Share

The Curse - 01

Sudah lewat satu jam sejak jadwal pertemuan. Namun, gadis itu tak juga datang. William mulai bosan mendengar obrolan tak berisi antara Ethan dan pihak PH.

William sendiri memilih untuk membaca script yang diberikan pihak PH padanya beberapa saat lalu. Tidak buruk. Setidaknya dalam film ini William tetap memerankan sosok yang kuat dan berkuasa seperti film-filmnya yang lain.

Hal yang paling tidak William membuat William tidak mau bermain di film romance adalah, dia tidak mau dan merasa tidak cocok terlihat lemah. Tapi setidaknya, di film ini imej William masih aman.

"Ma- ma- maaf, saya terlambat." Semua mata tertuju ke arah sumber suara.

Tampak seorang gadis bersurai panjang menunduk di dekat kursi William. William melihat lamat-lamat wajahnya, tapi ia tak bisa mengenali siapa wanita itu.

"Duduklah, Leona!" ujar Shawn yang William ketahui sebagai sutradara film yang akan William mainkan.

Gadis itu duduk di samping William. Ia masih menunduk dan beberapa kali meminta maaf hingga membuat William bosan.

William memilih kembali membaca scriptnya dan tak memperdulikan gadis di sampingnya.

"Jadi ini-" ucapan Ethan terpotong.

"Leona. Dia yang akan berpesan sebagai Jasmine. Bukankah sangat cocok?" potong Shawn.

William mengangkat wajahnya. Melirik ke arah gadis di sampingnya yang masih setia menunduk itu. William dapat melihat bagaimana gadis itu terus meremat tangannya sendiri.

"Anda bercanda?" tanya William pada Shawn.

"No, William. Dia yang akan menjadi lawan mainmu. Dia memang pendatang baru. Bahkan ini adalah proyek pertamanya. Tapi aku langsung menyukainya ketika kami pertama bertemu. Dia benar-benar cocok memerankan karakter Jasmine," terang Shawn.

William tersenyum miring. Seakan meremehkan gadis di sampingnya. Lihatlah, bahkan mengangkat kepalanya saja gadis itu tidak bisa. 

"Leona, perkenalkan dirimu pada William. Kau pasti sudah tahu tentangnya, kan?" Shawn mengintrupsi.

Perlahan, gadis itu mengangkat wajahnya. William nyaris tertawa melihat wajah pucat gadis itu. Bahkan memakai make up saja dia tidak bisa. Bisa-bisanya gadis seperti ini dipasangkan dengan seorang William Redorge?

"Na- na- nama saya Leona," ujar Leona memperkenalkan diri.

"Dia bahkan tidak bisa bicara," ungkap William seakan tak punya hati. Ia kembali membalik lembar script di tangannya.

"Saya bisa. Hanya saja sa- sa- saya-"

William tertawa kecil dengan nada sinis. Gadis itu benar-benar tidak cocok untuknya.

"Kita lihat saja, apakah dia bisa bermain secara profesional atau tidak. Kalau tidak, saya mau Anda menggantinya dengan aktris lain. Karena saya tidak punya banyak waktu untuk take ulang setiap adegan," ujar William dingin.

"Saya bisa. Saya janji akan melakukan yang terbaik. Saya harus dapat proyek ini. Jadi tolong-"

"Kalau begitu berlatihlah dengan keras!" William memotong ucapan Leona dengan nada tegas.

Leona mengembuskan napas panjang. Ia harus menahan emosinya. Ia harus mengalah menghadapi calon lawan mainnya yang merupakan aktor terkenal itu.

'Ternyata dia cukup ambisius, sampai tidak sadar dengan kemampuannya sendiri,' monolog William dalam hati.

"Jadi, kapan proses shooting akan dimulai?" tanya Ethan memecah suasana.

"Kita masih butuh banyak persiapan. Dan saya kira William dan Leona butuh banyak berlatih mengingat ini adalah proyek film romance pertama mereka," jawab Shawn.

Ethan mengangguk setuju. Ia melirik sepupunya. Dia tahu betul bagaimana kakunya sepupunya itu. Pasti ini akan menjadi salah satu proyek paling sulit bagi William.

"Hanya saran, untuk membangun chemistry antara mereka, bagaimana kalau kita beri waktu khusus pada mereka untuk saling mengenal?" usul salah satu perwakilan pihak PH.

"Saya rasa budget film ini juga lebih dari cukup untuk menyewakan sebuah apartemn untuk mereka agar bisa tinggal bersama," sambung Shawn.

William membulatkan matanya. Ia? Tinggal bersama seorang gadis?

"Tidak. Kita bisa langsung shooting hari ini kalau kalian mau. Tapi tidak dengan urusan tinggal bersama. Saya tidak bisa," tolak William tegas.

"Wil-" ucap Ethan berusaha menenangkan.

"Apa? Kau tahu aku tidak bisa tinggal dengan orang lain, kan?" Dan Ethan hanya dapat mengangguk kecil. Ia baru ingat, selain aktor, William juga merupakan manusia serigala yang bisa berubah wujud ketika malam bulan purnama tiba.

"Saya rasa terlalu berlebihan untuk tinggal bersama," ujar Ethan membantu William.

