Pemikiran dan penilaian setiap manusia terhadap lingkungan sekitarnya bergantung pada apa yang diterima oleh indera penglihatannya.
Itulah hukum dunia.Apa?
"Don't judge book by its cover."?Omong kosong macam apa itu?Jika ada manusia yang tidak sedikit saja menilai orang lain hanya dari penampilannya, mungkin dia adalah minoritas di Bumi ini. Sulit diterima, namun itu semua adalah sebuah ironi yang terjadi.
"Dia layaknya seorang jalang."
"Bahkan dari penampilannya saja, dia tidak seperti seorang gadis baik-baik."
Kurang lebih itulah isi dialog dari dua wanita paruh baya yang sedang duduk menikmati kopi panas di sebuah caffe. Sembari menatap tajam pada seorang gadis berambut panjang yang mengenakan cropped tank top berwarna hitam berpadukan hot pants jeans yang sedang melintas di depan caffe tempat mereka singgah. Ketika itu Jihan Azzahra bersama teman-temannya sedang melintasi caffe menuju sebuah kedai Ice cream tempat mereka akan beristirahat usai menyelesaikan pertunjukan tari mereka di atas panggung.
Sekelompok remaja yang tergabung dalam sebuah grup dance cover itu terlihat larut dalam gurauan kecil antar mereka. Hingga tanpa sadar Jihan mengarahkan pandangannya ke arah caffe dan melihat sepasang wanita paruh baya sedang menatap dirinya. Spontan Jihan pun melemparkan senyuman ramah pada mereka dan dengan perasaan terpaksa para wanita itu membalas senyuman gadis yang tak mereka sukai. Kedua wanita tersebut tidaklah mengenal Jihan, namun setelah melihat penampilan gadis itu di atas panggung secara otomatis penilaian mereka terhadap Jihan sudah ditentukan.
Pakaian dan tarian sensual penuh gairah persis seperti yang dilakukan sang penyanyi asli dari lagu Trouble Maker yang dibawakan oleh Jihan dan David malam itu telah membuat seisi mall menjadi riuh menyaksikan pertunjukan mereka.
Dance cover.
Adalah pekerjaan yang sudah digeluti oleh gadis itu selama lima tahun terakhir.Dengan nama panggung G-Ace, Jihan terkenal di berbagai kota di negeri ini. Bersama dengan grupnya, The Gold, Jihan telah mendapatkan banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri. Bisa dibilang The Gold adalah salah satu grup dance cover papan atas di Indonesia.Selain itu, G-Ace juga dikenal sebagai seorang influencer dan youtuber yang cukup sukses. Berbagai konten tentang tarian dan ulasan tentang Kpop yang dikemas dengan epic membuatnya dengan mudah merebut hati para pengikutnya di media sosial.
Di sela waktu istirahat, Jihan menyempatkan diri untuk membuka akun media sosialnya dan mengunggah vidio penampilannya dengan David hari ini. Tak lupa Ia juga mencantumkan sebuah caption pada vidio tersebut.
"Yeaaay lancar semuanya ... thx guys atas dukungannya ... xoxo"
Hanya berselang beberapa menit, postingan tersebut sudah mendapatkan ratusan like dan komentar dari para netizen. Sebagian besar berisi komentar dukungan dan kekaguman mereka terhadap Jihan. Ada yang memuji skill menari Jihan, ada pula yang memuji kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya. Jihan merasa senang membaca setiap komentar tersebut, itu membuatnya semakin bersemangat. Hingga sebuah komentar menarik perhatiannya.
"Astaghfirullah... gadis macam apa yang dengan senang hati tubuhnya disentuh oleh pria yang bukan suaminya? Bahkan kau mempertontonkan kemolekan tubuhmu pada semua orang."
Komentar tersebut membuat Jihan secara spontan membuka profile akun orang yang memberikan komentar negatif itu padanya. Pemilik akun @diandradeaaaa25 itu adalah seorang wanita yang selalu mengenakan pakaian dan hijab syar'i lengkap dengan cadarnya. Hampir semua postingannya berisi tentang ceramah dan kebersamaannya bersama para sahabat.
Seolah dia adalah seorang wanita tanpa cela.Meski begitu, Jihan tetap tak percaya bahwa ada manusia tanpa cela.
Wanita itu pasti juga punya dosa meski dia adalah seorang yang terlihat agamis."Berhijab tak membuatmu menjadi wanita paling suci." gumamnya dalam hati.
Namun sekelebat kalimat muncul di pikirannya."Berhijab saja bukan jaminan masuk Surga, lalu bagaimana denganku yang selalu berpakaian terbuka?"
