Entah harus berapa jam lagi wanita itu berdiri dengan bibir yang sudah memucat, hujan malam itu sudah sedikit reda namun tidak dengan dingin yang di rasakan Grace.
Dari arah sedikit jauh Ken memutar balik mobilnya, ia sungguh-sungguh benci dengan wanita yang menyandang status istri saat ini. "mengapa setiap aku menatap Grace, aku selalu terbayang akan kematian Jesseli," Tangan Ken memukul keras setir mobil.
"Ken kau membiarkan dia semalaman di sana?" Tanya Roger menoleh belakang sebentar.
"Hmm," Ken tak memperdulikan jika wanita itu mati, kini di otak Ken hanyalah dendam akibat kematian Jesseli. Ken mempercepat mobilnya mengantar Roger dan ia ingin segera sampai di rumah.
Saat mobil Ken benar-benar hilang meninggalkan Grace yang masih tetap berdiri dengan kedua tangan yang memeluk dirinya sendiri, tiba-tiba saja sebuah mobil sport hitam datang dan berhenti tepat di depan Grace, "Grace mas
Keesokan harinya.Terlihat begitu nyenyak sesosok wanita yang baru saja terbangun dari tidurnya, Grace mencari-cari keberadaan jam dinding dan ia sungguh terkejut melihat jam sudah menunjukkan pukul dua siang, "astaga," Grace berlari membuka pintu dan ia lebih terkejut saat sudah ada Pete duduk di depan meja makan memandang dirinya saat ini .Grace berjalan pelan duduk di depan Pete tersenyum sendiri yang entah itu apa artinya, "kau yakin tak ingin tidur lagi?" Tanya Pete dengan sedikit tersenyum.Wanita itu tertunduk malu menyelipkan rambut di telinga, "maaf aku sungguh lelah kemarin,""Panggil aku Pete, itu namaku," ucap Pete dengan mengolesi selai kacang di selembar roti."Terimakasih Pete," Grace benar-benar nyaman dengan pria yang kini bernama Pete."Makanlah ini," Pete menyodorkan roti yang baru saja selesai ia olesi selai. Tanpa menunggu la
Di dalam mobil Grace hanya diam saja, ia masih kesal atas perlakuan Ken yang membuatnya menunggu lama hingga berjam-jam kemarin malam. Sepanjang perjalanan yang memakan waktu tiga puluh menit itu tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Grace.Hingga mereka berdua sampai di rumahnya, Grace pun langsung turun dari mobil tanpa memperdulikan Ken, "Graceee," teriak Ken masih di dalam mobil tak di perdulikan ."Sial, dia sudah berani menentang ku sekarang," Ken melepas sabuk pengaman dan menutup keras pintu mobil. Ia berlari cepat menghampiri Grace yang sudah berada di atas tangga, "rupanya kau sudah berani menentang ku?" Ken mengunci kedua tangan Grace di belakang punggung."Aku membencimu Ken, jika bukan karena adikku aku takkan menikahi pria semacam kau," ucap Grace dengan nafas tak teratur membuat payudaranya naik turun.Pria itu semakin mengunci erat kedua tangan Grace, "jadilah jalang yang baik G
Hari ini tepat pukul empat sore, segala perlengkapan penting untuk pergi ke hutan tentu sudah mereka siapkan di hari kemarin. Semua sudah berkumpul kecuali Grace yang masih berada di dalam kamar.Tak lama kemudian terlihat seorang wanita cantik turun dari tangga tanpa menatap Roger atau Ken, ia hanya menatap Pete yang sedang duduk di sofa dengan wajah sedikit gelisah. Hari ini ia terlihat lebih cantik karena mengikat atas rambutnya."Baiklah sepertinya yang kita tunggu sudah datang, mari kita berangkat Ken," ucap Roger mengangkat koper dan tersenyum licik pada Grace. Grace sama sekali tak menatap Roger, ia masih benci dengan pria itu.Semuanya telah memasuki mobil yang sudah di persiapkan, Roger yang menyetir bersama Pete disampingnya. Sedangkan Grace dan Ken duduk di belakang dengan suasana yang terlihat begitu hening.Beberapa jam kemudian...Sinar mat
"Grace apa kau tidak apa-apa?" Tanya Pete dengan menyentuh kedua pipi."Aku tidak apa-apa Pete, terimakasih Pete," Grace merangkul kembali tubuh Pete, ia merasa berhutang nyawa padanya.Ken yang menatap itu semua hanya bisa mencoba tak melihat, namun apa apa daya, pada kenyataannya mereka melakukan semua itu depan mata Ken. "Kurasa kalian sangat romantis," ucap Ken tanpa menatap mereka berdua.Langkah kaki Ken mendekati Grace dan menarik tangan Grace. "Sini kau, kita pulang. Oh ya Roger mobilmu kupakai dan aku akan menelpon seseorang nanti untuk menjemput mu dan Pete," dengan gampangnya Ken memutuskan keputusan sendiri tanpa mengerti Roger atau Pete menerima itu semua."Apa? Hai... kau gila Ken? Ini hutan!" teriak Roger mengejar Ken yang berlari dengan menggandeng tangan Grace.Ken sama sekali tak memperdulikan, ia terus berjalan dan memaksa Grace masuk ke dalam mobil. "Masuk kau