"Ini hanya tinggal bersama dalam satu apartemen. Kami juga akan mencarikan apartemen yang layak dan memiliki dua kamar," desak Shawn.

"Saya tidak bisa," tolak William.

"Kalau tidak dengan cara itu, saya ragu kalau film ini bisa selesai dengan cepat. Bukan bermaksud meremehkan, tapi ini film romance pertama kamu, William." Shawn terus mendesak William.

"Tolong terima saja persyaratan ini!" bisik Leona dengan nada memelas.

Gila. Memangnya William segila itu sampai mau tinggal satu atap dengan gadis yang tidak tahu asal-usulnya itu?

"Wil, sepertinya kali ini kamu harus mengalah. Turuti saja dulu. Masalah 'itu' bisa kita bicarakan nanti saat tidak ada mereka," bisik Ethan.

William menghela napas panjang. Ia mengangguk kecil, pertanda jika ia setuju dengan usulan itu. Setidaknya, selama ini Ethan tidak pernah mengecewakannya. Laki-laki itu cukup cerdas hingga bisa menyembunyikan identitas William sebagai manusia serigala selama bertahun-tahun.

"Kalau begitu, kami akan carikan apartemennya. Nanti kami kirim-"

"Tidak perlu. Saya malas berkemas. Dia bisa tinggal di apartemen saya mulai besok," potong William.

Ethan mengangguk setuju. Akan lebih baik jika William tetap tinggal di apartemennya. Setidaknya apartemen itu sudah didesain khusus untuk mengamankan rahasia besar William selama ini.

"Itu jauh lebih baik. Selain hemat biaya, apartemen William juga memiliki sistem keamanan yang kuat. Cukup aman untuk menyembunyikan diri dari media," imbuh Ethan.

Pihak PH tampaknya setuju dengan usulan itu. Kali ini, Shawn menoleh ke arah Leona. Leona tampak kaget ketika tiba-tiba diperhatikan.

"Ya?" tanya Leona kaku.

"Kamu bersedia kan, tinggal di apartemen William untuk beberapa waktu?" tanya Shawn.

"Oh.. aku- saya-"

"Ethan akan menjemputmu di tempat ini besok jam sembilan pagi," potong William sepihak.

Leona mengangguk kaku. Ia tidak yakin, apakah pilihan yang ia ambil sudah tepat. Tapi untuk saat ini ia tidak punya pilihan lain. Ia hanya harus melakukan yang berbaik agar proses shooting bisa berjalan dengan baik dan semua rencananya berjalan sempurna.

'Kamu bisa, Leona. Keinginan kamu akan segera tercapai. Kamu hanya perlu melakukan yang terbaik, dan semuanya akan baik-baik saja,' batin Leona menyemangati dirinya sendiri.

Sesekali Leona melirik ke arah William yang akan menjadi lawan mainnya di film perdananya nanti. Ia masih tidak menyangka, lawan main di film pertamanya adalah seorang aktor besar seperti William. Ia bahkan dulu sempat mengidolakan sosok itu, sama seperti kaum hawa pada umumnya. Dan sekarang, Leona memiliki kesempatan untuk menjadi lawan main idolanya itu.

'Aku tidak menyangka, salah satu aktor idolaku ternyata semenjengkelkan ini. Aku kira dia seperti itu hanya ketika dalam film. Tapi ternyata di dunia nyata dia bahkan jauh lebih menjengkelkan,' dengus Leona.

Tap

Leona gelagapan saat tatapannya bertemu dengan manik cokelat tua William. Ia ingin mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tapi, tatapan William seolah menguncinya.

Jantung Leona berdetak tak karuan saat ia memandang wajah rupawan laki-laki itu. Apakah Leona mulai tertarik dengan sosok pria menyebalkan itu?

Leona menggelengkan kepalanya saat kesadarannya telah kembali.

"Tapi aku mau minta satu hal. Jangan sampai gadis ini mengganggu privasiku," pinta William yang langsung diangguki Ethan.

"Tentu saja. Memang aku akan melakukan apa?" kesal Leona.

"Gadis zaman sekarang kalau sudah jatuh cinta akan melakukan hal-hal gila yang mengganggu," ujar William.

Leona menyeritkan alisnya. Ia mulai tersinggung dengan ucapan William. Tidak. Sebenarnya sudah dari tadi. Hanya saja, kali ini benar-benar keterlaluan.

"Kamu pikir aku akan jatuh cinta padamu?" tanya Leona.

"Aku yakin bahkan kali ini sudah," jawab William seakan tak ada beban.

Leona membulatkan matanya. Andai saja bukan karena ia sangat membutuhkan proyek film kali ini, sudah dipastikan jika bibir William akan merasakan timbukan dari sepatu Leona.

Tapi lagi dan lagi, Leona harus menahan perasaan jengkelnya. Ia tidak mau kehilangan peluang emas ini begitu saja hanya karena emosi sesaat. Bagaimanapun juga ia harus mendapatkan proyek ini.

***



Bersambung....


Selamat datang di dunia fantasi modern pertamaku. Jangan lupa tinggalkan komentar kalian, agar penulis tahu, seberapa banyak orang yang antusias dengan ceritanya. Terima kasih sudah mampir :)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status