Share

The New World
The New World
Penulis: Y-Rin

Chapter 1. Permulaan

Taman bermain Finn mencetak rekor dengan jumlah pengunjung tertinggi tahun itu. Semua wahana hiburan ramai dan antrian membludak, seolah-olah seluruh penduduk kota memutuskan hari itu adalah hari yang tepat untuk bermain. Jeritan senang, teriakan, tangisan, semua membaur dalam suasana musim panas. Sinar matahari yang sangat terik dan udara panas yang membakar kulit tidak membuat semangat para pengunjung surut. Mereka semua menikmati liburan musim panas yang hampir berakhir.

Di salah satu café di dalam taman bermain Finn, lima orang remaja sedang duduk beristirahat di teras luar. Bagi murid SMA Culfox, wajah kelima orang tersebut tidak asing. Bahkan mungkin ada beberapa wajah yang lebih baik dihindari jika ingin memiliki masa SMA yang tenang dan nyaman. Beberapa wajah lainnya, seperti Chang atau Cheryl, mungkin lebih susah untuk dihindari karena wajah mereka yang sangat rupawan.

Para remaja itu sedang asyik bercanda sambil merokok saat Samuel kembali dari dalam café. Ia membawa sekaleng soda dingin. Wajahnya terlihat geli ketika ia berjalan mendekati teman-temannya.

“Tebak siapa yang kulihat di dalam.”

Kelima temannya menatapnya dengan ekspresi yang beraneka ragam.

“Coba kutebak; wanita mana yang tidak beruntung kali ini?”

Cheryl mendengus. “Ayahmu?”

“Kalau dia bertemu ayahnya, dia pasti sudah mati sekarang.”

Samuel memutar bola mata. “Lucu sekali.”

Salah seorang gadis tersenyum dan bertanya, “Jadi, siapa?”

Bibir Samuel, yang menyentuh kaleng, tertekuk ke atas. Matanya berbinar dengan cara yang membuat Kim mengernyit. “Lock.”

Hening sejenak, kemudian..

“Siapa?”

Samuel berdecak melihat ekspresi kosong teman-temannya. “Gah!” ujarnya jengkel. “Lock si ‘Badut’. Pelayan Jihun dan anteknya.”

 “Oh, anak aneh penyendiri itu.”

Cheryl mengunyah kentang dengan wajah jemu. “Maksudmu, pelayan Avery? Kenapa tidak mengatakan saja ‘Pelayan Avery’? Tidak ada yang tahu siapa nama aslinya.”

Beberapa temannya tergelak dan setuju.

“Jadi, kenapa dia ada disini? Apa Jihun dan Avery disini juga?”

“Uah,” Chang menjulurkan lidahnya dengan ekspresi mual. “Aku tidak mau bertemu si keparat itu disini.”

Pemuda di sampingnya nyengir lebar. “Taruhan kau tidak akan berani berkata begitu di depan wajahnya.”

“Hah!” Chang mendengus dengan angkuh. “Kuterima. Memangnya aku terlihat takut dengan si brengsek itu?”

“Sesama sampah tidak akan saling mengusik,” Kim mengangguk, menyetujui. Chang melempar popcorn ke arahnya. “Kenapa kau marah? Kau sendiri yang bangga menyebut dirimu sebagai..”

“Dia menjadi pelayan.”

“Yap, pelayan.” Kim terdiam sejenak. “Tunggu, apa?”

Samuel menyeringai. “Si Lock. Dia menjadi pelayan di dalam sana. Sepertinya dia kerja sambilan.”

“Yah, aku tidak heran. Memangnya, apa yang dia lakukan? Menjadi badut?”

Samuel langsung berdiri dan menirukan apa yang dilihatnya tadi. “Silakan, ini minumanmu. Kau butuh es batu?”

Teman-temannya tertawa melihatnya.

“Bagaimana jika kita membayarnya menjadi badut untuk kita hari ini? Aku sudah mulai bosan disini.”

“Apa? Kau bercanda?” Cheryl mendelik.

Mereka mengabaikan Cheryl. “Desas-desusnya, dia melakukan apa saja demi uang. Tempat dia tinggal adalah bangunan milik Avery. Itulah sebabnya dia menjadi pelayan wanita itu.”

“Tunggu, jadi dia pemuas nafsu Avery? Bisa dipahami.”

Semua terbahak kecuali Cheryl. Dia menggumam, “Dia bahkan tidak menarik.”

