"Yaudah ayo kita balikan." ucap Atlas
"Gak mau." balas Elisa "Harus mau." paksa Atlas "Dih kenapa lo maksa." "Elisa plis aku masih say- " "Samudra sama Elisa karena kalian telat, kalian ke lapang hormat di tiang bendera sampai jam istirahat." ucap Rani selaku wakil ketua osis memotong ucapan Atlas. Atlas menatap Rani marah karena memotong ucapannya, namun ketika ia akan ikut ke lapangan untuk mengawasi Samudra dan Elisa ia di panggil oleh bu indah disuruh pergi ke ruang osis ada yang perlu dikerjakan. Samudra dan Elisa pun berjalan menuju ke lapangan, mereka langsung hormat begitu sampai di tiang bendera. Matahari yang semakin naik, membuat mereka kepanasan. Bulir-bulir keringat terlihat di wajah Elisa yang sudah memerah karena kepanasan. Samudra yang melihat itu menghalangi sinar matahari agar tidak terkena Elisa. Elisa yang merasa sudah tidak terlalu panas mendongak, terlihat wajah Samudra yang rupawan. "Ananta" ucap Elisa "Hm" balas Samudra "Makasih" "Hm" Elisa yang mendengar Samudra hanya berdehem mendengus kesal. Lama kelamaan Elisa merasa pusing, ia baru ingat belum sarapan. Elisa pun perlahan mulai tak sadarkan diri, ia pun ambruk untung saja Samudra dengan sigap memeluknya. Samudra pun menggendong Elisa ala bridal style. Kemudian ia berjalan menuju UKS. Di perjalanan Samudra berpapasan dengan Atlas yang baru saja keluar dari ruang osis. Atlas menghadang jalannya. "Elisa kenapa? " tanya Atlas "Pingsan." balas Samudra "Sini biar gue aja yang gendong Elisa." "Gue aja tanggung udah dekat." "Gue aja." paksa Atlas "Oke" Samudra pun mengalah memberikan Elisa kepada Atlas. "Sam tolong beliin bubur buat Elisa kayaknya dia belum sarapan." "Hm" Mereka pun berjalan berlawanan arah. Sampailah Atlas di UKS, di sana terlihat sepi sepertinya dokter dan PMR yang berjaga belum ke sini. Dengan perlahan Atlas mulai meletakkan Elisa di brangkar. Atlas memandang wajah gadis yang selalu ada di pikirannya, Atlas menyesal karena menyetujui keputusan Elisa yang meminta putus. Atlas bukan lagi menyukai Elisa tapi mencintainya mungkin lebih? Lama kelamaan memandang wajah Elisa terlintas pikiran gilanya. Atlas memandang bibir tipis Elisa yang pucat, ia melihat ke segala arah memastikan tidak ada orang. Dengan perlahan Atlas mendekatkan wajahnya ke wajah Elisa, sampai ketika bibir mereka hanya berjarak beberapa senti. Bugh "LO GILA." bentak Samudra setelah memukul wajah Atlas lalu menarik kerah seragamnya. Samudra baru saja kembali dari kantin setelah membeli bubur untuk Elisa. Saat ia membuka pintu UKS terlihat Atlas yang hampir mencium Elisa yang masih pingsan. Atlas terkekeh sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah lalu menepis tangan Samudra yang berada di kerahnya. "Bukan urusan lo." tekan Atlas "Lo udah keterlaluan." balas Samudra Elisa merasa terganggu dengan kebisingan di sekitarnya. Perlahan ia bangun sambil memegang kepalanya yang pusing. Elisa menatap Samudra dan Atlas bergantian. "Gue kenapa? " tanya Elisa "Kamu pingsan sayang." ucap Atlas mendekati Elisa "Oh kenapa bibir lo berdarah? " tanya Elisa melihat sudut bibir Atlas berdarah. "Dia mukul aku." jawab Atlas menunjuk Samudra. "Atlas mau cium lo." balas Samudra sambil menatap Elisa. "Hah lo gila ya." marah Elisa "Iya aku tergila-gila sama kamu." ucap Atlas "Dih sinting nih anak." sinis Elisa. Atlas mendekatkan mulutnya di telinga Elisa. "Kamu gak perlu marah-marah sayang kita bahkan pernah lebih dari itu." bisik Atlas di telinga Elisa. Elisa yang mendengar itu merinding. Segera ia menjauhkan wajahnya dari wajah Atlas. "Lo pergi." ucap Elisa menatap marah Atlas. Samudra menarik Atlas agar menjauh dari Elisa. Samudra pun menyerahkan bubur yang telah dibelinya. "Makan." ucap Samudra "Makasih Ananta." ucap