Share

3. Bom

Author: Velmoria
last update Last Updated: 2021-11-17 13:29:03

Olivia Finley

Kacau!

Benar-benar kacau!

Siren Davies mengaku bahwa penatu milikku telah menghancurkan dua dress mutiara miliknya yang seharga satu mobilku.

Bukan lagi Chevrolet Colorado pull me over red yang selalu kubanggakan saat di Yellowrin dulu. Entah, jika Rhys masih memelihara mobil itu. Si merah mencolokku.

Sekarang aku memilih sedan kecil tidak terlalu tua, untuk kukemudikan di jalanan kota Halbur yang kecil ini.

Dan contoh berita di artikel yang akan diterbitkan itu juga sama persis isinya dengan yang diucapkan di video oleh Siren Davies.

Benar-benar sangat berniat!

Dia ingin menggangguku dan berharap aku meladeninya? Tidak akan. Aku lelah hidup seperti di Yellowrin.

“Segeralah temui pria ini, Olive.” Ini saran kesekian kalinya dari Hyra Lewis. Dia begitu khawatir. Mirip nenek-nenek usia tujuh puluhan.

“Tidak perlu. Aku akan menghubunginya saja. Di mana kartu namanya?” Aku mengeluarkan ponselku. Kulihat tangan Hyra dengan cepat mengambil satu kartu nama di atas meja.

White Company

“Kau tahu ini perusahaan apa?” Sambil menempelkan ponsel di telinga, menunggu panggilanku dijawab, kutatap Hyra.

Entah karena takut mengganggu aku yang bahkan belum berbicara dengan seseorang diseberang, atau karena khawatir akan hal lainnya, aku membaca gerakan bibirnya yang tanpa suara.

Kucoba mengejanya. Pe-ru-sa-ha-an pa-kai-an.

Ah, perusahaan pakaian.

“Ya, halo. Apa ini Nona Olivia Finley dari Olive Dry and Cleaning?”

Suara itu, penuh penghinaan. Aku merasakan harga diriku diinjak habis menempel ke tanah hingga lengket.

Yap! Ini aku, berengsek! Tapi tidak kukatakan. Berhentilah menjadi ZeeZee Dimitri Oxley si pemberontak dan pembuat onar.

“Ya, ini aku. Apa aku bicara dengan orang yang tepat?”

Tawa riang diseberang menandakan itu memang dia, si berengsek yang menjebakku di kamar hotel Oceana.

“Apa kabar, Olive? Kupikir kau tidak akan pernah menghubungiku sampai berita itu diturunkan.”

“Oh, begitu. Jadi apa gunanya kau mengirim semua ini padaku, Tuan yang sangat luar biasa? Apa sebaiknya aku berdiam diri saja?”

Hening. Aku mulai berpikir, bisa jadi dia musuh Rhys di masa lalu atau lawan dari anggota keluarga Oxley yang lain. Tapi mengingat pria gila ini bekerja untuk sebuah perusahaan pakaian, bisa jadi bukan. Ah ya, semua kemungkinan terkadang mencekikku. Entah itu di masa lalu atau masa kini.

Berdeham, dia menyebut namaku dengan suara serak yang khas. Itu terdengar bagus, tapi seperti apa pun bagusnya, suara indah yang paling menyenangkan ketika berbisik di telingaku hanya suara Rhys seorang.

“Hei, Olive. Apa kau tidak mendengarku?”

Oh, aku lupa!

“Ya? Aku mendengarmu. Katakan.”

“Datang kemari dan memohonlah padaku. Akan kuhapus semua pengakuan Siren, video, artikel, apa pun itu. Tapi itu akan kulakukan jika kau benar-benar datang ke kantorku di lantai dua White Company dan melakukan apa yang sudah kuminta darimu.”

Tidak menjawab, tidak mengatakan apa pun, apalagi berpamitan. Aku memilih mengakhiri panggilan. Kulihat Hyra menatapku gelisah dari balik meja kasir.

Lima ratus juta. Aku tidak memiliki uang sebanyak itu jika dia memintanya sebagai biaya ganti rugi. Dan apa? Memohon padanya? Tidak akan!

Sungguh, aku serius. Aku tidak akan melakukannya.

