Aideen was a small feisty princess, hair like fire, skin like porcelain, eyes like fields. Beauty did not escape her, but her kingdom did not trust her. Beauty like hers was found only in witches and demons. She was neither, just the daughter of the alpha and his mate. Her parents kept her secret for so long, even from her, as she grew up, they could no longer hide it. With her 18th birthday fast approaching, she is destined for greatness, but how will her clan react?
View MoreVanesha terbangun di sebuah kamar hotel yang sederhana di Negara Diamond. Hari itu adalah hari terakhirnya berada di negara tersebut karena mengikuti pertukaran pelajar sebagai perawat di Rumah Sakit Brain.
“Oh shit di mana ini? Duh, kepalaku pusing sekali," ucap gadis itu sambil mengamati keadaan ruangan yang asing di sekelilingnya. Lalu, ia berdiri untuk membuka tirai jendela kamar tersebut. Namun, gadis dengan rambut lurus sebahu itu terpeleset jatuh ke lantai sebelum sempat untuk berdiri. Tersadar saat selimutnya tersibak, tak ada sehelai benang pun yang ia pakai. Vanesha langsung berteriak. “Astaga, apa yang terjadi padaku?” pekik Vanesha lalu kembali ke atas ranjang dan menyelimuti dirinya. “Tunggu dulu, ini punggung siapa, ya?” Wanita itu menyentuh punggung seseorang yang terbaring di hadapannya. “Jangan-jangan aku lagi mimpi nih tidur sama Tae.” Wanita itu terkekeh sambil mencubit punggung seorang pria di hadapannya. Pria itu menggeliat dan berbalik badan lalu menarik Vanesha menuju ke dekapannya. “Sayangku,” ucap pria berbadan tegap itu sambil memeluk wanitanya dengan erat. “Aaaaa!"Vanesha mendorong pria itu jatuh ke lantai saat tersadar itu bukan suara Tae, tunangannya. Tae merupakan pria yang sudah dua tahun ini menjalin hubungan dengannya. “Aduh, apa yang kau lakukan, ini sakit tau!” Pria tersebut mengusap bokongnya yang kesakitan sambil menggerutu. Vanesha memandangi tubuh polos pria itu dengan saksama. Tubuhnya atletis dengan perut kotak-kotak yang terpampang sempurna di balut kulit yang kuning langsat dan bersih. Tubuh polos itu semakin jelas memperlihatkan otot-otot yang menunjukkan kalau ia pekerja keras. Wajah oriental yang tampan, hidung mancung, dengan senyum memikat pasti membuat banyak wanita tergila-gila padanya. “Ya ampun Jaehyung kau tampan sekali . Hah, tunggu, apa dia Jaehyung?”Gumam Vanesha dengan mulut yang tak sengaja menganga. Pria tersebut buru-buru menutup rapat mulut wanita itu dan menyapanya.“Pagi, Vanesha!" sapa pria dengan bibir merah merekah itu tersenyum manis dengan posisi kembali duduk di lantai. “Jae, apa kita?” Tanya Vanesha dengan raut wajah heran. “Tentu saja. Ummm, apa kita bisa melakukannya lagi sekarang?” Jae langsung masuk ke dalam selimut tempat Vanesha berada. Wanita itu mengingat kembali apa yang terjadi semalam dan tak memperdulikan cumbuan dari si pria di seluruh lehernya yang sedang memberi tanda kissmark di sana. “Astaga Cassie, gara-gara kau aku sampai," menghela napas sejenak, "apa yang aku lakukan?” Vanesha menghentikan cumbuan dari Jae kala mengingat kejadian semalam dan bergegas masuk ke kamar mandi. Wanita itu melihat cincin yang melingkar di jari manis sebelah kirinya dan langsung menangis. Kehormatan seorang wanita yang sangat ia jaga dan akan dia serahkan pada suaminya nanti, kini hilang sudah. Seorang pria yang baru dikenalnya merenggut atas ijinnya pula, karena kondisinya yang tengah mabuk semalam. Vanesha menangis sejadi-jadinya diiringi kucuran air yang mengalir membasahi tubuhnya. Tok, tok!Jae mengetuk pintu kamar mandi.“Vanesha, apa kau baik-baik saja?” tanyanya. Wanita itu membuka pintu kamar mandi tersebut tanpa menjawab pertanyaan Jae. Pria itu menahan Vanesha dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi untuk menyerangnya kembali.