Matanya terpejam dengan leher yang sudah dia jenjangkan. Memberikan akses lebih untuk Aldrich dapat menjangkaunya dan memberikan tanda kepemilikannya di sana.
Tak hanya itu, sebenarnya Stacy terpejam karena sentuhan jemari Aldrich yang bergerak mengusap di balik underwear yang dia kenakan. Usapan lembut yang sesekali dapat membuat Stacy tak dapat lagi menahan desahannya. "Keluarkan saja. Aku lebih suka bercinta dengan berisik," bisik Aldrich seduktif. Kalimat yang berhasil membuat Stacy melenguh hingga punggungnya melengkung. Bersamaan dengan satu jari Aldrich yang sudah menelusup ke dalam celana dalam Stacy dan memasukan jari tengahnya itu pada pusat Stacy. "Ahh— s–sakit, Al," lenguh Stacy. Tangannya berusaha menahan lengan Aldrich. Tapi, tentu saja Aldrich sama sekali tak menghentikan apa yang tengah dia lakukan pada pusat tubuh Stacy. "Tenang, sayang. Satu jariku hanya sebagai permulaan. Kau akan mendapatkan yang lebih luar biasa daripada satu jari tengahku!" Terdengar mengerikan. Membayangkannya saja sudah membuat Stacy bergidik ngeri. Satu jari saja sudah cukup membuatnya kesakitan dan tak nyaman, apalagi dengan milik Aldrich yang entah sebesar apa. Selama ini, Stacy bahkan tak pernah begitu intim dengan pria. Paling jauh, dia hanya akan saling mengecup satu sama lain dengan mantan kekasihnya terdahulu. Menjadikan Aldrich pria pertama yang berhasil menyentuh Stacy di setiap inchi tubuhnya. Bahkan, akan memiliki wanita itu seutuhnya malam ini. "Call me Sir!" Perintah Aldrich. Dia ingin lebih mendominasi Stacy. Dia suka saat Stacy mendesahkan namanya. Apalagi, kalau sampai wanita itu memohon padanya untuk melakukan hal yang lebih daripada ini. Stacy menggelengkan kepalanya untuk permintaan Aldrich di sana. Dia sama sekali tak menuruti permintaan Aldrich untuk memanggilnya seperti itu. Terasa seperti Stacy harus begitu menuruti keinginan Aldrich. "Sialan!" Mendapat penolakan dari Stacy, Aldrich bergerak cepat untuk melepaskan celana dalam milik Stacy denhan paksa. Sebelum akhirnya dia kembali menusukan jari tengahnya pada milik Stacy dan memberikan gerakan keluar masuk dengan cukup cepat. "Ahh! Aldrich, sakit! H–hentikan!" ujar Stacy nyaris berteriak. Jari Aldrich seperti baru saja mengoyak dirinya. Rasanya begitu ngilu, meski perasaan lain juga dia rasakan. Tapi, tetap saja, bergerak secepat itu membuatnya merasakan perih. "Aku akan selalu menghukummu kalau memang kau sulit untuk menurut, Stacy. Kau pikir aku tidak akan melakukan apapun, hah?! Panggil aku Tuan saat kita sedang melakukannya! Aku tuanmu, dan kau hanya pemuas untukku saat di atas ranjang!" Terdengar kejam. Stacy bahkan hampir meneteskan air matanya saat Aldrich berkata demikian. Belum lagi dengan rasa perih yang dia rasakan di bawah sana. "Oke, Tuan. Sakithh—" Stacy menyerah. Dia tak sanggup lagi menahan perihnya saat Aldrich sudah berniat untuk memasukan satu jari lainnya. Persetujuan Stacy membuat senyuman Aldrich terlukis. "Good girl!" serunya dengan usapan lembut pada milik Stacy. Sekarang, Stacy sadar kalau Aldrich memang tak sebaik itu. Dia bukanlah malaikat penolong. Melainkan iblis yang mencoba memenjarakan Stacy di dalam sebuah neraka yang tak