*****

Sudah tiga hari berlalu sejak ancaman si pria kurang kegiatan dan kurang perhatian itu coba merusak pekerjaanku. Tidak ada yang terjadi. Mungkin belum. Tapi aku senang dengan pendirianku yang setegar karang, menggelikan.

Namun sepertinya hanya tiga hari damai sebelum pria itu menjatuhkan bom ke penatu milikku. Terbukti ketika Hyra berlarian panik menuju ke arahku yang sudah memegang pintu mobil, siap mengantar pakaian pelanggan, perasaanku mendadak suram.

“Olive! Berita dan videonya sudah tersebar!”

Kepanikan Hyra bersama lengkingannya menembus telingaku dengan cepat. Firasatku benar. Walau selalu ada harapan baik, kemungkinan buruk juga selalu mengintai.

Kuperhatikan ponsel Hyra yang menampilkan video Siren Davies yang persis sama dengan yang kulihat tiga hari lalu di komputerku. Oh, kau benar-benar menggangguku pria sinting!

“Olive, kau sungguh akan diam saja?” Hyra mengguncang lenganku, lebih tepatnya, dia menancapkan beberapa kuku jari terawatnya ke kulitku. Padahal dia bekerja di penatu, kenapa sempat merawat kuku?

Malas, enggan, muak. Ya, memang seperti itulah yang kurasakan sekarang. Mungkin beberapa hari lalu aku masih memikirkan biaya lima ratus juta sebagai ganti rugi, memusingkan rating dan reputasi Olive Dry and Cleaning, bahkan ketakutan jika mendadak aku bangkrut lalu harus gulung tikar.

Dan semua itu sekarang musnah. Aku lebih pasrah, daripada berusaha berjuang dengan hasil yang kuyakini pasti sia-sia.

Dia, si berengsek itu, jelas memiliki tingkatan tertinggi dalam hal apa pun bentuk finansial yang dia punya. Percuma aku membela diri. Mari nikmati saja kejatuhanku sedikit demi sedikit.

Aku masih bisa berusaha lagi dari nol. Meski sekarang aku miskin, tapi aku tidak kehilangan pendukung. Rhys, jadi pendukung pertamaku.

“Hyra Lewis, dengarkan aku.” Kutatap dia, meraih tangannya yang bergetar.

Di Yellowrin aku memiliki Eri, maka di sini, ada Hyra Lewis yang tidak berbeda jauh dengan Eri yang naif dan bisa memiliki masa depan yang lebih baik dari sekedar bekerja di penatu milikku.

“Jangan lakukan apa-apa, tetap diam dan terima saja. Kau tidak perlu membantah apa pun yang nanti pelanggan katakan padamu.”

“Olive!” Hyra mengguncangku lagi. Kali ini dia lebih marah daripada panik. “Kau gila? Membenarkan kesalahan yang tidak kau lakukan sama sekali? Siapa pria itu? Kenapa kau begitu enggan menemuinya? Apa dia cinta masa lalumu sebelum Rhys?”

Wah, kepalaku ingin meledak rasanya diserang oleh pertanyaan bertubi dari gadis berkulit eksotis ini. Dan apa? Cinta masa lalu sebelum Rhys? Yang benar saja!

“Hyra, apa kau berniat membuatku semakin kesulitan, hah?” Aku bertanya, tapi tidak membentak. “Ikuti saja ucapanku. Kau akan kuberikan pekerjaan baru dalam sepekan ini. Bersabarlah, oke?”

Hyra memberiku tatapan sinis. Dia sangat tidak setuju dengan keputusanku, aku tahu. Tapi tetap saja, aku tidak suka menyeret orang lain di saat aku tersandung masalah. Diriku ini bersedia jatuh sendirian, aku sekuat itu. Hyra pantas mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Dia punya seorang Nenek yang tua renta untuk diurus.

Mengantarkan pakaian keluarga Smith, aku beruntung mereka tidak mempedulikan berita itu, dan lebih memilih memastikan keadaanku.

“Tidak apa-apa, Nyonya Smith. Hal seperti ini memang biasa terjadi.” Aku tersenyum menenangkan. Sungguh, andai ada sepuluh pelangganku saja yang seperti dia, maka itu cukup untuk tetap membiarkan penatu milikku beroperasi seperti biasa.