“Kumohon hentikan!” pinta Vanesha dengan suara lirih. “Maafkan aku, bukan maksudku untuk memaksamu.” Jae membiarkan wanita itu pergi ke luar kamar mandi. Wanita yang menahan tangisnya itu meraih pakaiannya yang tergeletak berserakan di lantai lalu memakai pakaiannya kembali. “Vanesha, apa kau yakin itu pakaianmu?” tanya Jae sambil menunjuk.Vanesha langsung memperhatikan pakaian yang ada di tubuhnya. “Astaga aku pakai baju dia.” Vanesha buru-buru mengganti pakaiannya kembali. Sebelum ia pergi, dia menyiapkan pakaian tentara Jae di atas ranjang lalu meninggalkan pria itu segera saat pria itu sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi. “Ku berharap kita tak akan bertemu lagi," gumam Vanesha saat memasuki taxi yang ia pesan menuju asrama tempat ia tinggal selama di negara itu. * Dua tahun sebelumnya. Mentari pagi yang hangat menyambut Vanesha yang dengan semangatnya selalu membawa anak-anak di panti asuhan tempatnya bernaung untuk berolahraga ke tanah lapang. “Ayo dong semangat semuanya, kita pemanasan lari-lari kecil dulu ya anak-anak!" ucap Vanesha pada dua puluh anak panti yang di bawanya kala itu.“Kak, bolehkah aku bertanya?” tanya seorang gadis perempuan yang berkacamata itu.“Boleh, memangnya Tania mau tanya apa?" tanya Vanesha sambil mencubit hidung Tania.“Memangnya Kak Vanesha mau pergi ya dari panti?” tanya Tania. Vanesha terdiam kala mendengar pertanyaan Tania. Dia teringat akan sebuah surat yang datang seminggu lalu. Surat itu berisikan pemberitahuan bahwa pendaftarannya untuk meraih beasiswa sebagai perawat di rumah sakit ternama di ibukota itu di terima.“Kak Vanesha, kenapa tak menjawab pertanyaanku?” Tania menarik ujung kaus yang dikenakan oleh wanita itu. “Ummmm, kita lanjut ya olahraganya, yuk kita lari-lari memutari lapangan ini!" ajak Vanesha berusaha menghindari pertanyaan dari Tania. Rasanya berat sekali untuk mengaku di hadapan anak-anak panti bahwa ia akan pergi. Malam itu, Ibu Rose si pemilik panti asuhan mengamati Vanesha yang sedang memandang langit dari teras belakang. “Kenapa, Nak, apa kau masih bingung dengan tawaran dari rumah sakit tadi?” tanyanya sambil mengelus kepala wanita itu. “Eh Ibu, aku sih mantap menerima tawaran tersebut, Bu. A palagi aku selalu memimpikan diriku sebagai perawat sama seperti ibuku,” jawab Vanesha. “Lalu, kenapa kau terlihat bimbang?” tanya Ibu Rose mengusap lembut kepala gadis itu. “Aku hanya tak tega meninggalkan anak-anak , Bu," sahut Vanesha sambil mendekap foto sang ibu yang selalu menemaninya. Foto seorang wanita berpakaian perawat itu sudah berada di keranjang bayi saat ia di buang dua puluh tahun lalu di halaman panti asuhan. Ibu Rose menduga bahwa sosok wanita di foto itu adalah ibunya Vanesha. Setiap kali Vanesh, nama panggilannya, merasa penat dan jenuh melanda kala sedang belajar, ia selalu memandang foto tersebut sebagai penyemangatnya. Banyak prestasi yang ia torehkan sebagai pelajar terpintar di sekolahnya sedari kecil. Sampai ia yakin dan penuh percaya diri saat mengajukan formulir beasiswa menjadi perawat ke sebuah rumah sakit terkenal di ibukota milik Tuan Jones. “Berjuanglah dengan penuh semangat, buat ibu bangga ya, Nak.” Ibu Rose mengecup kepala Vanesha sebelum ia kembali ke kamar tidurnya. “Terima kasih, Bu, terima kasih kau selalu mendukungku.” Keesokan harinya, Vanesha pamit pada Ibu Rose dan anak-anak panti asuhan sambil berlinangan air mata. “Maafkan Kakak, ya. Kakak janji akan sering berkunjung ke sini," ucapnya. “Kakak jangan pergi! Nanti yang mengajari Tania belajar siapa?” rengek Tania mendekap erat pinggang milik gadis berambut panjang berwarna cokelat sepunggung itu. “Kan ada kakak yang lain sayang. Kak Vanes yakin kok kalau Tania itu pintar. Kakak yakin kau pasti bisa belajar dengan mudah. Sudah, cup cup jangan menangis,” ucap Vanesha menyeka air mata dari pipi gadis kecil di hadapannya itu. Sambil melambaikan tangannya, ia masuk ke dalam sebuah mobil van berwarna hitam yang akan mengantarnya menuju bandara. “Aku harus semangat,” ujar Vanesha meyakinkan dirinya sendiri. “Kita berangkat, Nona?” tanya sang sopir.“Berangkat, Pak!"*****To be continued.After sitting through the most eventful dinner we've had in months, everyone was exhausted, and I think I fell asleep before I even hit the bed. I must have been truly tired, because when I woke up it was almost 10 am. I wasn't even upset I missed training, I know Nia wouldn't have been there, and being alone is my least favorite idea.While I slipped into my warm tub to try and bring some life to my body, I thought about my birthday, and subsequently my party, was tomorrow. Maybe my mystery dream visitor would be there to sweep me off my feet. His strong arms wrapping around my body, feeling the warmth of his touch, and his breath on my skin. I closed my eyes as my hand found the sensitive spot between my legs. My blood is already pulsing hard, rubbing a small circle on myself, the warmth of the bath, plus my thoughts of this man, who is always hiding his face, running his hands down my body. Imaging his hands in place of mine, taking dips inside while rubbing, soft but strong in
