Milly menyesali kenapa dia membiarkan hatinya terjerat dalam sentuhan Jetro. Kini satu hal yang masih mengganjal dan kadang muncul dalam renung malamnya adalah pria tampan setengah iblis tersebut.
Tidak pernah menyadari bahwa dirinya adalah wanita yang sebetulnya layak dan bisa merebut hati sang pria tampan tersebut, Milly mencoba merendahkan diri dan mencoba melupakan hasrat konyolnya.
Mencoba realistis dan menghadapi hidup yang jelas tidak semanis kisah Hollywood yang selalu berakhir dengan ‘happy ending’.
Dirinya pergi dengan alasan yang tepat. Merengkuh kebebasan.
Tapi, kenapa setelah ia berhasil menjauh, hidupnya seperti kesepian? Milly seperti kehilangan sesuatu yang begitu berharga.
Melupakan tujuan awal saat memutuskan untuk melepaskan diri dari jerat pernikahan palsu, kini Milly menginginkan ada ketidak sengajaan yang membuatnya mendapat kesempatan kedua.
Ironis sekali bukan?
Setiap menatap wajahnya di cermin, Mil
Setiap hujan, Milly mengingat kenangan masa kecilnya. Semangkuk mie ayam hangat adalah hal yang paling ia dambakan.Kini di antara hujan deras dan genangan air yang mulai memenuhi halaman parkir barnya, Milly merindukan semua kesederhanaan yang pernah menjadi bagian dari hidupnya dulu.Bukan kebersamaan dengan keluarga tercintanya yang menjadi kerinduan Milly, melainkan rasa damai yang tidak lagi ia rasakan lagi sekarang.Jetro keliru! Bukan ayah dan adiknya yang membuat Milly hidup dalam beban yang begitu berat. Namun sebagai manusia yang selalu ingin berhasil tanpa mengandalkan fisiknya saja, Milly seperti terperangkap pada kehidupan yang salah.Hujan mulai mereda. Derai airnya berkurang dan hanya gerimis ringan yang memungkinkan untuk Milly bisa bergegas pulang.Temannya akan menjemput sebentar lagi, mungkin menunggu di halte depan lebih mudah untuk Maxer dan tidak perlu masuk ke halaman yang penuh dengan kendaraan roda empat tersebut. Sementara
Karakter seseorang memang selalu tersimpan rapi. Tidak ada yang menyangka jika di balik segala hal yang kita lihat dari seseorang, masih banyak yang terkubur dalam-dalam di jiwanya. Butuh mengupas satu persatu lapisan untuk benar-benar mengenal seseorang dengan sesungguhnya.Ketika melihat penolakan Milly malam itu, Prana merasakan desakan posesif yang mengelegak. Bukan hanya Jetro yang menjadi incaran mata gelapnya. Maxer juga menjadi sasaran kecemburuan buta. Betapa kecantikan Milly berbuah menjadi petaka bagi orang di sekelilingnya.Masih menangis sesekali, Milly tiba di rumah dengan perasaan gelisah.Dirinya tidak paham sama sekali akan bahaya yang saat ini mengancam. Bukan Jetro saja yang seharusnya dia khawatirkan. Prana mungkin juga memiliki potensi yang sama.“Aku nggak tahu apa yang terjadi, Mill. Tapi apa pun itu tadi, kamu benar-benar mengejutkan!” Maxer melempar kunci di atas meja dan menghempaskan diri di sofa. Milly duduk memeluk
Kembali bekerja pada malam berikutnya, Milly memasang sikap siaga dan was-was. Aditi yang baru datang mengernyitkan dahinya. Temannya terlihat sesekali menebarkan pandangannya dengan gelisah.“Hai, Mill. So far so good?” sapa Aditi. Milly menoleh dan tersenyum lega.Suara Aditi yang sedikit serak dan mirip lelaki itu sempat membuat jantungnya terpacu cepat sebentar.“Ya semua baik, aku pikir kamu siapa.” Milly menuangkan minum untuk Aditi yang duduk di kursi bar.“Siapa memangnya? Ada yang ganggu kamu?” tanya Aditi khawatir. Milly tidak ingin melibatkan Aditi dalam drama hidupnya, dengan cepat kepala menggeleng.Aditi tidak mempercayai begitu saja, tapi memilih untuk tidak mengulik jauh lagi. Mungkin butuh waktu bagi Milly mempercayai dirinya lebih baik.“Trust me, Girl, life is full of shit things.” Aditi meneguk minumannya dan menepuk meja marmer itu pelan.“Talk to me when you&r
Seandainya hidup adalah sebuah roda yang penuh dengan labirin tematik sebagai lambang bentuk ujian, maka suatu saat akan bergulir pada titik yang sama.Sayangnya, hidup setiap manusia akan bergulir maju dan menjalani berbagai kehidupan yang berbeda. Tidak terdesain sama dan selalu tidak terduga. Kadang cobaan yang datang menjadi pengalaman baru dan setengah mati kita harus menyikapi untuk mampu bertahan.Dari semua ketakutan pada berbagai hal, yang Milly antisipasi untuk tidak pernah terjadi lagi adalah tidak memiliki tempat tinggal dan mengelandang. Memiliki kesempatan libur dari pekerjaannya hari ini, ia menyempatkan diri untuk memeriksa tabungan dan juga berencana untuk mengunjungi makam ayah dan Martin, adiknya.Ada rasa lega yang ia rasakan ketika sedikit demi sedikit angka tabungan bertambah. Tidak selamanya dia harus tinggal bersama Maxer. Walau pria itu mengatakan jangan pergi, tapi Milly harus memiliki cadangan untuk bersiap pada kondisi yang terburuk.