"Hey! "
Suara itu langsung membuyarkan lamunan Jihan.Gadis cantik berkulit putih dengan pipi merona alami dan rambut pendek sebahu itu mulai berjalan di sisi Jihan.
Clara adalah sahabat terdekatnya di The Gold."Kau menari dengan sangat luar biasa."
Puji Clara sembari memberikan tepukan lembut di bahu Jihan seolah begitu menghargai kerja keras temannya itu.Jihan tersenyum mendengar pujian tersebut. Namun hanya berselang sepersekian detik, mata Jihan terlihat kembali kosong."Ji, are you ok?"
Jihan tak menjawab, pikirannya sedang berkelana jauh semakin dalam menjelajahi setiap inci memori yang mungkin saja akan membantunya menemukan apa yang Ia cari.
Mereka berdua hanya berjalan pelan tanpa ada dialog.Apa kau pernah merasakan bahwa hidupmu bak sebuah papan puzle?
Potongan-potongan kecil yang tersusun rapih membentuk sebuah papan kehidupan yang indah.Semua tersusun dengan baik, namun hanya karena sebuah potongan kecil tak kau temukan, maka ratusan potongan puzle yang lain seolah tak berarti.Apa yang harus kulakukan?Kemana harus kucari?Dan apa kiranya yang harus kutemukan?Semua pikiran itu terus bergejolak di pikiran Jihan. Seolah dirinya terjebak dalam kesendirian di alam bawah sadarnya. Ia berjalan tanpa arah, tapi kakinya tak mau berhenti untuk terus mencari sesuatu yang entah apa. Sesuatu yang hilang dari dalam dirinya.
Yang bahkan Ia tak tau bagaimana bentuk dan cirinya.Kegelisahan yang tiba-tiba datang dan menghantuinya sejak sebuah mimpi menakutkan di bulan desember tahun lalu itu begitu menyiksanya."Mungkinkah itu karena kau merindukan sahabat kecilmu dulu?" ucap Clara setelah mendengar alasan Jihan termenung untuk beberapa saat kebelakang.
"Maksudmu, sesuatu yang hilang itu adalah Ardhy?"
Clara mengangkat kedua bahunya tanda Ia pun tak begitu yakin dengan perkataannya.
"Entahlah, mungkin saja.""Aku memang merindukannya, sudah tujuh tahun sejak kali terakhir aku bertemu dengannya." Jawab Jihan.
Mengingat kenangan masa kecilnya itu kembali membuat Jihan menghela nafas dalam sembari menyapukan pandangannya menyusuri luasnya mall malam itu.
Tiba-tiba pandangannya terarah pada sesosok pria berperawakan tinggi besar dengan tubuh atletis yang terus menatap ke arah dirinya.
Pria berusia sekitar 20-an itu terus memandanginya dengan sesekali tersenyum aneh.Entah dari mana Ia berasal atau siapakah dirinya, namun pandangannya telah membuat Jihan merasa risih.Jihan membalas tatapan itu dengan penuh tanya. Gadis itu mengangkat salah satu alisnya sembari sedikit memiringkan kepalanya seolah menanyakan pada pria itu "what's wrong?"Pria misterius tersebut hanya tersenyum smirk dan lalu pergi dari tempat Ia berdiri sejak tadi. Saat itu Jihan mengingatnya, ternyata pria itu sudah memandanginya dengan cara yang sama bahkan sejak penampilannya di panggung tadi.
"Jika ini film, maka dia adalah seorang psikopat yang terobsesi padaku. Gadis cantik, manja, tak berdosa,dan tak berdaya dari keluarga kaya." celetuknya dengan nada mengejek.