“Bukankah itu pencemaran nama baik?” tanya Nyonya Smith, meski itu pertanyaan untukku, tapi wajahnya mengarah lurus ke televisi yang digantung hampir menyentuh langit-langit atap rumahnya yang memang sedikit rendah.

Nyonya Smith masih menikmati siaran ulangan berita Siren yang mengeluhkan dress mutiara sialannya itu.

Untuk pencemaran nama baik, kurasa lawanku tidak tepat. Aku tidak ingin menerbangkan Rhys ke sini hanya untuk masalahku. Ini bisa kuatasi sendiri.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Ex Brother 2   71. Happy Ending?

    Olivia FinleyPenata rias sedang menyentuh pipiku, ketika dia mengaduh karena melupakan alat makeup-nya yang entah apa penyebutannya tadi.“Aku akan segera kembali,” katanya.“Okay.” Sambil tersenyum, kutatap lekat gambaran diriku di cermin. Gaun pengantin baru akan kukenakan setelah riasan wajahku selesai.Aku terlonjak saat di menit pertama seseorang muncul di belakangku. Brady!“Kenapa kau—”“Aku cuma ingin bicara sebentar. Tidak akan ada yang tahu. Tenang saja.” Kedua tangannya berada di pundakku, menekan sedikit kuat agar aku tetap di sana dan tentu memaksaku untuk tidak memberontak.Brady membungkuk, menatapku dari pantulan cermin, begitu pun sebaliknya. Kami saling tatap. Bedanya, aku melihatnya penuh rasa benci. Tidak perlu berpikir berulang kali, tapi rasa benci ini tetap akan berakhir dengan kebencian pula.Salahku memang. Andai aku segera kembali ke pelukan Rhys, pulang ke Yellowrin sebelum bertemu Brady, pastinya hal mengerikan seperti ini, tidak mungkin terjadi. Kami tida

  • The Ex Brother 2   70. Bukan Cinta Yang Sempurna

    Rhys Dimitri OxleyAku akan pura-pura tidak tahu kalau ZeeZee bertemu Diana dan wanita sialan itu mengungkap fakta yang terjadi di antara kami berdua.Bergeming, ketika ZeeZee canggung padaku saat malam ini kami ada di kamar yang sama untuk membahas pernikahan besok.“Masih belum terlambat jika kau tidak siap kita menikah besok,” kataku lagi. Menjurus ke arah pembatalan pernikahan, karena kupikir, dia pasti kecewa, marah, sakit hati dan entah apalagi yang dirasakannya saat mendengar kebenaran itu.Dia malah tersenyum, meraih tanganku dan dibawa ke dalam pelukannya. “Sudah terlalu lama kita seperti ini, Rhys. Hubungan kita seakan jalan di tempat.”Aku terlalu takut untuk mengakui kesalahanku. Sangat pecundang, karena tidak berani mengakui kalau akhirnya aku tergoda oleh Diana yang menerobos paksa pertahananku.“Mungkin saja kau butuh waktu lagi, Sayang.” Bisa jadi dia berubah pikiran karena kesalahan besar yang telah kulakukan.Senyum ZeeZee menghancurkanku. Aku merasa semakin sangat b

  • The Ex Brother 2   69. Jatuh Cinta Padanya

    Olivia FinleyPercuma menyesal. Tidak akan ada gunanya. Apa yang kami lakukan telah terjadi.Aku di sini karena mencari tahu kebenaran untukku, sekaligus kesalahan Rhys padaku. Sebaliknya, dia memiliki kebenaran untuk dirinya sendiri dan kesalahanku padanya.Impas? Sungguh?Pesan Rhys yang menanyakan tentang keberadaanku, kuabaikan. Meski begitu, semenit kemudian kubalas dengan mengatakan bahwa aku perlu memilih pakaian dalam baru untuk malam pertama kami.Aku tidak peduli pada balasan selanjutnya, karena wanita itu sudah terlihat dari pintu kaca tembus pandang, sedang mendorong pintu pintu dan masuk.Mungkin wanita itu sudah memantauku dari luar, karena dia langsung tahu di mana aku duduk menunggunya. Dia menatapku sejenak sebelum akhirnya menghela napas dan mendatangiku yang berusaha tidak cemas, tetap waras.“Nona Olivia?”“Ya. Silakan duduk, ibunya William.” Oh, aku sengaja.Namun aku harus kecewa, karena dia tidak terkejut sama sekali. Malahan tersenyum. Pasti karena dia sudah me