Elisa sambil tersenyum "Kamu jangan senyum ke Samudra." ucap Atlas. "Serah gue lah pergi lo." ujar Elisa "Oke aku pergi tapi samudra juga pergi." ucap Atlas sambil menyeret Samudra untuk pergi. "Gue bilangin ke guru lo sakit nanti gue panggil Lova biar lo gak sendiri." ucap Samudra di depan pintu kemudian ia di seret Atlas. Elisa menatap kepergian Samudra takjub itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Samudra ucapkan. Setelah kepergian mereka, Elisa pun memakan bubur pemberian sang pujaan hati. Tak berselang lama datang seorang dokter yang bertugas di UKS. Dokter itu pun memeriksa tubuh Elisa. "Kamu hanya kecapean tidak ada yang di khawatirkan lain kali sebelum berangkat sempetin sarapan." ucap dokter itu. "Iya dok." balas Elisa Tak lama setelah itu pintu UKS terbuka menampilkan Lova yang ngos-ngosan. "Kamu gak papa? " tanya Lova kemudian meminum air putih yang ada di nakas samping brangkar Elisa. "Gak papa tadi cuman pingsan." jawab Elisa "Tau gak tadi aku kaget Samudra hampirin meja aku dia bilang kamu pingsan dan suruh aku kesini temenin kamu, tanpa di suruh pun aku mau." ucap Lova "Wah Ananta perhatian ya." ucap Elisa sambil tersenyum bahagia. "Kamu pindah haluan ya dari suka Atlas sekarang suka Samudra? " tanya Lova. "Iya" balas Elisa "Bisa-bisanya kamu suka sama orang serem kayak mereka." ucap Lova "Eh Lova aku mau tanya." ucap Elisa tiba-tiba ingat perkataan Atlas tadi. "tanya apa? " ucap Lova "Apa bener gue sama Atlas udah sampai ciuman bahkan lebih? " tanya Elisa.Elisa baru saja tiba di kelas. Sepanjang perjalanan banyak orang yang menatapnya sinis, benci, dan jijik. Elisa mengabaikan mereka semua dan berjalan seperti biasa. Elisa melangkah menuju bangkunya. Saat ia berjalan di jajaran bangku Aiza, perempuan itu menjulurkan kakinya ke depan. Elisa yang tidak melihat terjatuh karena tersandung kaki Aiza. Semua orang menertawakannya."Hahaha syukurin karma orang jahat tuh.""Aduh kasian pangeran berkudanya gak ada nih.""Mau gue bantu tapi aku pakai sarung tangan dulu ya takut kena bakteri kalau pegang tangan kotor lo."Elisa mengepalkan tangannya, ia ingin marah tapi ini masih pagi ia malas kalau harus kena masalah."Sabar Elisa ini masih pagi jangan sampai lo kena masalah." batinnya."Maaf sengaja sakit ya? " ujar Aiza sambil tersenyum mengejek."Mau gue bantu? " tanya Fara menjulurkan tangan nya. Namun segera di tepis oleh Elisa."Kok lo gitu sih kan gue mau bantu lo." Fara pura-pura memasang wajah menyedihkan."Gue gak butuh bantuan lo." si
Elisa dan Samudra berpindah tempat kini mereka berada di apartemen Samudra. Mereka duduk merenung di ruang tamu."Ananta kita harus gimana sekarang?""Untuk sementara waktu kamu tetap pakai HP itu, agar orang yang nyadap kamu gak curiga.""Tapi aku takut.""Jangan takut itu mungkin cuman nyadap biasa. Ada yang pernah ngirim link atau dokumen yang aneh gak? atau ada nomor yang gak di kenal? " "Gak ada HP aku aman-aman aja selama ini buktinya gak kena virus sama gak error." ucap Elisa. Emang selama ini tidak ada yang aneh dengan HP nya."Ini aneh penyadap itu gak ngambil saldo uang yang ada di HP kamu atau data pribadi." baru kali Samudra melihat hal seperti ini. Sebenarnya apa motif orang itu melakukan ini semua."Aneh setidaknya alasan orang itu nyadap HP aku karena bencikan? buktinya dia buat kesalahpahaman antara aku dan Lova." Elisa sedih mengingat itu. Awas saja jika ia tahu siapa penyadap ini akan ia tonjok sampai mampus.Terjadi keheningan diantara mereka. Samudra berpikir ada