- To Be Continued -
Tak perlu selalu bersama untuk bisa melindungi.Bahkan meski aku tidak di sini, aku tetap akan bersamamu. - Ardhy Wijaya - •☆☆☆• Seketika Ardhy menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur setibanya Ia di kamarnya yang bernuansa warna putih dan hitam itu.Tangannya menggapai sebuah remote control dan ketika Ia menekan salah satu tombol di sana, tirai yang menutup atap kamar tersebut terbuka secara otomatis.Terlihatlah pemandangan langit malam yang begitu indah dari atap yang terbuat dari kaca tebal tersebut. Bulan sabit terlihat begitu tenang duduk di tempatnya ditemani sebuah bintang paling terang yang berada di sisinya. "Apa kalian mengejekku? Ya, benar dia tidak menepati janjinya, tapi buk
"Hai, aku rasa aku telah menyinggungmu dengan sikapku tadi. Aku bersalah, maafkan aku yah?"Jihan melatih dirinya di depan kamera ponsel untuk meminta maaf atas sikapnya yang kasar pada Dini.Gadis itu memiliki rasa gengsi yang terlalu tinggi untuk meminta maaf terlebih dahulu meski itu adalah kesalahannya sendiri.Namun, jika Ia mau memperbaiki semuanya, Jihan tahu bahwa Ia harus menyingkirkan rasa gengsi itu terlebih dahulu."Kau baik-baik saja?" Indah menegur temannya yang sedang bicara sendiri di bangkunya itu.Jihan mengangguk mengiyakan. Namun ketika Ia melihat Dini berjalan memasuki kelas, tiba-tiba Ia merasa gugup dan segera mengemasi tasnya dan memindahkannya ke meja tempat Jay belajar."Aku rasa akan lebih nyaman jika aku kembali duduk di sini."Indah menatapnya, heran."Jay sudah kembali, ada hal yang ingin kutanyakan padanya hehe" kekehnya dengan gari
"Jangan merubah dirimu demi orang lain, lakukan itu demi dirimu sendiri. Maka kau tak akan merasa terbebani. Dirimu berhak untuk tidak merasa terkekang." - M. Ardhy Wijaya -•☆☆☆•Jihan terus mengomel di sela-sela langkah kakinya yang dihentakkan dengan keras kala menaiki satu persatu anak tangga menuju rooftop sekolah."Seolah mengejekku adalah passion mereka dan ketika memiliki kesempatan itu, mereka menggunakannya sebaik mungkin.""Lagipula apa salahku jika aku tidak bisa mengaji? Toh jika nanti aku sudah dewasa, mengaji bukanlah prioritas utama untuk diterima bekerja di dalam sebuah perusahaan."Ketika Jihan hendak membuka pintu, sebuah tangan kekar muncul dari belakang dan membukakan pintu itu hingga gadis itu cukup terkejut dengannya.
Setengah jam berlalu.Lagi-lagi Jihan terjebak di satu-satunya mata pelajaran yang selalu membuatnya merasa keringat dingin."Intinya adalah pelajaran agama Islam, tapi kenapa mereka membaginya ke dalam beberapa materi? Seolah sekolah ini begitu berniat untuk memojokkanku"Bukannya fokus pada mata pelajaran, gadis itu justru tengah fokus pada layar obrolannya dengan Clara.Meski dirinya juga sedang sibuk mempersiapkan materi kuliahnya, Clara tetap saja meladeni sahabatnya yang sedang meracau tak jelas di laman pesannya."Al-Qur'an Hadits, Fiqih, Akidah Akhlak dan Bahasa Arab. Bisakah kau membayangkannya? Aku bahkan hanya bisa membaca Iqro'." lanjutnya.Sembari mengetikkan begitu banyak kata di keyboard komputernya guna menyelesaikan tugas kuliahnya, Clara mengirimkan pesan suara pada sahabatnya itu."My dear Ji, tentang semua itu ... aku tidak mengetahui apa
Tak ada waktu istirahat dalam mengejar mimpi.- Ardhy Wijaya -•☆☆☆•"Kuharap hari ini akan berlalu dengan mudah." ucap Jihan ketika Ia melangkahkan salah satu kakinya melewati pintu kelas saat itu.Hanya ada tiga orang siswa di sana termasuk dirinya. Tentu saja, itu karena Jihan datang terlalu awal hari ini dibanding biasanya.Menurut jadwal, kelas baru akan dimulai dalam 2 jam lagi.Gadis itu memeriksa sosial medianya sebentar lalu melihat daftar pesan yang Ia terima. Merasa tak ada yang begitu penting, Jihan memutuskan untuk menonton vidio-vidio di Youtube yang menampilkan pertunjukkan dari TVXQ.TVXQ adalah grup idola favorit Jihan.Dia begitu mengagum
Dengan mengenakan pakaian muslim berwarna putih bersih lengkap dengan kerudungnya yang panjang, gadis itu terlihat sangat cantik di antara indahnya pemandangan di sebuah tempat dengan hamparan bunga yang begitu cantik di atas sebuah bukit tak dikenal. Langkahnya begitu ringan seolah tak ada yang membebani pikiran dan jiwanya. Semilir angin yang sejuk menyambut setiap alunan langkahnya yang ringan. Angin lembut yang membelai wajah dan menerbangkan kerudung yang dipakainya itu seolah menandakan bahwa alam begitu memanjakannya saat itu. Sungguh itu adalah hal yang sangat kudambakan selama ini, sebuah kedamaian yang belum pernah kurasakan.Dari belakang, kuikuti setiap langkah yang diambilnya. Berharap ada secercah kedamaian miliknya yang akan menular padaku. Berharap sebuah kegundahan tak berujung ini a