Tidak ada yang berubah di pulau pribadi Jetro. Semua berjalan seperti biasa. Terlihat membosankan dan monoton sejak Milly meninggalkan tempat itu. Virgo masih belum membuka diri dan memilih sibuk dengan hal-hal yang, menurut Jetro, memuakkan.Tanpa mempedulikan kehadiran Jetro, Virgo terus menggali lubang di tanah dan menanam satu persatu bunga yang baru ia potong dari tanaman lainnya. Bertanam dan berkebun adalah aktivitas yang Virgo tekuni untuk melepas emosi yang kadang menguasainya.“Aku sudah menemukan Milly,” ucap Jetro dengan nada datar.Virgo menoleh sebentar dan kembali memusatkan perhatiannya pada pekerjaan saat ini.“Bagus.”Jawaban singkat itu terdengar menjengkelkan. Jetro melihat, rasanya sia-sia meminta Virgo mengendurkan kemarahannya pada Milly.Jika saja, Jetro berhasil membawa Milly kembali dan meminta maaf, mungkin Virgo akan luluh. Sayangnya, kesempatan itu sangat mustahil untuk ia dapatkan. Wanita
Mengetahui jika Aldo menyimpan hatinya untuk Aditi selama ini, sangat mengharukan Milly.Bukan hanya cara Aldo mengagumi dan memujanya dalam diam, tapi keinginan pria itu untuk berbagi hal sederhana dengan Aditi yang menjadikan bentuk kasih itu luar biasa istimewa.Walau ada berbagai kendala terbentang di antara keduanya, Milly justru merasakan kisah romantisme percintaan mereka sangat inspiratif.Aditi sendiri secara tidak sadar, menyukai dan sering tersipu oleh perhatian khusus Aldo. Sikapnya kadang kikuk dan kaku setiap menghadapi Aldo.Milly memang baru mengenal Aldo, tapi karakter pria itu membuatnya yakin jika Aditi akan bahagia bersamanya.Malam minggu ini, Aditi membuat gebrakan baru demi mengubah citra bar yang ia kelola. Dengan semangat, wanita itu memberitahu jika akan ada life music dari pukul sembilan hingga dua belas malam nanti.Milly membantu Aditi bersama Neta menyebar brosur ke kampus dan juga berbagai tempat yang mudah dij
Tangan Aldo menuntun Aditi keluar menuju area belakang bar. Dengan setengah gugup, Aditi menarik tangannya dan menatap Aldo yang akhirnya ikut berhenti. Di bawah tangga darurat menuju ke lantai dua, mereka saling berhadapan.“Al, maksudnya apa?” tuntut Aditi dengan wajah mengeras dan tegang.Bartendernya menarik napas dan mengusap wajahnya dengan gusar.“A-aku suka dan jatuh cinta sama kamu, Dit!”Aditi sudah mendengar itu tadi dan tidak begitu saja menelan mentah-mentah pernyataan itu.“Cinta? Suka? Kamu nggak mabok kan?” tanya Aditi masih berusaha untuk meyakinkan pernyataan Aldo. Pria itu mengibaskan tangan dan akhirnya mengumpat dengan kesal.“Kenapa sih nggak percaya? Aku harus berapa kali ngulang itu?”Aditi tertegun. Aldo tampak serius dan ini bukan bagian dari prank atau gangguan yang disiapkan oleh anak buahnya dalam rangka hari ulang tahun Aditi.Untuk menutupi sikapnya
Berharap dunia berubah menjadi tempat yang lebih baik adalah tidak mungkin. Satu-satunya cara untuk tetap menikmati menjadi penghuni bumi ini adalah dengan beradaptasi.Itulah yang Milly lakukan untuk terus berjalan, melewati hari demi hari.Bersabar dalam perannya saat ini. Baginya, inilah saat terbaik selama ia hidup menjadi pribadi dewasa. Memiliki teman, sahabat dan juga pekerjaan yang tetap.Tabungannya kian bertambah, sementara Maxer mulai mengajarinya cara mengenal masakan lebih baik. Jika uangnya cukup nanti, Milly ingin membuka warung kecil-kecilan, di mana dirinya bisa mengeksplorasi kemampuannya.Maxer tidak pernah mengetahui niat dan keinginan Milly yang terpendam. Yang pria itu lihat, Milly memiliki insting yang cukup canggih dalam rasa dan bumbu. Seakan memiliki indera keenam dalam segi masakan, Milly mengenali dengan baik mana yang masih kurang dari tiap masakan.Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Besok adalah h