Share

The Curse - 06

Leona terkejut saat merasakan sinar matahari yang sudah memasuki kamarnya. Seingatnya, ia sudah memasang alarm pukul lima lagi. Tidak mungkin kan, ia bangun kesiangan?

Perlahan, mata Leona terbuka. Ia memperhatikan lamat-lamat ruangan tempatnya berada kini. 

Benar. Matahari sudah bersinar. Itu artinya, Leona bangun lebih siang dibanding biasanya.

Leona meraih jam wekernya. Dan matanya langsung membulat melihat jarum paling pendek jam itu sudah menunjuk ke angka delapan.

"Whattt???" Ia memekik kaget bukan main. Dengan sempoyongan, karena nyawa yang belum benar-benar terkumpul, ia pun segera menuju ke lemari untuk mengambil pakaian ganti, lalu masuk ke kamar mandi.

Dan dalam kamar mandi, Leona terus merutuki kebodohannya. Ia belum pernah bangun sesiang ini. Sebelumnya, alarmnya selalu berfungsi dengan baik. Apa yang salah hingga jam yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun itu tidak membangunkannya?

Selesai mandi dan berganti pakaian, Leona segera keluar dari kamar. Ia ingat betul jika semalam William memintanya menjadi pelayan di rumah ini. 

Apakah laki-laki itu sudah bangun? Bagaimana jika ketika ia bangun, ia melihat meja makan yang masih kosong? Bagaimana nasib Leona setelah ini?

Leona berlari kecil. Tujuan utamanya adalah dapur. Ia harus cepat-cepat menyiapkan sarapan untuk William dan dirinya sendiri.

Terlambat...

"Selamat pagi, Leona," sapa salah seorang laki-laki di meja makan.

"Pagi, Ethan," balas Leona sembari melangkah ragu ke arah meja makan.

"Duduklah! William sudah menyiapkan sarapan untuk kita," ujar Ethan.

Leona menelan salivanya kasar. Ia hanya bisa pasrah ketika Ethan menarikkan kursi untuknya.

"Maaf," cicit Leona ketika ia sudah duduk sempurna di tempatnya.

Namun, tak sepatah katapun keluar dari mulut William. Membuat perasaan Leona menjadi semakin tidak enak.

Sementara itu, Ethan yang tidak tahu apa-apa pun dilanda kebingungan. Kenapa Leona harus meminta maaf pada William? Apa yang sebenarnya terjadi antara mereka? Aneh sekali. Padahal baru semalam Ethan meninggalkan mereka berdua.

Suasana yang hening membuat Ethan semakin penasaran. Apalagi ketika Leona tak kunjung menyantap hidangan di hadapannya. Padahal, sebentar lagi jam makan pagi akan segera habis.

"Kamu tidak mau memakan makananmu, Leona?" tanya Ethan hati-hati.

Leona mengangkat wajahnya menatap Ethan, kemudian beralih pada William yang kini tampak masih fokus dengan makanannya. Refleks, Ethan pun mengikuti arah pandangan gadis itu. Ia mulai mengerti sekarang. Ia mengikuti perilaku Leona, menatap William hingga laki-laki itu mendengus kesal karena merasa diperhatikan oleh dua orang lainnya.

"Sebenarnya apa masalah kalian?" kesal William, sembari menatap Leona dan Ethan secara bergantian.

Leona dan Ethan sama-sama terdiam. Membuat William mendesah kasar.

"Apa kau tidak berniat segera memakan makananmu itu? Makanlah! Aku sudah susah payah membuatnya," ujar William pada Leona.

Senyum cerah langsung tercetak jelas di wajah Leona. Gadis itu pun segera mengambil sendok dan garpu yang sudah disiapkan, kemudian menyantap hidangan di hadapannya.

Ethan tersenyum kecil melihat interaksi dua manusia di dekatnya itu. Selanjutnya, ia pun kembali melanjutkan kegiatannya yang sebelumnya sempat tertunda.

William menyelesaikan aktivitas makannya lebih awal dibanding dua orang lainnya. Laki-laki itu berdiri, hendak membawa piringnya ke wastafle, namun, lebih dulu suara Leona mengintrupsinya.

