"Kenapa kau memberikannya kepadaku?" tanya Emilia, ia menetap ponsel yang Arthur kembalikan kepadanya. Ketika mereka selesai makan tadi, Arthur memanggilnya dan mengatakan ada yang ingin ia bicarakan, tapi Emilia tidak menyangka Arthur mengembalikan ponsel ini.
"Aku pikir aku tidak terlalu membutuhkannya, lagi pula aku bisa membelinya sendiri. Terimakasih atas bantuan mu." Sebenarnya Arthur tidak nyaman memakai pemberian dan gadis lain ketika ia memiliki pacar. Ia tidak mau membuat Keana sedih.
Emilia menggenggam kuat ponsel yang Arthur berikan kepadanya. Kenapa? Kenapa Arthur selalu berlebihan mengenai Keana? Emilia benar membencinya.
Crakk!
Dalam sekejap ponsel itu pecah dan retak, pelakunya adalah Emilia yang baru saja membantingnya ke lantai. Gadis itu tidak menatap Arthur, ia menatap lantai dengan geram. "Kenapa? Ini karena Keana bukan?"
Emilia mengangkat wajahnya dan memandang Arthur marah, tapi saat ini ia lebih marah pada Keana. Arthur cuku
Pesta ulang tahu Emilia berjalan dengan meriah, semua orang bertepuk tangan ketika Emilia selesai meniup lilin yang di letakkan di atas kue tiga tingkat itu. Ulang tahun Emilia tidak di hadiri oleh orang tuanya karena kedua orang tuanya berada di luar negeri, ya, tipe orang tua yang sibuk dengan bisnisnya."Sekarang acara pemotongan kuenya, kita lihat pada siapa potongan pertama akan di berikan," ujar si pembawa acara. Suasana semakin riuh ketika Emilia mulai menaruh potongan pertama itu di atas piring kecil yang telah di sediakan."Baiklah, potongan kue yang pertama ini akan aku berikan kepada ...." Emilia memindai sekitarnya hingga ia menemukan orang yang ia inginkan. "Arthur."Semua orang terkejut, termasuk Keana dan Arthur. Spontan saja Keana dan Arthur berpandangan. Emilia, Keana tidak mengerti tentang pikiran gadis itu. Tapi, karena tidak membuat acara rusak Keana malah menyuruh Arthur untuk datang pada Emilia. "Arthur,
Akhir-akhir ini Arlan sibuk, bahkan ia tidak sempat untuk menelpon Keana. Ia jadi penasaran bagaimana kabar gadis itu mengingat pertemuan terakhir kalinya adalah di taman hiburan. Mengingatnya saja membuat Arlan kesal karena kedatangan Arthur, ia tidak sempat untuk membuat rencana kedepannya bersama gadis itu.Arlan mendudukkan diri di sofa ruang tamu seraya memandang layar televisi yang menyala, menampilkan suara berita dari stasiun televisi swasta."... beberapa hari sebelumnya korban di laporkan hilang sebelum akhirnya di temukan dengan tubuh yang tidak utuh, saat ini polisi ...."Arlan menghela nafas, bawahannya bekerja tidak becus karena membuang mayat itu sembarangan. Sebelumnya ini tidak pernah terjadi karena Arlan selalu hati-hati, tapi karena ia baru saja merekrut orang baru dan orang itu sepertinya melakukan kesalahan.Tiba-tiba saja Arlan mendengar bel rumahnya berbunyi, dengan malas Arlan berdiri dan berjalan ke arah pintu. Arlan membuka pin
"Apa?" tanya Keana memastikan.Arthur mengangkat tangannya, memberi kode agar Keana mendekat kepada durinya. "Temani aku, Keana."Entah kenapa sifat manja Arthur ini membuat Keana senang, Keana berbalik dan kembali duduk di tepi ranjang Arthur. "Baiklah, aku temani." Keana mengusap-usap sayang kepala Arthur, hak itu membuat Arthur mendekatkan dirinya kepada Keana dan memeluk pinggangnya."Keana, rasanya sangat nyaman.""Oh, ya. Arthur, ada sesuatu untukmu." Keana mengambilnya tasnya yang sedari tadi memang berada di atas ranjang, ia mengeluarkan sebuah amplop ya g telah di beri nama 'Arthur' oleh Jack.Arthur membuka sedikit matanya. "Apa?" tanya Arthur tanpa minat, ia rasanya ingin seperti ini saja. Tidur dengan memeluk Keana."Ini untukmu, Jack yang memberikannya. Ini adalah bonus yang kita dapatkan karena acara ulang tahun kemarin." Keana menarik tangan Arthur yang melingkari pinggangnya lalu meletakan amplop itu di atasnya.A
