Home / Romansa / The CEO'S Forbidden Bride / 23. Deal, Menikah Tanpa Perasaan

Share

23. Deal, Menikah Tanpa Perasaan

Author: DF Handayani
last update Last Updated: 2025-06-22 16:35:19

Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Hingga akhirnya, Khairen yang dari tadi tampak tenang membuka percakapan dengan suara lembut, seolah menyapu luka dengan angin hangat.

“Apa kau sering mengalami mimpi seperti itu?” tanyanya, membuka pintu pembicaraan.

Sunrise mengusap cepat air matanya, menatap langit-langit sebentar, lalu menoleh pelan.

“Sejak kecil.” jawabnya jujur. “Tapi hanya mimpi itu. Mimpi yang sama. Berulang.”

Khairen memperhatikan nada suara Sunrise yang melunak, lebih manusiawi, lebih nyata. Untuk sesaat, semua topeng yang biasa ia kenakan runtuh.

“Apa kakak dan adikmu juga berada di kapal saat insiden itu?" tanya Khairen menelisik.

Sunrise sedikit tersenyum saat nama mereka disebut. Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak. Mereka tidak ada di kapal itu."

“Bagaimana dengan ayah dan ibumu?” tanya Khairen hati-hati.

Sunrise menatap Khairen heran karena Khairen begitu tertarik dengan masa lalunya. Ia menarik dalam napasnya. Ia tak boleh salah bicara. Bagaimanapun identitas as
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • The CEO'S Forbidden Bride    24. Khairen Tak Menyukai Wanita???

    Setelah penandatanganan kontrak pernikahan selesai, Khairen duduk sendiri di ruang kerja kamarnya, menatap berkas perjanjian pernikahan yang telah ditandatangani keduanya. Diam, namun pikirannya sibuk mencerna banyak hal.Ia mengambil ponsel, menghubungi Nick.“Nick. Dia sudah menandatangani.” ucapnya singkat.Di seberang, Nick terdiam sejenak. “Kabar yang baik Tuan. Saya tak menyangka jika Nona secepat itu memutuskan. Kita akan lebih mudah untuk mengawasinya.”“Ya,” jawab Khairen dingin. “Persiapkan tempat tinggal baru. Aku tak mungkin tinggal di presidential suite terlalu lama. Aku ingin mansion, cukup luas, cukup privat, jauh dari kantor pusat. Aku ingin semuanya siap dalam waktu seminggu.”“Baik, saya akan urus semuanya sekarang,” sahut Nick cepat, sedikit kaget namun segera menyesuaikan diri. Ia tahu, kalau Khairen sudah memutuskan sesuatu, maka tak ada yang bisa mengubahnya.Pagi berikutnya, Bandara Internasional Venice.Acara besar di Venice usai. Penerbangan para tamu terpisah

  • The CEO'S Forbidden Bride    23. Deal, Menikah Tanpa Perasaan

    Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Hingga akhirnya, Khairen yang dari tadi tampak tenang membuka percakapan dengan suara lembut, seolah menyapu luka dengan angin hangat.“Apa kau sering mengalami mimpi seperti itu?” tanyanya, membuka pintu pembicaraan.Sunrise mengusap cepat air matanya, menatap langit-langit sebentar, lalu menoleh pelan.“Sejak kecil.” jawabnya jujur. “Tapi hanya mimpi itu. Mimpi yang sama. Berulang.”Khairen memperhatikan nada suara Sunrise yang melunak, lebih manusiawi, lebih nyata. Untuk sesaat, semua topeng yang biasa ia kenakan runtuh.“Apa kakak dan adikmu juga berada di kapal saat insiden itu?" tanya Khairen menelisik.Sunrise sedikit tersenyum saat nama mereka disebut. Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak. Mereka tidak ada di kapal itu."“Bagaimana dengan ayah dan ibumu?” tanya Khairen hati-hati.Sunrise menatap Khairen heran karena Khairen begitu tertarik dengan masa lalunya. Ia menarik dalam napasnya. Ia tak boleh salah bicara. Bagaimanapun identitas as

  • The CEO'S Forbidden Bride    22. Connecting Room and Chemistry

    Di kamarnya, dalam mimpi Sunrise.Sunrise kecil berdiri di tengah dek kapal pesiar bergaya kuno. Gaunnya compang-camping, rambut panjang kecilnya dikepang dua. Usianya tak lebih dari delapan tahun.Langit malam bergelora. Kilau kembang api gemerlap saling menyambar. Tapi, yang paling memekakkan adalah lonceng kapal berdering terus-menerus tanpa henti.TING. TING. TING.Suara kayu yang terbakar, asap tebal, lalu jeritan.“Ada api! Kebakaran di ruang bawah!”Sunrise berlari, bingung, panik, takut. Orang-orang dewasa berlari ke segala arah. Seorang wanita yang mungkin ibunya memeluknya erat, menutup matanya dengan tangan.“Jangan lihat, sayang... jangan lihat…”Tapi dia melihatnya. Melihat tubuh-tubuh yang panik, asap yang menelan koridor kapal, dan... suara tembakan? Atau ledakan?Kapal itu bukan sekadar terbakar. Ada seseorang yang ingin memastikan tak ada yang keluar hidup-hidup.Seorang pria dengan jaket hitam dan topeng masuk dari pintu buri

  • The CEO'S Forbidden Bride    21. Trauma dan Rahasia

    Semua mata tertuju pada Khairen dan Sunrise di tengah lantai kayu yang basah.Sunrise menggigil dalam selimut, tubuhnya masih lemah. Khairen belum melepaskan genggamannya, seolah jika ia melepaskannya walau sedetik, Sunrise akan lenyap.Petugas medis berjongkok di samping mereka. “Kami akan membawanya ke ruang medis. Ia butuh oksigen dan penghangat tubuh segera.”Khairen mengangguk pelan, namun saat mereka hendak mengambil Sunrise dari pelukannya, ia menahan.“Biar aku saja.”Petugas itu menahan protesnya. Semua tahu siapa dia.Dengan perlahan, Khairen mengangkat Sunrise ke dalam gendongannya. Gaunnya yang berat menempel pada tubuh seperti kulit kedua. Kakinya telanjang, menggigil, kepalanya bersandar lemah di dada bidangnya, dan jemarinya menggenggam erat kemeja Khairen yang basah.Para tamu memberi jalan. Beberapa menunduk hormat, yang lain hanya menatap diam dengan ekspresi campur aduk antara takjub, cemas, dan bingung.Bahkan beberapa wartawan yang diam-diam hadir memilih menurunk

  • The CEO'S Forbidden Bride    20. Tragedi di Atas Kapal Galleon

    Hampir tengah malam, namun pesta belum usai, mereka berpindah ke atas kapal mewah bergaya Galleon milik CNC, yang hanya diakses oleh para tamu VIP dan VVIP terpilih.Termasuk Sunrise yang mendapat hadiah kejutan sebagai pemenang. Namun, baginya ini bukan hadiah, melainkan teror mengerikan.Kapal itu berlayar perlahan menyusuri perairan hitam keemasan di bawah cahaya malam, dan lampu kota yang jauh, memberikan nuansa eksklusif dan romantis.Pilar kayu mahoni mengkilap, lampu gantung kecil bergoyang mengikuti irama ombak, dan alunan jazz modern mengalun lembut di udara malam.Sunrise berdiri di tepi dermaga sebelum naik, menatap kapal itu lama. Wajahnya kehilangan rona percaya diri yang biasa ia tampilkan. Jari-jarinya mengepal halus di sisi gaun.Bukan karena dingin, tapi karena sesuatu dalam ingatannya mendesak keluar. Suara kayu kapal yang berderit, bau laut asin, suara keras lonceng kapal, dan jeritan.Bayangan kelam itu datang kembali.Namun ia tak pun

  • The CEO'S Forbidden Bride    19. Saatnya Bermain Peran

    Malam Hari, tiba saatnya Gala Dinner.Lampu kristal berpendar di langit-langit Palazzo. Tamu-tamu berdatangan dengan jas dan gaun berpotongan presisi, wajah-wajah penting dari industri AI, para dewan komisaris CNC, serta wartawan bisnis ternama.Deretan lilin panjang menyala di atas meja makan marmer putih yang dihiasi mawar biru dan putih warna identitas perusahaan.Ketika Sunrise melangkah masuk, semua kepala menoleh.Gaun satin biru royal itu jatuh sempurna di tubuhnya. Rambutnya diurai anggun, sengaja dibiarkan jatuh menghiasi wajah dan punggungnya yang terbuka. Mata birunya berkilat dingin. Ia terlihat seperti wanita berkelas yang angkuh, misterius, kuat, dan tak terjangkau.Sunrise sukses mencuri perhatian malam ini. Seperti yang Carmen rencanakan. Jika ia ada di sini, pasti ia akan bangga dengan gaun pilihannya.Tapi sebelum Sunrise sempat menyapa tamu lainnya, suasana seketika berubah. Khairen Crown melangkah masuk.Ia memakai tuksedo hitam klasik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status