Hampir dua jam pria itu hanya duduk saja ditemani segelas kopi hangat. Ia melihat hujan turun tidak terlalu deras dari arah jendela. "I Miss You," ucap Ken berdiri menatap langit degan memegang segelas kopi."Aku selalu melihat langit jika aku merindukan mu, dan aku pun merasa bahwa kau juga melihatku disini," Ken mengetuk jendela kaca dengan kuku-kuku di jarinya.Sudah hampir dua bulan pria itu hidup bersama istrinya, namun tak sedetikpun Ken ingin melupakan Jesseli, rasanya terlalu pahit jika melupakan kenangan yang mereka lewati. "Aku sudah membalas kematian mu dengan cara menikahi orang yang membunuhmu Jesseli, aku sudah menyiksanya sayang, apakah sekarang kau bahagia disana?" Tangan Ken keluar dari balik jendela menyentuh tetesan hujan.Itu semua membuat Ken teringat akan kematian Jesseli, ia berdosa telah sempat mempertaruhkan Jesseli saat bermain kartu. "Maafkan aku," lirih Ken pelan.Namun ke
Hampir dua jam pria itu hanya duduk saja ditemani segelas kopi hangat. Ia melihat hujan turun tidak terlalu deras dari arah jendela. "I Miss You," ucap Ken berdiri menatap langit degan memegang segelas kopi."Aku selalu melihat langit jika aku merindukan mu, dan aku pun merasa bahwa kau juga melihatku disini," Ken mengetuk jendela kaca dengan kuku-kuku di jarinya.Sudah hampir dua bulan pria itu hidup bersama istrinya, namun tak sedetikpun Ken ingin melupakan Jesseli, rasanya terlalu pahit jika melupakan kenangan yang mereka lewati. "Aku sudah membalas kematian mu dengan cara menikahi orang yang membunuhmu Jesseli, aku sudah menyiksanya sayang, apakah sekarang kau bahagia disana?" Tangan Ken keluar dari balik jendela menyentuh tetesan hujan.Itu semua membuat Ken teringat akan kematian Jesseli, ia berdosa telah sempat mempertaruhkan Jesseli saat bermain kartu. "Maafkan aku," lirih Ken pelan.Namun kesediha
"Roger, apa yang kau lakukan?" teriak Pete dari belakang.Pete membogem keras wajah Roger. "Kau benar-benar gila Roger," Pete menambah kembali pukulan demi pukulan di wajah Roger.Tangan Pete menarik kerah baju Roger lalu ia mendorong tepat di meja billiard. "Sudah berapa kali kubilang jangan pernah kau menganggu Grace lagi Roger," teriak Pete menonjok kembali rahang Roger."Memangnya kenapa Pete? Apakah kau suka dengan Grace?" Ken mendekati mereka berdua yang sedang asyik bergulat.Pete melepaskan cengkeraman tangannya pada Roger. "Kau keterlaluan Ken, pantas saja firasat ku datang kemari selalu menghantui ku. Ternyata kau melukai Grace," ucap Pete menoleh ke arah Ken."Kau suka dengan Grace? Katakan dimana salahku Pete. Dia pembunuh Jesseli, aku menikah dengan dia hanya untuk balas dendam," Ken tertawa sebal dan melirik tubuh Grace yang sedang terbaring di atas sofa. "Jalang it
Memang saat ini kondisi Roger bisa dikatakan mabuk, tapi setidaknya ia masih mempunyai sedikit kesadaran entah berapa persen. "Aahh, memangnya apa yang kau dengar Ken?" Roger mengatur duduknya menghadap Ken sedikit grogi."Tadi aku mendengar kau menyebut nama Jesseli, aku tidak terlalu mendengar tapi bisa kau ucapkan lagi Roger?" Ken duduk di sebelah Roger dengan mata yang sudah sedikit memerah.Roger mengatur nafas sedikit demi sedikit. "Tadi aku berkata bahwa Grace lah yang membunuh Jesseli Ken dan tentu aku juga turut bersedih bukan?" Roger berharap Ken memang tak pernah mendengar perkataan yang baru saja ia lontarkan."Kau benar Roger, aku takkan pernah bisa lagi memaafkan jalang itu,"menepuk pelan pundak Roger."Baiklah mari kita lanjut kan, aku ingin mabuk hingga pagi hari, "tawa Roger sedikit ketakutan bercampur perasaan lega. Ken hanya mengangguk menyetujui.Keesokan hari