  • The Ex Brother 2   68. Akhiri

    Olivia FinleyAku hanya harus percaya. Andai bisa, tapi rupanya itu sulit.Begini. Selagi acara pernikahan kami masih sedang diurus, aku pun ingin sibuk. Melakukan sesuatu, apa saja. Dan yang terpikir adalah pergi mendatangi Osen Murald. Kata Lucas, pria itu di sini. Entah untuk kepentingan apa, tapi kurasa ada hubungannya dengan Luigi.Aku ... butuh bantuan.Karena sekembali Rhys dari luar mengantarkan Brady, kekasihku itu tidak bicara sama sekali soal kucing-kucing yang akan Brady titipkan padanya.Tapi Rhys justru berharap kami bisa bercinta tanpa pembicaraan.“ZeeZee, aku ingin ada di dalam dirimu. Tapi kuminta untuk tidak mengajakku terlibat obrolan apa pun. Kita harus menikmati percintaan ini dengan hanya saling menatap satu sama lain. Apa kau keberatan?”“Tidak.”Itulah jawabanku kemarin. Aku setuju. Kami hanya menyuarakan kenikmatan, menyebut nama satu sama lain, mendesah penuh minat, dan bibir yang terus sibuk. Sibuk, tapi bukan untuk mengobrol.Kami merasai penyatuan yang lu

  • The Ex Brother 2   67. Bukan Lagi Teman

    Rhys Dimitri Oxley“Siapa?” ZeeZee menatap tajam pada Brady, bukan padaku.“Kucing-kucingku.” Brady tersenyum, pura-pura canggung sepertinya.“Kucing? Kau menitipkan kucing pada Rhys?” ejek ZeeZee. Tujuannya mungkin karena dia ingin mendesak Brady untuk punya jawaban lain, sehingga memiliki banyak alasan membenci pria itu.Andai aku pun bisa seperti ZeeZee, mungkin dengan bebas aku lebih dari mampu untuk mengekspresikan rasa benciku pada Brady White yang saat ini, setelah kulakukan penyelidikan lebih jauh, patut kucurigai hingga sampai ke persentase delapan puluh persen.Ludwig yang menyelidiki. Melarangku meminta bantuan Lucas.“Ya, kucing.” Brady tertawa pelan. Sikapnya pada ZeeZee seharusnya kucurigai sejak awal.“Kenapa, Sayang?” tanyaku sambil tetap berdiri di sini, tidak mendekat pada ZeeZee.ZeeZee menatapku, tatapannya sendu padaku, tidak demikian matanya saat melihat Brady. Dugaanku mungkin ada sesuatu, tapi aku tetaplah pria mengecewakan yang telah melakukan seks dengan wani

  • The Ex Brother 2   66. Ayo, Menikah!

    Olivia FinleyBrady membawa Eri pergi, entah ke mana, setelah satu kali dua puluh empat jam berada di rumah sakit yang ada di Yellowrin.“Brady lebih berhak karena kini Eri adalah calon istrinya,” kata Rhys, ketika aku protes kenapa dia membiarkan Brady melakukan itu pada sahabatku. Seolah memisahkan kami. Dengan sengaja pula.“Karena aku cuma teman, aku tidak cukup berhak, ya?” Rhys mengecup pelan bibirku selagi mengelus kulit lenganku.“Eri baik-baik saja. Percayalah, Sayang.”Kuembuskan napas tepat di dadanya yang kini menjadi sandaranku. “Katanya, kau ingin membicarakan hal serius denganku. Soal apa itu? Eri?”“Bukan, ZeeZee. Ini soal kita.”Spontan aku mendongak dan menatapnya dari bawah sini, namun rasanya kurang tepat. Keluar dari sandaran dekapannya setengah tidak rela, kutatap dia lekat-lekat.Sepertinya sudah sangat lama aku tidak diajak bicara seserius ini dengan pria terkasihku.“Kita? Kita kenapa?”Helaan napas Rhys membuatku tegang. Seperti ada sesuatu yang malah membuat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status