"Will, biar aku saja," ujar Leona.

William terdiam untuk beberapa saat. Namun, ia segera menjauhkan tangannya dari piring.

"Kamu harus langsung mencucinya setelah kamu makan. Aku tidak suka ada tumpukan piring kotor di apartemenku," pesan William.

Leona mengangguk cepat. Ia pun terbiasa langsung mencuci piringnya sendiri setelah ia makan. Tidak masalah jika mulai sekarang cuciannya bertambah beberapa piring.

"Kamu yang mencucikan piringnya?" tanya Ethan setelah kepergian William. Leona mengangguk.

"Kamu juga. Tinggalkan saja nanti piringnya di situ! Aku akan mencucikannya sekalian," pinta Leona.

"Ah... aku tidak terbiasa dicucikan piringnya. Lagi pula, kasihan kamu," ujar Ethan.

"Hey ini cuma mencuci piring. Aku sudah terbiasa melakukannya dari kecil. Mungkin kamu belum tahu, tapi aku berasal dari keluarga yang sangat sederhana, dan aku terbiasa melakukan rumah sendirian sejak kecil," balas Leona sembari tersenyum manis.

Ethan terpenganga melihat kecantikan Leona ketika gadis itu tersenyum. Ia tak menampik bahwa selama ini ia banyak bertemu dengan wanita-wanita cantik. Tapi Leona berbeda. Ia tak sekadar cantik di luarnya saja. Tapi benar-benar ada sesuatu pada dirinya yang bisa menarik perhatian orang di sekelilingnya. Seperti halnya William.

"Ethan, kamu jadi mengantarku ke kantor?" tanya William mengintrupsi.

Ethan menoleh cepat, kemudian mengangguk.

"Biarkan aku minum sebentar," ucap Ethan sembari mengambil segelas air di depannya.

"Kantor? Kamu juga bekerja di kantor?" tanya Leona. Ia tak tahu banyak tentang orang yang pernah menjadi salah satu idolanya itu. Selama ini ia mengaguminya hanya sebagai aktor di layar kaca, tanpa perlu tahu kehidupannya di belakang kamera.

"Jangan bercanda. Tidak mungkin kan kamu tidak tahu?" kaget Ethan. Sementara itu, William masih mempertahankan ekspresi datarnya.

"Tahu apa?" bingung Leona sembari menoleh ke arah dua laki-laki itu secara bergantian.

Ethan menatap tak percaya ke arah Leona. Ia seperti ragu dengan apa yang baru saja ia dengar. Mana mungkin ada orang di negeri ini yang tidak tahu status William Redorge sebagai direktur sekaligus pewaris utama R Corp yang tersohor itu?

"Kok diam? Memang ada sesuatu yang penting yang-"

"Sudahlah, bukan hal besar." William memotong ucapan Leona. Leona menyerit bingung.

Tak lama berselang, terdengar suara tawa yang pecah dari hadapan Leona. Dia adalah Ethan. Leona semakin merasa aneh. Tidak biasanya Ethan bisa begitu ekspresif, bahkan bisa tertawa sekencang itu.

"Ya kali kamu nggak tahu William, Leona. William Redorge. Aktor film aksi yang sangat terkenal dan-"

"Iya aku tahu itu. Dia aktor terkenal, dan?" 

"Sudahlah, Ethan! Ayo cepat kita berangkat!" sela William.

Ethan berdehem. Setelah itu ia bangkit dari posisinya.

"Oke, Nona Russel, sepertinya aku harus pergi sekarang, sebelum serigala ganas itu menyerangku," ujar Ethan.

William mendelik ke arah sepupu sekaligus asistennya itu. Bisa-bisanya Ethan menyebutnya 'serigala' di depan Leona. Bagaimana kalau gadis itu curiga?

Tapi, di luar dugaan, Leona hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Membuat William dapat mengembuskan napas lega. Ternyata gadis itu tidak terlalu memikirkan ucapan ngelantur Ethan.

"Buruan!" ujar William kemudian berjalan meninggalkan ruang makan.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Ethan pun segera menyusul sepupunya itu. Hingga tinggalah Leona sendiri di ruangan itu.