berbeda jauh dengan penjara. Aldrich, tak sebaik yang dia kira. "Jangan takut. Aku akan melakukannya dengan lembut kali ini," ucap Aldrich lembut dengan tangan yang sudah mengusap kepala Stacy. Stacy takut. Dia nyaris kembali menangis, tapi di saat bersamaan dia juga mencoba menahan dirinya agar tak terlihat lemah. Karena bagaimana pun, dia sendiri yang menyetujui semua ini terjadi. Dia sendiri yang menandatangani kontrak dengan Aldrich, bahkan dia sendiri yang menawarkan tubuhnya pada pria itu demi apa yang berusaha dia dapatkan dari Aldrich. Pria kaya yang penuh kuasa dengan segala harta yang dia miliki. "Bersiaplah, malam ini akan menjadi malam yang panjang, baby. Mungkin kau akan kesulitan berjalan esok hari, tapi aku akan tetap berusaha selembut mungkin karena ini yang pertama bagimu," ucap Aldrich lembut. Selembut apapun, rasanya tetap saja membuat Stacy bergidik ngeri saat mendengarnya. Sampai pada akhirnya, Stacy bisa kembali merasakan pagutan bibir Aldrich di atas bibirnya. Lumatan yang teramat lembut dan berhati-hati. Seolah Aldrich memang begitu memikirkan kenyamanan Stacy, tanpa mengingat spa yang telah dia lakukan sebelumnya. Dan gilanya, Stacy kembali terbuai akan sentuhan yang diberikan Aldrich. Sentuhan dan pesona Aldrich begitu sulit untuk ditolak. Apalagi, saat Aldrich juga melenguh di tengah pagutan mereka saat Stacy secara tak sengaja menyentuhkan lututnya pada milik Aldrich di bawah sana. Milik Aldrich yang sudah mendesak di balik celana yang dia kenakan. "Kau membangunkan serigala yang lapar, sayang," ucap Aldrich dengan senyuman miring yang dia tunjukan pada Stacy. Dimana saat itu juga Stacy sadar tak ada lagi celah untuknya melarikan diri. Membuat dia berakhir dengan segala sentuhan yang diberikan Aldrich. Lenguhan demi lenguhan terus keluar dari mulutnya. Bersamaan dengan setiap sentuhan yang diberikan Aldrich hingga pakaian keduanya sudah terlepas sempurna. Sampai sebuah jeritan yang dibungkam dengan tetesan air mata yang berhasil lolos dari mata Stacy. Tepat saat milik Aldrich sudah berhasil menerobos masuk ke dalam pusat Stacy. Menghancurkan selaput dara wanita itu hingga darah nampak menetes di atas seprai putihnya. "Kau milikku seutuhnya, Stacy. Hanya aku. Hanya aku pemilikmu satu-satunya di dunia ini!" Seru Aldrich bangga saat menyadari jika dia benar-benar mendapatkan keperawanan Stacy. Stacy hanya bisa terpejam dengan rasa perih yang dia rasakan. Sekarang, dia bukanlah lagi seorang gadis. Kegadisannya telah hilang oleh suaminya sendiri. Suami yang tak dia cintai, suami di atas kontraknya. Malam yang panjang, malam yang penuh dengan rasa baru yang Stacy dapatkan bersama Aldrich. Meski terasa menyakitkan di awal, Aldrich telah memenuhi janjinya. Selain dengan perlakuan lembut untuk pertamanya. Juga dengan Aldrich yang nyatanya bergerak pelan demi Stacy. Memberikan beberapa kecupan demi menetralisir rasa sakit yang dirasakan wanita itu selagi Aldrich bergerak menghujamnya. Hingga pada akhirnya, surga dunia yang dijanjikan Aldrich berhasil dirasakan Stacy. Surga dunia yang begitu indah. Surga dunia yang pertama kalinya bisa Stacy dapatkan. Bersamaan dengan kecipak penyatuan mereka yang terdengar serta desahan dan lenguhan yang saling menyahut satu sama lain. Sampai pada akhirnya, puncak itu sampai. Hentakan kuat diberikan Aldrich hingga masuk sempurna ke dalam Stacy. Bersamaan dengan cairan miliknya yang masuk ke dalam sana. Hangat. Dan beberapa saat kemudian, aroma itu menguar. Aroma percintaan mereka, aroma surga dunia. Stacy sendiri terdiam dengan sisa pelepasannya. Kesadarannya seolah pulih secara perlahan setelah dimabukkan oleh sentuhan Aldrich. "Mau menambah perjanjian lain, Stacy?" Stacy menatap Aldrich kemudian menatapnya penasaran. "Apa?" "Berikan anak untukku.""Perkenalkan, ini istriku, Stacylia Frey. Dia yang akan menjadi Presdir sementara untuk menggantikan Pak Yovi."Itulah bagaimana Aldrich memperkenalkan Stacy pada beberapa orang yang sudah duduk di kursinya masing-masing. Sebuah perkenalan yang lantas membuat Stacy harus bersikap elegan sembari tersenyum dan memperkenalkan dirinya sendiri. Seperti yang diinginkan oleh Aldrich, Stacy sedang berusaha untuk menjadi seorang istri yang sempurna, untuk bisnisnya."Duduklah," ucap Aldrich pada Stacy.Stacy mengangguk dengan lembut. Dia pada akhirnya duduk tepat di samping Aldrich. Dan sekali lagi, Stacy tengah berusaha bersikap baik dengan segala manner yang dia miliki. Tak lupa, Stacy juga mencoba untuk terlihat angkuh.Membutuhkan waktu beberapa puluh menit untuk mereka semua membahas beberapa hal tentang perusahaan dan semacamnya. Stacy tak begitu tahu banyak hal tentang itu. Tapi, sedikitnya dia yang sudah paham dengan bisnis sedikit menger
"Karena dengan menjadi istriku, keamananmu adalah nomor satu. Kau tak pernah tahu bahaya yang mungkin akan datang saat menjadi bagian dari diriku."Bisikan yang diberikan Aldrich di telinganya jelas membuat Stacy tidak bisa tenang begitu saja. Jelas yang dikatakan pria itu mampu membuat kecemasan dalam dirinya bangkit. Tidak mungkin Stacy tidak khawatir kalau Aldrich mengatakannya dengan begitu serius.Sebab, di sisi lain, Stacy juga tak pernah benar-benar mengenal bagaimana Aldrich sebenarnya. Bagaimana pria itu menjalani kehidupannya. Meski lelah dengan hidupnya, tapi Stacy juga tidak mau kalau dia harus mati konyol hanya karena telah menjadi istri seorang Christian Aldrich Devoire.Stacy menelan ludahnya sendiri. "Apa orang-orang mencoba memburumu atau semacamnya?" tanya Stacy pada akhirnya.Rasa penasaran dalam dirinya tak bisa dielakkan lagi.Bukannya menjawab, Aldrich justru malah tersenyum dan mengangkat kedua bahunya."Ay
Cukup memalukan untuk Stacy saat Levin berucap demikian. Dimana itu berarti, Levin benar-benar mengetahui apa yang terjadi semalam. Tentang apa yang dia lakukan bersama Aldrich di dalam kamar hingga membuat Stacy melenguh dan mendesah dengan begitu keras. Nyaris seperti jeritan, tepat dengan yang dikatakan oleh Levin.Pun begitu, Stacy sudah mendapati Levin pergi dari mereka. Pria itu sudah berlalu meninggalkan Stacy dan Aldrich di sana. Bahkan, membuat Aldrich bisa merasakan bahunya sengaja ditabrakkan oleh tubuh Levin. Membuat Aldrich ingin sekali memberikan pukulan pada Levin, jika saja Stacy tidak mengalihkan fokusnya."Dari mana? Kenapa tidak mengatakan akan pergi?" tanya Stacy penasaran pada Aldrich.Nyatanya, wanita itu lebih memilih untuk memberikan pertanyaan, daripada membahas apa yang sebelumnya dikatakan oleh Levin."Ada urusan," jawab Aldrich singkat."Kenapa tidak membangunkan aku? Kau malah meninggalkan aku sendiri," ujar S