The party is only a few days away….I could feel the warmth of his breath on my neck, sending shivers down my spine. Every touch, sending sparks - no lightning - over my skin. His fingers running down between my breasts, over my stomach, along my hips and thighs. When he got to my knees, flattened his hand running his palm and fingertips up my inner thigh, stopping at my pelvic bone.His lips caressing my neck, up to my ear. His voice, deep but velvety, brought goosebumps to my skin. "Is that what you want?" His teeth, nipping at my ear lobe….I woke up from what felt like the perfect reality, surrounded by pillows, entwined in my blankets. I wanted to wake up next to….. someone.The sun was cresting over the wall of
Maybe it won't be so bad….I hop out of the shower and grab my towel. Walking over to the sink, I wipe the steam off the mirror. I dry off my legs and pat down the rest of me. I feel like I'm a freak most days. Pale white skin, I all but glow in the dark. Flame red hair, that no one else in my family has. Deep green eyes, that pop yet draw you in. Added to that my curvy yet slim figure, lean, but my boob and butt make up 90% of my weight. But for how short I am, the muscle I've built from training, I'll never be a thing girl. And I'm ok with that. But will my supposed mate? Will he like my body? He has to, right?I grab my underwear and jeans off the sink and start to get dressed. Sliding my jeans around my hips, I have to jump a little to get in them, damn skinny jeans. Throwing on my bra, I start to dry my hair. The curls, they are cute
What could possibly go wrong...As I wandered to the training fields, my mind always goes back to the stares I get from the clan. I know I do not look like my kin. Aside from my father, all my brothers look just like our mother. But my red hair and green eyes do not look like any known living relative. For some reason, everyone thinks my parents had a witch make me for them, so they could finally have a daughter. I have been a generally attractive person. I mean, I'm not ugly. But to be accused as being created... it's upsetting, especially for my parents. My mother was just so happy to have me, that I don't think she actually noticed my red hair and green eyes until the next day. But dad noticed, he said it was the most beautiful thing he ever saw, my mother holding me. I try not to let it upset my brothers tha
My birthday isn't too far off now....I sat at my desk, daydreaming out my window. The wind blowing through the trees, ever so gently the leaves rustle. The sun dances on them, as they wave across the sky. Not a cloud to be seen. A knock at my door brings me back to reality. I’m forced to skip training so that my parents can bother me about every detail of my birthday party.“Yeah?”“Your highness, are you avai-” Hysterical laughing ensues “ OH MY GOD I almost made it through. Damn it El, you get 20 bucks.” Dylan is trying to catch his breath through his laughter.“I told you Dyl, you couldn’t do it, no ma
Dear Diary,Where do I begin....My name is Aideen, first daughter born of the High Chief and Chieftess. High Chief Rhys and High Chieftess Fionn are known for their love of their people, and of each other. My father is stoic, features hardened by war. My mother is soft, caring, and very much the wife my father deserves. You can see the love in their smiles, and when they look at each other, their love is hard to hide.My clan, Clan Adair, is easily the largest and safest clan to be a part of. Surrounding clans rarely have an issue with us, and we are left alone most of the time. Our clan is feared, not only for our size, or our warriors. Our clan has a secret, we're werewolves. Not that anyone knows that fact. They just know our warriors are strong, and we've never lost a war. The stories to
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments