Share

Jatuh Hati

“Duduklah,” ucap Brian berdiri dan menarik kursi untuk Clara.

“Ah iya, terimakasih,” ucap Clara malu-malu.

“Apa kalian lihat itu? Semuanya menatapku seakan aku seorang artis. Padahal biasanya tidak begini,” ucap Clara lagi merasa sangat takjub pada dirinya sendiri.

“Apanya? Kau jangan terlalu percaya diri. Kau tidak lihatkan siapa yang berdiri dibelakangmu? Mungkin saja mereka melihat orang yang berdiri dibelakangmu,” ucap Rio tanpa berani menatap Clara. Ia langsung melahap makanannya.

“Apa sih. Kenapa kau selalu merusak suasana hatiku?” tanya Clara kesal.

“Clara, ayo makan. Keburu dingin,” ucap Brian dan memberikan garpu untuk Clara. Ia bahkan menuangkan wine untuk Clara dan menunggu Clara menyicipi pasta yang mereka pesan itu.

“Wahh ... ini sangat lezat,” ucap Clara dengan mata yang terbuka lebar.

“Tentu saja, ini kualitas yang sangat terbaik.”

“Apa kau pernah memakan pasta ini?” tanya Clara heran.

“Tidak, tapi aku kenal dengan kokinya. Kebetulan, kokinya pernah menjadi koki terkenal di Amerika dan restoran mereka sangat terkenal. Apa kau tidak tau?” tanya Brian dan mengambil tisu. Ia menunjuk ujung bibir Clara yang terdapat saus.

“Tidak, aku tidak tau. Kupikir di sini ramai karena memang makanannya sangat lezat.”

“Hei! Kalau kalian hanya ingin bicara berdua kenapa tidak pindah tempat saja?” seru Rio kesal dan menaruh sendok garpunya.

“Kau sudah makan?”

“Pak Rio, sudut bibirmu ada saosnya,” ucap Clara dan hendak membersihkannya dengan tisu. Rio menjauh dan mengambil tisu yang ada di tangan Clara.

“Aku bisa sendiri. Memangnya aku anak kecil? Aku sudah makan. Kalalu kalian masih ingin makan dan mengobrol berdua saja. Biar aku yang bayar,” ucap Rio dan memanggil pelayan.

“Oh tidak perlu. Karena aku baru pulang dari Amerika, biar aku saja yang membayar semua ini,” ucap Brian dan mengeluarkan dompetnya. Ia mengeluarkan black cardnya dan membuat Clara serta Rio melongo melihatnya. Rio yang hanya memiliki kartu kredit perusahaan merasa minder dan memasukkan kembali kartunya.

“Yah, kalau kau memaksa. Yasudah. Pakai punyamu saja,” ucap Rio.

***

Kini ketiganya berjalan keluar bersama dari restoran. Clara tampak sedikit mabuk karena menghabiskan wine yang tersisa.

“Wajahmu memerah. Apa kau mabuk?” tanya Brian pada Clara.

“Ah benarkah? Aku tidak mabuk. Aku hanya merasa berdebar,” ucap Clara dengan memegang wajahnya yang mulai memanas.

“Kenapa kau berdebar? Apa jantungmu sedang bermasalah?” tanya Rio dan membuat Clara merasa kesal.

“Rio, kau kenapa?” bisik Brian pada Rio.

“Kau tidak bisa menyukai wanita seperti ini,” ucap Rio balas berbisik.

“Kenapa? Dia tipeku.”

“Tidak boleh!” seru Rio menatap tajam.

“Kalian sedang berbicara apa berbisik begitu? Apa kalian sudah tidak menganggapku ada di sini lagi?” keluh Clara kesal.

“Kau tinggal dimana? Biar aku antar,” ucap Brian menatap lembut. Clara menjadi malu ditatap seperti itu.

“Aku? Ini pertama kalinya ada seseorang yang menanyakan tempat tinggalku,” ucap Clara malu-malu. Rio melotot kaget.

“Apa-apaan itu? Dia tinggal tak jauh dari sini. Kau sendiri apa kau akan menginap di hotel atau pulang ke rumah?” ucap Rio.

“Benarkah? Kalau begitu aku antar saja. Naiklah ke mobilku,” ucap Brian dan menarik tangan Clara untuk berjalan ke arah mobilnya yang terparkir di sebelah kiri.

“Hotelmu memang ada dimana?” tanya Rio pada Clara.

“Kau harus kerja besok bukan? Pulang naik taksi saja sana!” ucap Rio lagi dan menahan tangan Clara. Kini Clara diapit oleh dua pria tampan sekaligus yang sedang memegang tangannya di dua sisi. Clara bingung harus berbuat apa. Ia yang sudah terbawa suasana mabuk tak bisa berpikir dengan jernih. Clara tersenyum menatap Rio dan membuat Rio mengernyitkan dahinya.

“Kenapa kau menatapku seperti itu? Hei, apa kau mabuk? Brian, kenapa kau memberikannya sekaleng bir huh?” ucap Rio kesal sendiri.

“Kenapa kau marah padaku? Kebetulan saja aku membawa beberapa kaleng bir. Kau juga meminumnya bukan?”

“Pak Rio, apa kau sedang cemburu?” tanya Clara ditengah mabuknya.

“Apa? Hei, dimana otakmu hah?”

“Otak? Apa kau punya otak?” tanya Clara dengan wajah yang menggemaskan. Membuat Brian tersenyum senang.

“Ayo aku antar saja,” ucap Brian dan menarik tangan Clara. Hingga Clara tertarik ke arah Brian. Sementara Rio menahan tangan Clara dan menariknya hingga Clara kembali tertarik ke arah Rio. Terjadilah keduanya saling tarik-menarik dengan cukup sengit.

“Stop!” teriak Clara.  Ia pun menarik tangannya tapi terus ditahan oleh kedua pria disampingnya itu.

“Lepaskan tanganku!” ucap Clara tegas dan membuat Rio dan Brian melepaskan tangan mereka.

“Rumahku sangat dekat. Aku hanya harus berjalan sekitar ... hmm lima? Sepuluh menit saja. Kalian pulang sana!” ucap Clara memutuskan dan berjalan pergi. Brian berjalan cepat menyusul dan menghentikan lankah Clara.

“Mungkin kau menolakku karena belum mengenal siapa aku. Tapi, apa aku boleh meminta nomor ponselmu saja?” pinta Brian dengan tersenyum sangat manis. Clara yang melihatnya ikut tersenyum dengan semburan merah di wajahnya.

“Oke, kemarikan ponselmu!” ucap Clara dan menerima ponsel Brian. Ia pun menuliskan nomor ponselnya dan menyimpannya dengan nama dan emoticon hati.

“Kau bisa menghubungiku kapan saja,” ucap Clara.

“Terimakasih. Kalau pacar apa kau sudah punya?” tanya Brian memberanikan diri.

“Apa? Pacar?” tanya Clara balik dan melirik ke arah Rio yang sudah menatap keduanya dengan perasaan tidak enak. Clara dan Rio pun saling tatap dengan diam. Clara memalingkan wajahnya ke arah Brian.

“Aku ... tidak punya pacar,” jawab Clara tersenyum ke arah Brian. Rio merasa kecewa.

“Benarkah? Apa kau sedang dekat dengan pria lain?”

“Tidak. Aku tidak dekat dengan siapa-siapa kok. Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa ... kau menyukaiku?” tanya Clara penuh harap. Brian tersenyum malu dan melangkah maju. Ia menatap Clara dengan penuh senyuman. Clara semakin berdebar dan tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya.

“Apa ... aku boleh menyukaimu?” tanya Brian dengan suara yang sangat lembut. Clara menatap tidak percaya. Rio pun sama tak percayanya dan semakin gusar.

“Kenapa bertanya seperti itu? Kau boleh menyukai siapa saja tanpa perlu perijinan bukan?”

“Mungkin saja aku bukan tipemu. Jadi, kau enggan jika aku menyukaimu.”

“Itu ... bagaimana bisa begitu. Kau sangat sesuai dengan tipeku,” akui Clara dengan perasaan berbunga.

“Brian! Aku ikut mobilmu ya. Ayo kita pulang!” tibat-tiba saja Rio datang dan menarik Brian dari sana.

“Apa yang sedang kau lakukan? Kau kan bisa pulang sendiri!” ucap Brian menahan kesal.

“Aku ingin kau mengantarku pulang,” ucap Rio asal dan terus menarik Brian dengan mengalungkan tangannya ke leher Brian. Membuat Brian kesulitan berjalan karena perbedaan tubuh keduanya.

“Kau tinggal dimana?” tanya Clara dengan berteriak. Brian berhenti dan melepaskan tangan Rio hingga Rio kehilangan keseimbangannya dan bersandar pada mobil Brian.

“Aku akan memberitahumu dipertemuan kita yang kedua. Aku ... akan menelponmu!” jawab Brian dengan mengangkat ponselnya.

“Oke!” jawab Clara dan mengangguk senang. Ia terus tersenyum senang dan berbalik pergi berjalan ke arah rumahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status