Stacy cukup terkejut saat dia telah berjalan keluar kamar pagi ini. Dimana dia yang tengah mencari Aldrich yang entah kemana sejak pagi buta, malah menemukan suasana Mansion itu yang sudah rapi. Dengan beberapa pelayan yang ada di sana. Padahal, sebelumnya suasana di sana begitu ramai dan dapat dipastikan jika pagi ini tempat itu akan begitu berantakan.Mungkin, karena memang Aldrich atau entah siapa yang mengurus tempat itu telah mengerahkan puluhan pekerja untuk membereskan semua itu. Hingga akhirnya, semuanya cepat beres dalam waktu singkat. Saat waktu baru menunjukan pukul tujuh pagi."Selamat pagi, Nona Stacy."Sapaan itu terus terdengar selama Stacy berjalan ke sana kemari untuk mencari Aldrich. Ya, itu adalah sapaan dari beberapa pelayan yang berpapasan dengannya selagi dia menyusuri beberapa tempat yang ada di sana."Ya. Apa kau melihat Suamiku?" tanya Stacy saat dia mulai merasa lelah mencari Aldrich ke sana kemari."Ah, Tuan Ald
"Jangan melakukan hal lain selain dengan menuruti perintahku dan menjadi istri yang baik untukku, Stacy. Atau kau, akan terluka. Lebih buruknya, kau mungkin akan mati."Kalau sudah seperti ini, jelas Stacy sudah tidak bisa melakukan apapun lagi. Dia hanya bisa menjadi seorang wanita yang telah patuh pada suaminya. Ah, atau mungkin lebih tepatnya itu adalah tuannya.Karena Stacy sendiri sadar kalau Aldrich tak benar-benar menganggapnya sebagai istri saja. Nyatanya pria itu juga menganggapnya sebagai seseorang yang bisa dia perbudak di antara bisnis dan urusan ranjangnya."Aku ingin beristirahat," ucap Stacy kemudian. Dia berusaha menghindari Aldrich di sana dengan bangkit dari duduknya.Aldrich malah menunjukan senyumnya pada Stacy yang sudah berdiri dari sampingnya."Memangnya siapa yang mengizinkanmu untuk beristirahat, sayang? Kau bahkan sudah menghabiskan beberapa waktu mu untuk tertidur di kamar Levin," ucap Aldrich dengan jari telunjuk yang sudah bergerak menggaruk pelipisnya yan
Tidak seperti Stacy yang terlihat begitu gelisah mendengar suara Aldrich di luar sana. Levin justru terlihat santai dan tenang-tenang saja, seolah kehadiran Aldrich bukanlah hal yang akan menjadi masalah untuk dirinya. Padahal dari suaranya saja terdengar jelas jika Aldrich tengah berada di dalam sebuah amarah."Tenang saja, jangan khawatirkan apapun. Biar aku yang menjelaskan pada pria itu," ucap Levin saat melihat kekhawatiran Stacy.Dia juga sudah berjalan melewati Stacy di sana. Dimana dia kini telah membukakan pintu kamar tersebut.'Levin, benar-benar tidak merasa takut untuk berhadapan dengan Aldrich?' tanya Stacy dalam hati.Menghela nafasnya dalam, Stacy sempat memejamkan matanya untuk beberapa detik. Dia mempersiapkan diri jika saja Aldrich memarahi dan melemparkan makian padanya."Hai! Lama tidak bertemu, Aldrich. Kakakku!"Stacy kembali dikejutkan dengan hal lain. Kakak, katanya? Stacy sampai harus berpikir dengan baik, dia takut jika memang telinganya salah mendengar Levin