Share

The Cursed Journey Of Zhura
The Cursed Journey Of Zhura
Penulis: MidnightKalopsia

Prolog

Di antara pejaman mata, semua hal terasa menyesakkan. Selain pemandangan yang kosong, tubuhnya yang sedang beristirahat dengan nyaman tiba-tiba terasa dingin. Punggung yang dirinya baringkan kini seakan menempel di lautan es. Bulan November baru datang, tapi tempat tidur miliknya tidak pernah sebeku ini di musim dingin. Mungkin ia terlalu banyak berpikir atau memang ranjang tuanya pun berubah menjadi alas lembek dan berair, seolah-olah kini ia berbaring di tanah becek.

"Kenapa sangat dingin?"

Gejolak rasa penasaran memaksanya membatalkan tidur lelap untuk membuka mata. Sebelah tangannya mengambil benda yang sangat dingin di bawah kaki. "Salju?" gumamnya tertelan angin. Sekarang ia paham, permukaan lembek yang menjadi alas pembaringan ternyata memang bukan ranjangnya. Entah apakah ini mimpi atau sebenarnya dia sedang berhalusinasi, tapi tempatnya terduduk sekarang adalah dataran salju.

"Di mana ini?" tanyanya sambil menatap sekeliling.

Bulan berwarna jingga kemerahan, langit gelap terhampar menjadi atapnya. Mata Zhura bergulir untuk menelaah situasi. Bukan disebabkan suhu dingin, ia sadar tubuhnya menggigil karena pemandangan yang terhampar. Dalam sepersekian detik, oksigen yang harusnya berlimpah di udara diambil paksa keluar dari paru-parunya. Daya napas gadis beriris zamrud itu seketika melemah ketika satu per satu hal gila di depan tertangkap matanya.

Di penjuru dataran salju ini, banyak mayat-mayat dan bagian-bagian tubuh orang berserakan. Beberapa dari mereka masih beranggotakan tubuh lengkap, tapi sisanya hancur seolah dicabik-cabik. Cairan yang keluar dari semua itu membuat warna tempat ini yang harusnya putih menjadi merah. Apa yang terjadi masih menjadi misteri. Namun, bau anyir yang tajam akibat tiupan angin mengatakan bahwa terlalu bodoh untuk menganggap apa yang ada di depannya hanya ilusi. Sembari tertatih, diputuskannya untuk berdiri menyapukan penglihatan ke sekitar.

"Siapa gadis itu?" tanya Zhura pada udara ketika dia melihat dirinya sendiri terbaring di dekat kakinya.

Tubuh sosok itu berlumuran darah, terkulai bak daun layu di tengah musim gugur. Tampak sebelah tangannya menggenggam pedang besar yang tajam. Zhura terkesiap mundur saat cahaya bulan memantul di gelang berbentuk untaian sayap pada tangan kanan sosok di depannya. gelang itu memiliki bentuk yang sangat indah, jelas bukan perhiasan mewah yang mungkin ia miliki.

Memilih abai pada gelangnya, atensi Zhura kembali pada wajah familiar tersebut. Sekali pandang saja ia sudah mengenali rupanya yang kini tampak pada gadis yang tak sadarkan diri itu. Namun, Zhura menyadari ada yang berbeda. Gadis asing itu mempunyai rambut perak, berbaju biru lusuh, dan ia sepucat kertas. Jika diperhatikan lagi, kulitnya terlalu pucat untuk takaran standar kesehatan manusia sampai Zhura mengira bahwa gadis itu sudah mati.

"Sebenarnya siapa dia?" Kecuali dari rambut perak dan kulitnya, melihatnya Zhura seperti sedang bercermin.

Tak puas, Zhura kembali melihat ke sekitar. Tubuhnya mengejang ketika ia melihat banyak sosok asing berdiri di tempat dingin itu. Apakah mereka baru datang atau dirinya yang tidak melihat mereka sejak awal, yang jelas mereka semua menatap ke arah Zhura dengan pandangan seragam. Dari arah jam sebelas, gadis berambut merah menatap muram. Ada sorot hancur dan gelap seakan ia menyimpan duka. Pakaian birunya pun robek di sana-sini menampilkan luka di sekujur tubuh.

