Setelah mendengar adanya penambahan jam pelatihan, tim IT hanya bisa menghela napas panjang. Mereka mengira bahwa pelatihan ini membuat mereka sedikit lebih santai setelah sehari-hari hanya bekerja memperbaiki peralatan elektronik dan jaringan komputer. Begitu pula Emma dan Sobig yang setiap hari selalu bergumul dengan bahasa program dan alur coding yang membuat mereka lelah dan bosan.“Apakah performa kita selama ini kurang bagus sehingga pak Ethand menambah jam pelatihan kita?” tanya Page dengan wajah suram. Niat untuk bermain game kini telah sirna.“Bukankah atasan kita sedang bahagia bersama kekasihnya? Malah menambah jam pelatihan.” Linus tanpa sadar melontarkan kalimat itu. Emma yang sedang memutar sekrup di CPU langsung terhenti. Ia terdiam kemudian menengadah menatap langit-langit ruangan.Pagi ini ketika Emma lewat di depan kamar wanita itu, ia melihat jika ada seorang wanita paruh baya yang secara khusus membersihkan kamar tersebut. Sepertinya Ethand benar-benar masih peduli
Kecewa. Sebuah kata yang membuat seseorang berubah. Bahkan hal kecil yang kamu anggap sepele begitu membekas di hati orang lain. Apalagi perihal cinta yang sangat sensitive. Kadang seseorang selalu merasa bahwa segalanya bisa diterima oleh orang lain namun nyatanya tidak semudah itu.Ethand berhasil melepaskan seseorang yang tidak pantas digenggam. Lelaki itu berhasil menghapus segala kenangannya dengan Caroline. Wanita yang tidak layak dijadikan tempat pulang. Namun kini ia harus menelan pahit diabaikan oleh wanita yang bertahta di hatinya selama beberapa bulan ini. Bahkan sudah dua kali Emma memintanya untuk pergi.Satu hal yang didapat Ethand dari Emma adalah wanita itu berpendirian teguh. Dia wanita yang baik dan tegas. Sekalinya ia memberimu kesempatan jika tidak digunakan dengan baik maka hanya amukan yang engkau dapat darinya.Ethand hanya bisa memandang pintu yang sudah dibuka olehnya. Emma sudah berlalu pergi dan meninggalkan dirinya yang kalut. Belum pernah ada yang berani m
Bukan hanya Ethand saja yang geram namun Ryan juga. Ia menunggu kesempatan untuk memarahi Riana. “Jangan menjadi bodoh hanya untuk membela sahabatmu. Tahukah kamu jika sahabatmu itu sudah memiliki suami di Spanyol?” Ryan akhirnya mendapat kesempatan memarahi Riana.Emma menatap lucu pada kedua lelaki itu. Ia mengulum bibirnya dan menahan tawa.“Carol adalah masa laluku, kamu tidak berhak atas hubunganku dan Emma.” Ethand masih belum puas menyadarkan Riana.Bagaikan mendapat panah bertubi-tubi, Riana hanya bisa terdiam dan menundukkan kepalanya. Ia sangat malu diperlakukan seperti itu. Niat untuk mengatai Emma kini malah dirinya yang dikatai oleh para petinggi Alves Corp. Riana merasa wajahnya sangat panas.“Sudah-sudah. Sejak kapan kalian berdua terlihat seperti emak-emak?” Emma merasa iba melihat Riana yang diam tidak berkutik.“Jangan terlalu baik, Emma,” sergah Ryan. Emma tersentak kaget. Kedua lelaki itu benar-benar marah pada Riana. Emma langsung memegang tangan Ethand dan Ryan l
“Menurutmu apa yang dilakukan Emma pada pak Ethand?” Tim IT mulai bergosip. Mereka sudah melihat bahwa CEO Alves Corp itu jelas-jelas membawa wanita lain.“Tentu memarahi bahkan memukul pak Ethand.” Json dengan jawabannya.“Menurutku, Emma tidak akan memukul pak Ethand.” Linus menyanggah kalimat Json. Semua mata tim IT langsung tertuju padanya. “Kita tahu kemampuan Emma melebihi kita semua. Itu karena kapasitas otaknya berbeda dengan kita. Jadi mengenai cinta seperti ini tidak akan membuatnya memukul pak Ethand.” Jelas Linus.“Semua wanita itu memiliki emosi yang sama bahkan sensitive terhadap cinta segitiga seperti ini.” Page juga ikut ambil bagian dalam acara gosip hari ini.“Selama ini Emma ataupun kita selalu berpikiran logic karena basicnya yang kita pelajari adalah komputer dan segala isinya. Tentu saja Emma akan berpikir logic.” Ruby menyetujui apa yang dikatakan oleh Linus sebelumnya.“Apakah tim IT begitu santai sampai-sampai membahas kisah cinta orang lain?” tanya Ryan yang
Sudah hampir jam tujuh malam. Emma masih saja berkutat pada laptopnya. Satu jam yang lalu bunyi alarm di ponselnya pertanda ada yang berusaha meretas Alves Corp. Wanita itu sudah menghempaskan peretas itu dalam beberapa menit saja. Namun ada sesuatu yang masih mengganjal di pikirannya.“Apakah itu adalah Melissa?” tanya Mac pada Emma.“Iya, Pak.” Emma menjawab kepala tim IT tanpa menatap wajahnya. Matanya masih sibuk menyelidiki logaritma yang digunakan peretas.“Apakah hal itu mengganggumu?” tanya Mac lagi. Emma terdiam sejenak. Ia melipat kedua tangannya di dada.“Apakah belum selesai?” Pintu ruangan pelatihan tiba-tiba dibuka dan Ethand langsung masuk ke dalamnya. Lelaki itu sudah menunggu Emma keluar dari ruangan itu namun wanita itu belum menampakan batang hidungnya sehingga Ethand memutuskan untuk masuk ke dalamnya. Di dalam ruangan terlihat Mac dan Emma yang masih menatap ke layar laptop.“Ini, Pak. Emma mendapat alert di ponselnya jika ada yang mencoba meretas Alves Corp la
Di sebuah sudut kota Vunia terlihat seorang wanita mengenakan jaket dan topi sebagai upaya menutup wajahnya. Ia berjalan santai di sebuah gang yang lumayan sempit. Setelah mencapai sebuah pintu yang terkunci dengan gembok yang lumayan besar, ia mengeluarkan kunci dari dalam tasnya.“Aku tahu kamu sekarang masih terkurung di tempat ini,” ujar wanita itu dengan senyum ramah yang sulit diartikan. Lelaki yang sedang fokus di layar komputer itu seketika menghentikan ketikan jarinya di keyboard. Ia segera berbalik untuk melihat siapa wanita yang datang menemuinya itu.“Caroline? Kamukah itu?” tanya lelaki itu dengan raut wajah terkejut. Hampir delapan tahun anak gadis yang sudah dewasa itu tidak pernah datang mengunjunginya. Baru hari ini ia kembali mendengar suara wanita itu.“Aku pikir kamu sudah melupakanku, Melissa. Ternyata gelap dan sempitnya ruangan ini tidak mematikan sel-sel otakmu.” Caroline berjalan mendekati lelaki itu. Cahaya yang masuk membuat ruangan itu menjadi terang. Jaran
Mendapat pelukan hangat dari Emma, Ethand merasa hatinya di penuhi bunga. Kelegaan dan kedamaian yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Lelaki itu langsung membalas pelukan Emma dan membenamkan wajahnya di rambut gadis itu.“Apakah kamu masih mencintainya?” Emma bertanya dalam dekapannya di dada Ethand. Seketika Ethand mengangkat wajahnya dari kepala Emma.“Pertanyaan macam apa itu, Sayang?” Ethand dengan nada lembut. “Jika cintaku sudah berlabuh padamu, tidak akan ada lagi cinta pada yang lainnya. Dia hanyalah masa laluku, kisah yang sudah dilalui dan banyak pelajaran yang sudah ku terima. Perihal hati ini untuk siapa, semuanya hanya untukmu.”Mendengar kalimat manis dari Ethand membuat Emma bergidik ngeri. Ia segera melepaskan tangannya dari tubuh Ethand. Dengan hodeed eyesnya kembali menatap manik hitam Ethand. “Apakah aku satu-satunya wanita yang kamu cintai sekarang?” tanya Emma lagi. Ethand langsung tersenyum dan mengulum bibirnya.“Tidak, Emma.”Mendengar jawaban lelaki itu
Seusai makan malam, Emma kembali ke kamarnya. Seharian bergelut dengan komputer membuatnya lelah dan gerah. Ia segera membersihkan diri agar segera beristirahat. Emma menyalakan lilin pengharum ruangan yang sudah dibelinya dari Vunia dan menaruhnya di kamar mandi. Ia ingin berendam sejenak untuk melunakkan kembali otot-ototnya yang terasa kaku.Tiga puluh menit berlalu, Emma baru keluar dari bathub dengan air yang hangat. Ia segera mengambil handuk dan menyelimuti setengah badannya. Ia mulai bersenandung dan bernyanyi pelan dan keluar dari kamar mandi.“Aku pikir kamu tidur di kamar mandi,” ucap seorang lelaki setelah mendengar pintu kamar mandi terbuka. Emma langsung menyilangkan tangan di dadanya karena terkejut.Ethand segera membuang tatapannya ke tempat lain. Ia tidak menduga jika Emma akan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk. Bagian dadanya terekspos dengan jelas dan bagian pahanya yang putih mulus. Emma segera berbalik dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.Ethand