Arthur berdiri di depan rumah seraya menanti Keana yang sedari tadi tidak juga menampakkan diri, ini sudah jam setengah sembilan malam dan seharusnya Keana sudah pulang. Arthur tidak dapat menghubungi Keana karena ia tidak memiliki ponsel."Keana, kenapa lama sekali?" Arthur mondar-mandir selama lebih dari setengah jam, tapi tetap saja rasa gelisah itu tidak hilang. "Apakah Keana masih bekerja?"Ini tidak biasa, tiba-tiba saja rasa khawatir menyeruak. Arthur yang sudah tidak tahan memutuskan untuk mengambil jaket dan beberapa lembar uang yang Keana simpan di dalam lemari. Keana sengaja memberi tahu Arthur, karena mungkin saja pria itu butuh nantinya.Arthur keluar rumah setelah sebelumnya ia menguncinya, Arthur berencana untuk menyusul Keana ke Cafetaria. Arthur tidak peduli jika ini sudah larut, ia sangat mengkhawatirkan gadisnya.Beberapa menit dalam bus terasa sangat lama bagi Arthur, mungkin ini efek karena ia yang khawatir dengan Keana. Begitu bus
Jack meremas kepalanya frustasi di sampingnya Angelina menenangkannya, Arthur juga begitu ia hanya bisa menunduk, ia telah kehilangan Keana. Mereka kini berada di dalam rumah Jack, di depan mereka telah ada beberapa detektif swasta yang tengah berdiskusi dan mengajukan beberapa pertanyaan terhadapnya."Kami akan melakukan penyelidikan secepatnya, untuk barang-barang ini biar kami simpan terlebih dahulu. Kami akan bekerja sama dengan kepolisian." Seorang pria yang merupakan ketua dari unit Detektif itu berdiri diikuti oleh beberapa bawahannya.Jack dan Arthur huga ikut berdiri. "Ku mohon, temukan Keana secepatnya,"ujar Arthur.Detektif itu mengangguk. "Kami akan berusaha." Setelah itu mereka undur diri dari sana.Arthur menunduk sedih. "Ini salahku, seharusnya aku menjaga Keana dengan baik. Kalau saja kemarin aku menjemputnya lebih cepat ... Kalau saja ...." Arthur tidak mampu melanjutkan perkataannya, ia tidak
"Kamu menemukan jejak seperti sesuatu yang diseret, selain itu kami menemukan sebuah balok kayu yang diduga sebagai alat yang digunakan pelaku untuk menyerang." Detektif itu menunjukkan beberapa foto terkait hilangnya Keana."Jika kita perhatikan lebih detail ada sedikit noda darah di sana, tapi kita masih belum bisa memastikan apakah itu milik korban."Arthur tertunduk lemas mendengarnya, apalagi soal darah yang ada pada balok kayu itu. Arthur tidak mampu membayangkan apa yang Keana."Bagaimana dengan CCTV?" tanya Jack. Bisa saja CCTV bisa membantunya untuk menemukan jejak pelakunya.Detektif itu mengeluarkan laptopnya. "Kami baru mendapatkannya dari beberapa toko di sekitar cafe milikmu, ini adalah rekaman ketika Keana pulang. Kami tidak bisa mendapatkan rekaman di lokasi kejadian karena di sana sepi, tidak ada CCTV di sana mengingat tidak ada bangunan dalam radius 50 meter."Jack mengangguk
Sudah tiga hari semenjak Keana menghilang, tapi tidak juga menemukan titik terang. Para detektif telah bekerja keras, hasil pemeriksaan sidik jari tidak ditemukan karena tidak ada satupun jejak sidik jari di sana. Arthur sangat tertekan karena hal itu.Emilia juga sering mengunjungi Arthur, berpura-pura menghiburnya dengan harapan Arthur akan melunak terhadapnya. Namun, itu tidak mudah. Arthur tidak mempedulikan Emilia sama sekali. Jujur saja Emilia agak kesal, tapi ia tetap bersabar."Kami akan kembali ke lokasi di mana Keana hilang, mungkin kami akan mencari sesuatu yang kami lewatkan di sana," ujar Detektif itu.Jack mengangguk. "Terimakasih, Detektif Han.""Ya, kalau begitu kami pergi dulu." Detektif Han berserta tiga anak buahnya pergi dari rumah Jack, mereka rutin memberikan perkembangan mengenai kasus hilangnya Keana."Aku ikut," ujar Arthur. Ia buru-buru berdiri dan mengikuti Detektif Han. "Aku juga ingin membantu mencarinya." Arthur
"Keana masih juga belum di temukan, ya?" Emilia membuka percakapan antara dirinya dan Angelina.Angelina mengangguk. "Ya, padahal Jack dan Arthur sudah bekerja keras. Mereka bahkan menyewa Detektif Swasta." Dosen mereka belum datang, jadi mereka bebeas berbincang seraya menunggunya.Emilia sudah tahu akan hal itu, oleh karena itu ia mendesak agar Keana lekas menyetujui untuk ke luar negeri. Tidak hanya itu, alasan Emilia untuk tidak membunuh Keana adalah ia ingin Keana membuat Arthur membencinya, tapi Keana dengan keras kepalanya tidak mau mendengarkan dirinya dan memilih untuk menahan siksaan. Emilia masih ingat percakapan mereka kemarin.Emilia memegangi sebuah balok kayu, ia menatap Keana yang dalam kondisi menyedihkan itu. "Aku tidak tahu apa sulitnya kau mengikuti perintahku, ini sangat mudah. Aku akan membebaskan mu dan kau harus ke luar negeri. Tapi sebelum itu kau harus membuat Arthur membencimu."