“Oh, dia keluar,” Samuel sedang mengamati pintu teras sambil nyengir. Dia melihat sosok seorang pemuda yang dikenalnya, tengah membawa nampan dan berjalan lurus ke arah mereka.

“Kau pesan sesuatu?”

Samuel mengangguk sembari menenggak soda. “Yeah, kupikir kita semua pasti ingin bertemu dengannya. Jadi, aku tadi memesan…” suara Samuel memelan. “… kentang.”

Cheryl, yang masih cemberut, tidak tertarik dan terus memakan kentangnya yang sudah dingin. Dia masih kepingin bermain, tetapi gara-gara teman-temannya, kemungkinan besar mereka semua tidak akan berpikir untuk melanjutkan permainan. Ini semua dikarenakan si pelayan Avery. Cheryl membenci Avery.

Setelah menghabiskan satu kentang goreng, Cheryl baru menyadari bahwa kelima teman-temannya terdiam. Dia memandang Kim, yang duduk di depannya, sedang bengong tanpa berkedip. Cheryl kemudian melirik Chang, dan hampir tersedak melihatnya. Chang selalu menjaga penampilannya yang sempurna dan tidak pernah menolerir jika dirinya terlihat bodoh dan jelek. Tetapi saat ini, kedua deskripsi itu tergambarkan dengan tepat di wajah eloknya. Cheryl tergoda untuk mengabadikan momen langka itu, namun kemudian sadar bahwa ekspresi kedua temannya yang lainpun tidak lebih baik – yang mana itu sangat aneh.

Pada saat itu, Cheryl mendengar suara di belakangnya.

“Um, kentangmu?”

Itu suara pria asing yang terdengar keheranan.

“Eh, ya, ya..” jawaban dari Samuel terdengar pelan, aneh, dan tidak yakin, seolah-olah dia setengah sadar. “Taruh saja di meja…”

Tangan putih terjulur menaruh kentang yang baru digoreng dan terlihat menggiurkan, ke atas meja. Cheryl suka kentang goreng dan dia langsung mencomot satu sambil menatap teman-temannya dengan kening berkerut. Semua temannya masih memandangi satu titik; dan titik itu berada tepat di belakang Cheryl.

“Ada apa dengan kalian?” tanya Cheryl heran. “Bukankah kalian ingin bicara dengan orang ini?” ibu jari Cheryl menunjuk ke belakang.

“… Denganku?”

Cheryl mengunyah kentangnya sambil tertawa kecil. “Ya,” jawabnya. Dia menoleh dengan malas ke arah pelayan rivalnya. “Mereka ingin…”

Kentang terjatuh dari tangan Cheryl, mulutnya ternganga dan isi kentang terlihat di dalamnya.

Dia melihat sepasang mata gelap, yang selalu nampak menerawang jauh, di wajah seorang pemuda yang jauh dari kata ‘menonjol’ atau ‘maskulin’. Tubuhnya kecil dan kurus dengan rambut bewarna coklat pasir yang sedikit panjang hingga ke tenguk. Cheryl pernah melihat pemuda tersebut di sekolahnya, dan karena penampilannya yang demikian, dia tidak pernah meliriknya lebih dari sekali.

Namun saat ini, baik Cheryl maupun kelima temannya yang lain, tidak bisa mengalihkan pandangan dari sosok pemuda tersebut. Mereka tidak peduli bagaimana rupa pemuda itu yang selama ini sangat mudah dilupakan; tidak peduli bagaimana tubuhnya yang kurus; tidak peduli dengan ekspresinya yang selalu menerawang bahkan saat dia ditindas... Pada detik itu, mereka sampai di satu titik dimana mereka tidak akan peduli bahkan jika pemuda itu bertanduk atau berkaki empat.

Tidak ada lagi kamus tampan atau jelek, kurus atau gendut, tinggi atau pendek, kaya atau miskin. Itu tidak penting. Yang terpenting adalah orang yang berdiri di pusat segalanya; orang yang menyediakan daya tarik yang bahkan melebihi daya tarik seksual. Itu adalah daya tarik dimana orang-orang bersedia melakukan apapun demi orang itu. Sumber kehidupan berasal darinya.

Dan orang itu tidak lain adalah si Badut. Pelayan Avery. Si anak aneh. Lock.

Cheryl tidak kuasa menahan getaran yang muncul dari dadanya. Pandangannya seketika menggelap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status