Share

BAB 8

“Putra mahkota dan Tuan Putri Liliane memasuki ruang dansa!”

Ein merasakan sikutan dari Liliane di perutnya. Gadis itu cemberut padanya.

“Fokuslah, Kak. Mereka sudah mengumumkan kedatangan kita.”

“Maafkan aku.”

Bagaimana Ein bisa fokus jika dari atas sini ia bisa melihat Raeliana berdiri di dekat meja jamuan, sedang berbicara pada putri Count Rossent. Sepertinya gadis itu bisa mengatasi semua ucapan Vivian Rossent, hanya saja tidak berhasil mengendalikan amarahnya.

Raeliana jadi seperti geram sendiri, menggapai-gapai udara, seakan tidak sabar ingin melakukan sesuatu pada Vivian Rossent. Apalagi kelucuan yang bisa Ein dapatkan diacara formal seperti ini? Bahkan Liliane saja berpikir kalau Raeliana jadi sangat menarik setelah lama tidak bertemu.

Bagaimana ekpresi Realiana jika tahu orang tua mereka mengadakan pertemuan dan memutuskan pertunangannya dengan Ein? Awalnya Ein akan menolak ditunangkan dengan gadis itu. Ternyata setelah bertemu sendiri dengan Raeliana, gadis itu cukup menarik. Tidak seperti saat masih kecil.

Apakah Ein punya alasan untuk menolak?

“Sabarlah. Aku akan melepaskanmu setelah kita sampai ke bawah,” kata Liliane. “Untuk sekarang, jadilah pendampingku.”

***

Raeli  melihat ke tangga setelah ada yang mengumumkan kedatangan Pangeran Ein dan Putri Liliane. Dengan begini acara akan selesai lebih cepat. Ia harus pulang, mendadak saja acara ini jadi memuakan.

Raeli menatap Liliane. Gadis itu cantik dengan rambut hitamnya yang ditata habis-habisan ke atas. Belum lagi gaunnya yang terlihat sangat mewah. Bahkan Pangeran Ein. Raeli benci mengakui kelebihan pria menyebalkan itu.

Tetapi Pangeran Ein malam ini beberapa kali lebih baik dari penampilannya yang biasa. Pakaian formal hitam dengan beberapa aksen emas dan panji berwarna emas tersampir menutupi bahu kirinya. Pria itu tampan, tepat seperti yang digilai oleh gadis-gadis Easter, selain Raeli tentunya.

Musik mulai berbunyi, mengisyaratkan bahwa pangeran dan putri sudah mulai berdansa sebagai awalan debut tahun ini. Sebentar lagi Raeli bisa pulang dan tidur.

Namun, entah kenapa punggungnya terasa terbakar. Seakan seseorang sedang mengawasinya dari belakang. Raeli berbalik untuk melihat. Menemukan Anne menatapnya dengan pandangan penuh peringatan dan sebuah ancaman. Pelayannya itu meletakkan ibu jarinya di leher dan membuat gerakan menyayat.

Ya ampun, Raeli diancam oleh pelayannya.

Raeli melangkah, berjalan sedikit menjauh dan kembali lagi ke tempat semula. Kakinya mulai lelah karean berdiri terlalu lama. Lagi pula tidak akan ada yang memperhatikannya, mereka semua sibuk terkesima dengan tarian indah pangeran.

Lalu kemudian lagu berhenti dan satu per satu debutante turun ke lantai dansa untuk menari bersama pasangan pendampingnya. Hanya Raeli yang tidak punya. Ya, memang tadinya ia tidak berniat membawa. Kalau tahu begini ia bisa meminta pada Kris untuk menemaninya.

Ya, sudahlah. Raeli melihat saja.

“Maaf?”

Raeli berbalik karena ada yang menyapanya. Seorang pria berjas gelap dengan warna rambut yang unik. Pria itu tersenyum pada Raeli.

“Ya?” Raeli membalas senyuman.

Pria itu lalu mengulurkan tangan pada Raeli. “Mau berdansa denganku?”

Oh, ajakan dansa pertama Raeli. Ia memang butuh untuk kedewasaan sekarang ini. Tetapi apa tidak masalah dengan orang asing?

“Anda terlihat sangat cantik, hanya saja sendirian. Jadi mau berdansa?”

Tidak masalah. Lagipula hanya sekali ini saja.

“Baiklah.” Raeli menyambut uluran tangan itu.