Selama jam pelajaran banyak murid yang menatap Elisa sinis. Apalagi Lova pindah tempat duduk, ia tidak ingin sebangku dengan Elisa."Lova." panggil Elisa. Lova mengabaikannya ia lebih memilih berjalan menuju bangku belakang.Elisa menghela nafas sepertinya mulai sekarang kehidupan sekolah tidak akan berjalan lancar. Ia harus segera mencari tau siapa yang menjebaknya. Semua murid tidak ada yang mau duduk bersama Elisa, Samudra pun memutuskan untuk duduk bersama Elisa. "Ananta." "Aku duduk di sini ya.""Iya." Elisa tersenyum. Setidaknya masih ada Samudra yang akan menemaninya."Kenapa sih Samudra nemenin tuh cewek.""Samudra terlalu di butakan cinta.""Tuh cewek bakal makin menjadi nih soalnya ada backingan.""Iya nih makin ngelunjak pasti."Elisa menarik nafas lalu menghembuskannya. Ia berusaha bersikap sabar mendengar bisikan mereka. Rasanya ia ingin menyumpal mulut mereka dengan kaos kaki yang sudah tidak di cuci 3 tahun.Bel pulang akhirnya berbunyi Elisa langsung saja menarik Sa
"Orang terdekat lo, Elisa." Aiza menunjuk Elisa. Semua orang menatap tak percaya apa yang barusan di ucapkan oleh Aiza. "Gue gak ngelakuin itu." bela Elisa. Semua orang menatap ke arah Elisa. Termasuk Lova ia memasang wajah kecewa. Elisa bingung dengan apa yang terjadi. Kenapa malah jadi dirinya yang terseret? Apa yang sebenarnya terjadi? Lova menatap Elisa."Lisa apa bener yang di ucapin Aiza? " "Itu gak bener, mana mungkin gue tega ngelakuin itu sama lo." "Halah ngaku aja." ujar Aiza. "Emang lo ada bukti gue yang ngelakuin itu? " tanya Elisa. "Beraninya lo ngeremehin gue. Gue gak mungkin ngomong gini kalau gak ada bukti. Fara tunjukkin isi chattingan lo sama Elisa." Aiza tersenyum miring. "Dengan senang hati." Fara membuka ponselnya dan menunjukkan ke semua orang chattingan nya bersama Elisa. "Liat ini nomor lo kan? " Fara menatap remeh Elisa. Elisa menarik ponsel itu dan membaca dengan seksama. Itu memang bener nomornya. unknown Send a picture Gue mau lo tempel poto
Samudra dkk terlihat baru saja datang, mereka penasaran apa yang terjadi. Di depan sana terlihat Elisa yang masih syok dan Lova yang menangis. Mereka melihat ke arah poto itu dan terkejut begitu melihatnya."Itu Lova? " tanya Dewa dengan tatapan tidak percaya."Mata gue gak salah liat kan." ujar Stevan."Lova." ucapan Sean membuat semua orang menatap ke arah pemuda itu."I-ini g-gak se-seperti- " lidah Lova terasa kelu untuk menjelaskan semuanya. Lova sedih melihat Sean yang seperti enggan melihatnya."Sean kamu udah liat kan kelakuan jalang tuh cewek. Mending kamu putusin deh daripada nama kamu jadi tercoreng karena tuh cewek." ucap Fara."Iya Sean mending kamu pacaran sama Fara." timpal Mira. Fara mengangguk setuju dengan perkataan Mira."Kita ketipu guys cewek yang polos ini ternyata kelakuannya sama aja kayak jalang di club." ujar Aiza membuat suasana semakin panas."Wajah cowok yang di poto gak jelas tapi kayaknya om-om deh." timpal Fara.Para murid langsung menyahuti apa yang di
Satu tahun kemudian...Tidak terasa Elisa sudah satu tahun lebih menempati dunia novel ini. Banyak perubahan yang telah ia buat. Beberapa bulan lagi ia akan lulus sekolah. Elisa sudah melewati alur dimana ia dan Samudra meninggal. Semoga saja tidak ada yang berubah. Elisa masih tak menyangka ia bisa bertahan sejauh ini dari takdir kematian tragis Elisa. Kehidupan Elisa selama setahun ini tidak begitu damai. Meski begitu sampai detik ini ia masih belum mengetahui siapa antagonis pria di novel ini. Entah itu Rafli atau Arthur, Elisa hanya mencurigai mereka karena selalu bertingkah aneh."Lisa liat deh di kolong meja kamu ada bunga mawar lagi." ujar Lova. Membuyarkan lamunan Elisa.Elisa menghela nafas, memang sudah setahun ini ada yang menjadi pengagum rahasianya. Dia selalu menyimpan setangkai bunga mawar di kolong mejanya."Siapa sih nih orang gak bosen apa ngasih gue bunga terus.""Dia suka sama kamu.""Dia pasti tau kan kalau gue udah punya pacar.""Mungkin dia nunggu kamu putus.""