Share

Penyerangan

Waktu telah berganti menjadi pagi. Raja Giovanni sedikit pun belum beristirahat. Wajahnya terlihat kelelahan akibat banyak sekali peristiwa yang mendadak terjadi. Kepergian Jesper yang tidak diketahui juga menambah beban pikirannya saat ini.

Jesper satu-satunya orang kepercayaannya. Entah kemana Jesper pergi. Ia masih belum mendapatkan kabar mengenainya. Bagaimanapun prosesi pemakaman Ratu harus tetap dilaksanakan. Walaupun Jesper tidak hadir.

"Yang Mulia, semuanya sudah siap. Pemuka Keagamaan sudah hadir." salah seorang Pengawal melaporkan.

"Baik. Aku akan menemuinya, sekaligus memulai acaranya," jawab Raja pendek.

"Baik, Yang Mulia."

Sejujurnya Raja Giovanni benar-benar merasa lelah. Jika Jesper ada di sini, Jesper-lah yang akan mengatur dan melakukan semuanya. Namun kini, dia harus mengurus segalanya seorang diri. 

Raja berjalan cepat menyusuri koridor Istana dikawal oleh para Pengawal. Para Pelayan memberikan hormat ketika Raja Giovanni melewati mereka. Raja akhirnya sampai di sebuah Katerdal yang penuh dengan bunga dan lilin-lilin yang menyala. Saat itu, peti jenazah Ratu masih terbuka. Pemuka Keagamaan sedang memberkatinya.

Raja tersenyum tipis melihat wajah Ratu untuk terakhir kali. Jejak kengerian itu masih terlihat jelas di wajahnya. Raja lalu mengambil rangkaian bunga semak ungu dan menggenggamkannya di tangan Ratu. Berharap Ratu bisa tenang di kehidupan selanjutnya.

"Mari kita berangkat, Yang Mulia," kata Pemuka Keagamaan.

"Pengawal, angkat peti Ratu ke atas kereta kuda!" perintah Raja cepat.

Para Pengawal bergegas mengangkat peti kayu eboni itu pelahan menuju ke atas kereta kuda yang sudah menunggu di depan Katerdal.  Sementara Raja sudah bergegas menaiki kereta kudanya sendiri. Setelah semuanya siap, iringan kereta kuda tersebut bergerak menuju ke gerbang Istana. Namun Pengawal yang berjaga di pos depan belum membukakan gerbangnya.

Ternyata di depan gerbang masih terdengar suara dari Pengawal Kerajaan yang membacakan pengumuman terkait berita kematian Ratu.

"Kepergian Ibu dan Ratu Sunnmore kita tercinta akan menyisakan kesedihan mendalam untuk kita semua. Bersama dengan Putri perempuannya yang baru lahir."

Raja Giovanni turun dari kereta kudanya sejenak. Ia menghampiri seorang Pengawal yang berjaga di pos depan. Lalu mereka saling berbisik untuk mendiskusikan sesuatu.

"Bagaimana kondisi di sekitar? Belum terlihat tanda-tanda kedatangan mereka?" tanya Raja serius.

"Sejauh ini belum ada, Yang Mulia. Saya dan beberapa Pengawal Penjaga sudah mengamati situasi dari puncak menara. Namun belum terlihat kedatangan mereka," jelas Pengawal itu.

"Hmm ... ." Raja menautkan alisnya sambil memainkan janggutnya yang sudah agak beruban. "Semoga saja mereka tidak datang mengacau di saat kita sedang berduka. Tetaplah berjaga di sini."

"Baik, Yang Mulia." Pengawal tadi kemudian memberi sikap penghormatan.

Raja masuk kembali ke dalam kereta kudanya. Sementara sudah keluar perintah untuk membuka gerbang Istana. Iringan kereta kuda pun keluar dari Istana. Mereka disambut oleh isak tangis dan keriuhan rakyat yang sedari tadi sudah menunggu di luar Istana.

Semuanya bersedih terhadap kepergian sang Ratu. Ratu memang sosok yang begitu dicintai oleh Rakyat Sunnmore. Sehingga mereka semua merasakan kehilangan. Raja hanya menatap nanar ke arah luar. Pikirannya berkelana entah ke mana. Namun begitu kilasan menyeramkan kemarin berkelebat di kepalanya, ia lalu menggertakan giginya kesal.

Tempat pemakaman Ratu jaraknya cukup jauh dari Istana. Letaknya berada di lembah Romsdal yang alamnya masih sangat asri. Ratu memang berpesan ingin dikubur di lembah itu. Karena lembah itu adalah tempat yang disukai oleh Ratu semasa hidupnya dan dekat dengan tanah kelahirannya.

Jalur menuju kesana agak sulit jika ditempuh oleh kereta kuda. Rapatnya pepohonan membuat kereta kuda sulit untuk melintas. Sehingga beberapa kali perjalanan mereka tersendat. Matahari sudah berada di atas kepala, namun cuacanya masih terasa dingin dan gelap di dalam hutan.

"Berhati-hatilah. Percepat untuk menebang pohon yang menghalangi jalan," titah Raja sambil melihat kondisi dari kereta kuda.

Entah mengapa, Raja merasa gelisah. Perasaannya sangat tidak tenang. Pandangannya sudah mulai waspada terhadap sekitar. Takut-takut terjadi penyerangan secara tiba-tiba. Kekhawatiran Raja rupanya benar-benar terjadi. Ketika Pengawal terdepan berteriak memberi haluan.