“Kupikir kau bilang akan mempersembahkan dansa pertamamu padaku.”

Ha?

Raeli melihat Pangeran Ein berjalan menghampirinya dengan tatapan tajam penuh kemarahan. Kenapa dengan pria itu?

“Maaf, Tuan. Kupikir yang satu ini milikku,” kata Pangeran Ein saat merebut tangan Raeli dari pria asing itu dan langsung membawanya ke lantai dansa.

Tunggu, tunggu!

Terlalu cepat untuk dicerna, Raeli tidak bisa mengikutinya. Tiba-tiba saja ia sudah berada di lantai dansa dengan Pangeran Ein sebagai pasangannya. Tangan Raeli di bahu Pangeran Ein dan tangan pria itu di pinggangnya.

Apa yang terjadi!

“Aku tidak bilang akan menari denganmu, Yang Mulia,” kata Raeli akhirnya setelah melepaskan diri dari rasa terkejut. Sungguh. Pria bernama Ein ini seperti hantu, tiba-tiba muncul di tempat yang tidak seharusnya.

“Jadi, kau menolakku?”

“Tentu saja jika kau meminta dengan baik, aku akan menolakmu.”

“Kejam sekali,” kata Pangeran Ein dengan senyum culas. Ah, itulah ciri khas pangeran. Raeli rasa pria ini dan Vivian Rossent akan cocok. “Tapi kau sudah tidak bisa menolak.”

“Tentu saja. Kau memaksaku.”

“Itu keahlian keluarga Easter, jika kau ingat.”

“Maafkan aku, Yang Mulia. Aku tidak mengritik keluarga kaisar.”

“Bagus.”

Raeli terkesip saat Pangeran Ein membuat gerakan memutar untuknya dan ia kembali menabrak tubuh pria itu dengan perasaan syok. Bagaimana jika kakinya terkilir barusan? Ia bisa jatuh di lantai dansa bersama dengan reputasinya.

“Apa yang kau lakukan?” geram Raeli.

“Menari.”

Astaga, Raeli tiba-tiba saja jadi lelah. Kenapa menghadapi pria itu membutuhkan banyak tenaga?

Lihat saja, Raeli akan membalasnya. Untuk sesaat Raeli memutuskan mengikuti tarian ini dan memberikan senyuman pada pangeran. Setidaknya biar orang-orang melihat bahwa tidak ada paksaan di antara mereka.

Lalu kemudian berubah jadi tidak terkendali. Raeli melihat satu per satu orang keluar dari lantai dansa, meninggalkannya dengan Pangeran Ein menari sendirian. Sialan, Raeli bahkan sudah bisa mendengar bisik-bisik dari tepi lantai dansa.

Sekali lagi pangeran Ein memutarnya secara tiba-tiba. Saat itulah ia melihat Vivian Rossent menatapnya dengan pandangan marah, seakan mau menerkam Raeli saat itu juga. Lalu di dekat meja jamuan, sayup sekali Raeli melihat Rose tersenyum padanya dengan pandangan mendamba.

Astaga, apa ini? Seharusnya pandangan itu milik Raeliana ketika melihat Pangeran Ein dan Rose menari bersama. Kenapa jadi terbalik?

“Kau bisa jatuh jika tidak fokus, Raeliana,” bisik Pangeran Ein, memberikan senyuman untuk Raeli.

Raeli mengangguk. “Tentu kau tidak akan membuat reputasimu hancur hanya karena membiarkanku terjatuh.”

“Jawaban yang bagus.”

Cukup. Raeli sudah muak dan ia ingin muntah karena sekali lagi mendapati pandangan marah Vivian dan damba dari Rose yang ternyata langsung pergi setelah beradu pandangan dengannya.

Jadi, dari pada terlalu lama, lebih baik Raeli akhiri ini semua.

Raeli memutuskan untuk menginjak kaki Pangeran Ein. Lalu melotot karena dirinya salah perhitungan. Sial. Kalau begini ia sendiri yang akan jatuh. Tanpa Raeli sangka, Pangeran Ein malah menangkap pinggangnya dan mengangkatnya, berputar dalam satu putaran yang sama. Lalu menurunkannya tepat ketika lagu selesai.

Teput tangan menyambut mereka dan Pangeran Ein membawa Raeli kembali ke pinggir.

“Kau berhutang dua kali padaku, Raeliana.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status