tampak menghela nafas panjang, "Coba pakai yang ini!"

Elsa menghela nafas panjang, ia mengambil gaun warna biru tua itu dari tangan Ken, lalu kembali masuk ke kamar pas.

Sementara Ken menggelengkan kepalanya perlahan, ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Keringat tampak membasahi dahi Ken, membuat ia menghela nafas panjang.

"Jangan Ken! Jangan!" desisnya lirih, "Tahan, kamu harus tahan!"

Elsa dengan bersunggut-sunggut melepas gaun merah absurb itu dari tubuhnya, lalu memakai gaun biru tua itu dengan sedikit susah payah.

Gaun itu model strapless, begitu pas di dada Elsa yang tidak terlalu kecil tapi juga tidak besar-besar banget itu. Modelnya ruffles bertumpuk di dada sampai perut dengan rok span yang begitu pas melekat memperlihatkan lekuk tubuh bagian bawah Elsa dengan begitu indah. Ah ini mah bukan gaun, bawahnya nggak mekar, Elsa sendiri bingung mendeskripsikan ini masuk kategori gaun atau baju atau entah apa lagi.

"Wow!" Elsa benar-benar takjub, ia baru sadar bahwa b*kong dan tubuhnya seindah ini.

Elsa menatap sekali lagi penampilannya, kenapa jadi macam pemandu karaoke begini sih? Dia mau dibawa Ken kemana memangnya? Elsa tidak banyak bertanya-tanya lagi, ia bergegas melangkah keluar dari kamar pas.

"Dok, kayak gini kalau dipakai," lapor Elsa lagi, Ken tampak sedang memijit pelipisnya, sontak mengangkat wajahnya dan kembali melongo menatap Elsa dalam balutan busana yang tadi ia pilihkan itu.

'Damn! Kenapa dia seindah itu?'

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Wiwik Kurniawati
kwkwkw.....dokter g tahan ya...
goodnovel comment avatar
Nury
Gimana dokter tambah pusing kan ............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status