"Lindungi Raja! Kita dikepung!"

Pengawal Kerajaan kini membentuk barikade untuk melindungi kereta kuda yang di tumpangi oleh Raja. Raja menanti dengan harap-harap cemas di dalam kereta kudanya. Sementara ia sama sekali tidak bisa melihat apa yang terjadi karena tertutupi oleh barikade.

Suara teriakan dan dentingan pedang menghiasi keheningan hutan itu. Raja sudah bersiap di tempatnya dengan pedang yang sudah berada di dalam genggaman. Perlahan-lahan, Raja membuka pintu kereta kudanya. 

"Yang Mulia, tetap berada di dalam saja!" seru seorang Pengawal yang menyadari jika Raja meninggalkan tempatnya.

"Aku harus bertarung," ucap Raja mantap. Ia mengambil posisi bersama Pengawalnya yang lain.

Ketika itu, dia melihat orang-orang berpakaian zirah menyerang pasukannya yang terdepan. Anehnya, kebanyakan dari mereka hanya bergerak ke area depan saja, tempat kereta kuda yang mengangkut peti mati Ratu berada. Raja pun mulai bergerak ke depan untuk menghalau orang-orang berpakaian zirah itu.

"Semuanya, mulai bergerak ke depan! Lindungi aku!" Raja memberikan komando.

Saat Raja mulai bergerak ke depan, barulah beberapa orang musuh mulai menyerang. Mereka seolah tak membiarkan Raja mendekat. Raja terus menyerang dengan sisa energi yang dimilikinya. Bahkan beberapa kali terkena serangan.

"Katakan apa maksud dan tujuanmu! Lagi-lagi dari Kerajaan Utara!" berang Raja sambil terus memainkan pedangnya.

"Anda tidak perlu tahu apa maksud dan tujuan kami!" balas orang yang melawan Raja itu. "Kami hanya menjalankan perintah dari Raja."

"Tidak masuk akal," desis Raja. Ia mulai menekan musuh ke arah belakang. Namun musuh berhasil bertahan dan membalikan keadaan.

"Jangan mengganggu pekerjaan kami, Baginda," tampik orang tadi. Dia berhasil melukai Raja di bagian bahunya.

Raja mengerang tertahan. Apalagi ketika orang itu kembali menusuknya. Raja jatuh terduduk, sementara orang tadi kemudian berlari dan menerobos masuk ke dalam kereta kuda Ratu. Ketika Pengawal hendak memberikan serangan, para musuh berbaju zirah juga membuat barikade untuk melindungi orang tadi. 

Tak lama kemudian, orang tadi keluar dari kereta kuda Ratu dan memberikan instruksi kepada pasukannya untuk mundur.

"Pasukan, mundur! Kembali ke Utara!" seru orang itu memberikan komando.

Pasukan berbaju zirah berbondong-bondong kabur meninggalkan tempat itu. Kini rombongan Raja ditinggalkan dengan kondisi terluka. Dengan sisa kekuatannya, Raja lalu berjalan terhuyung-huyung menuju ke kereta kuda Ratu. Ia begitu sedih ketika mendapati peti Ratu sudah terbuka. Kondisi jasad Ratu juga sudah berantakan, seperti habis digeledah.

"Bagaimana sekarang Yang Mulia? Apakah kita harus kembali?" tanya salah seorang Pengawalnya.

"Tidak. Kita akan tetap melakukan upacara pemakaman Ratu. Ayo kita bergerak," lirih Raja yang terlihat kecewa.

Rombongan itu melanjutkan kembali perjalanan yang terhambat akibat ulah para perusuh tadi. Setelah berjalan kurang dari setengah jam, akhirnya mereka sampai di lembah Romsdal. Raja berkeliling mencari tempat yang pas untuk membuat pemakaman. Dipilihlah tempat di bawah pohon dekat sungai sebagai lokasi makam Ratu.

"Selamat jalan, Ratuku," gumam Raja sambil menaburkan kelopak bunga di atas gundukan tanah basah di pemakaman itu.

Ratu kini sudah memiliki tempatnya sendiri di sana. Rombongan Kerajaan pun kembali ke Sunnmore. Masih menjadi tanya mengapa musuh tiba-tiba menyerang dan menggeledah peti mati Ratu. Yang pasti, Raja tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

                                    ***

Pasukan berbaju zirah besi telah kembali dari perjalanannya. Mereka lalu segera menghadap kepada Raja mereka. Seorang Pria paruh baya tengah menunggu kabar yang mereka bawa di singgasananya.

 "Hormat kami kepada Yang Mulia."

"Lalu, kabar apa yang bisa kalian informasikan kepadaku?" tanya Pria paruh baya itu tak sabar.

"Yang Mulia, ternyata yang meninggal hanyalah Ratu saja. Sedangkan Putrinya, kami sama sekali tidak menemukan jasadnya." lapor Utusan Kerajaan.

Raja terdiam lama sekali sebelum melanjutkan perkataannya. "Sudah kuduga. Pasti Raja Sunnmore sebenarnya menyembunyikan rahasia besar. Kalau begitu, perintahkan pasukan untuk mencari jejak Putrinya. Lalu terus amati keadaan."

"Baik, Yang Mulia."

Raja itu tersenyum puas. Semuanya semakin terasa menarik baginya. Tentu karena dia memiliki rencana yang bagus untuk bisa menaklukkan seluruh wilayah More.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status