Leona terkekeh, "serigala? Cocok juga. Kepribadiannya cukup mirip dengan serigala. Auranya menyeramkan, tatapannya tajam, dan jangan lupa, dia suka daging," gumam Leona sebelum menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dengan santai.

Gadis itu tidak tahu, jika apa yang keluar dari mulut Ethan bukanlah kata khiasan. Yup, saat ini Leona tengah hidup bersama seekor manusia serigala, yang mungkin saja bisa berubah menjadi ganas tanpa Leona sadari.

Selesai makan, Leona bergegas mencuci peralatan makan miliknya dan kedua laki-laki tadi. Setelah itu,ia mengerjakan pekerjaan rumah yang lain seperti menyapu, mengepel, dan yang lainnya.

Saat pertama membuka pintu kamar Willian, Leona merasakan hawa yang berbeda dengan ruangan lainnya. Tapi sebisa mungkin ia terus berpikiran positif. Ia juga sangat berhati-hati jangan sampai ada barang William yang berpindah tempat atau kotor karenanya. Karena ia tahu, William tidak akan suka itu.

Jika memikirkan perbedaan aura kamar William dengan ruangan lainnya, Leona hanya terus meyakinkan dirinya jika itu merupakan hal yang wajar, karena William laki-laki, dan bahkan aroma parfumnya pun pasti tersebar di sepenjuru kamarnya ini.

"Mungkin efek aroma parfumnya, jadi kamarnya terkesan aneh seperti ini," gumam Leona tak mau ambil pusing. 

Ia segera keluar dari ruangan itu dan membersihkan ruangan lainnya.

"Jika tujuanmu menyuruhku menjadi pelayan di apartemen ini agar aku menjadi tidak betah tinggal, kamu salah William. Hal seperti ini sama sekali bukan masalah untukku, dibanding aku yang harus pergi dari tempat ini dan mempertaruhkan nyawaku sendiri di luar sana," ucap Leona ketika ia merebahkan dirinya disofa setelah ia membersihkan seluruh ruangan rumah ini.

Leona teringat akan sesuatu!

Ia mengambil ponselnya, kemudian mencari satu nama di kontaknya. William. 

Ia mengirim pesan ke laki-laki itu untuk menanyakan alamat kantornya, karena Leona berniat membawakannya makan siang. Anggap saja sebagai permintaan maaf karena Leona tadi bangun kesiangan hingga tidak sempat membuat sarapan untuk mereka.

Setelah lima menit, William membaca pesannya. Namun laki-laki itu seakan tak berniat untuk membalasnya.

Leona mendengus kesal. Kenapa laki-laki itu sangat dingin terhadapnya? Padahal ia sudah berusaha berjuang sekeras mungkin untuk bersikap baik padanya.

Namun, tak lama berselang, ponsel Leona berbunyi. Ada sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.

'Hay, Leona. Ini aku, Ethan. William memintaku untuk menjemputmu datang ke sini jam setengah dua belas nanti. Jadi bersiaplah dan jangan lupa bawakan pesanan William!'

Leona tersenyum membaca pesan itu. Ia pun segera menyimpan nomor Ethan sebelum ia lupa.

Tapi, tunggu!

Pesanan? Memang William pesan apa? Bahkan laki-laki itu tidak menjawab pesannya tadi. 

Leona mengetikkan pesan balasan untuk Ethan,

'William berpesan agar aku membawakan apa? Apa ada sesuatu yang ia perlukan?'

'Aku tidak tahu pastinya. Tapi dia bilang, kamu baru saja menawarinya sesuatu, dan dia memintamu membawakannya ke sini.'

Tawa Leona pecah. Maksudnya makan siang? Dasar laki-laki gengsian. Menerima tawarannya secara langsung saja gengsi, harus lewat Ethan dulu.

Dengan penuh semangat, Leona pun segera memasak makan siang untuk dirinya, William dan Ethan. Semuanya sudah harus siap sebelum Ethan datang.

***

Bersambung...

Jangan lupa nantikan chapter selanjutnya 

Kalau aian suka dengan cerita ini, silakan ajak sebanyak mungkin orang untuk mampir ke sini, ya. Terima kasih :)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status