Di samping gadis berambut merah, terlihat eksistensi seorang gadis dengan telinga lancip yang terduduk menutup wajah. Tidak bermaksud menilai fisik, tapi dilihat dari manapun bentuk telinga gadis itu terlalu runcing dan tidak manusiawi. Tubuhnya sama terlukanya dengan gadis merah. Dari bahunya yang bergetar, Zhura rasa gadis bertelinga lancip itu sedang menangis. Bukan hanya mereka, banyak gadis berpakaian biru lain dan sosok berzirah menatapnya dengan raut aneh.

"Ada apa ini?! Siapa kalian?! Apa yang terjadi?!" Zhura membuka suaranya dengan lantang. Namun, semua orang bertingkah seolah-olah ia tidak terlihat. Gadis delapan belas tahun itu segera menyadari suatu hal. Pandangan orang-orang ternyata mengarah pada gadis berambut perak di depannya.

Jadi, sosok gadis yang mati itu adalah sang pemeran utama.

Ketika ia kelimpungan mencari penjelasan atas situasi itu, pandangan Zhura jatuh pada pemuda berambut hitam panjang di dekatnya. Sosok itu bersimpuh tak berdaya seolah seluruh energinya dikuras tak tersisa. Tidak mengejutkan bagi Zhura saat ia melihat pemuda itu juga menatap gadis berambut perak. Namun, tidak seperti keruhnya sorot orang lain, tatapan pemuda itu kosong. Begitu kosong hingga Zhura pikir dia hanya patung yang diberi berkah untuk bernapas.

"Hei, siapa kau? Tempat apa ini? Tolong, jangan mengabaikanku! Ada apa ini?!" tanya Zhura pada pemuda itu yang berakhir menjadi percakapan sepihak.

Dengan bibir yang berlumuran darah, laki-laki itu membisu. Jantung Zhura berdebar ketika tubuh pemuda yang terbalut pakaian putih itu tiba-tiba bergetar hebat. Otot lehernya menonjol keluar bersamaan dengan rahang yang mengeras. Iris birunya menggelap terbias air di pelupuk mata. Ada perasaan tidak nyaman saat melihat wajahnya yang tak sanggup menahan tangisan. Ingin rasanya Zhura menggerakkan kaki mendekat, tapi sesuatu menahan langkahnya.

"Ah!" Jantung Zhura berdenyut tak terkendali ketika pemuda itu membawa tubuh gadis perak yang mati ke dalam pelukan. Tangisannya parau dan berat, seakan-akan hal paling berharga baru saja terenggut paksa darinya. Pandangan Zhura mengabur ketika pikiran gadis itu mulai diserang pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya ia rasakan. Sedih dan takut, perasaan gelap itu menyerangnya kalut. Bagaimana tubuhnya yang merespon adegan di depan dengan sangat tidak wajar membuatnya hilang akal.

Dia, sosok bermata biru itu.

Melihat pemuda itu bersedih, seluruh diri Zhura sakit. Lalu entah dari mana, sensasi yang panas begitu mendadak mengular di balik punggungnya yang terbalut mantel cokelat. Ia masih berharap ini mimpi, tapi rasa sakitnya menggila. Derita itulah kemudian yang berperan mengalihkannya dari sepasang kekasih di depan. Ia ingin berdiri di sisi pemuda itu, tapi sesuatu membawa tubuhnya yang letih menjauh. Kini datang sebuah ruangan senyap, di mana semua yang ia lihat hanya kegelapan yang pekat. Tidak pemilik mata biru atau gadis berambut perak yang mati, tidak ada siapa pun kecuali dirinya sendiri yang tenggelam ke dalam ke palung kehampaan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
openingnya keren ya! mudah dipahami narasinya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status