Ayunda membantu pelayan untuk menyajikan sarapan di meja makan sebelum Nathan dan Alson turun, biasanya ada Tuan Besar Haris dan Nyonya Besar Sisilia yang bergabung untuk sarapan namun karena mereka tengah mengunjungi cucunya di Australia, (Anak-anak dari Gina putri pertamanya) hal membuat meja makan telihat sepi.
“Good Morning, Mama Gita!“ sapa Alson berjalan menghampiri Ayunda yang tengah menyiapkan sarapan.
Mama Gita, adalah panggilan khusus Alson pada Ayunda sedari dulu, Alson selalu menganggap dan berharap Ayunda bisa menjadi ibunya kelak.
“Hay, good morning, Son!“ sapa Ayunda kepada Alson yang berjalan mendekati dirinya.
Ayunda menghampiri Alson dan merapikan sedikit baju Alson yang terlihat sedikit belum rapi,
“Sudahh,“ ucap Ayunda tersenyum lalu menarikkan satu kursi untuk Alson duduk.
“Terimakasih, Mama.” ucap Alson yang masih sangat lugu.
Ayunda menganggukkan kepalanya dan tersenyum, Ayunda berdalih menuangkan susu untuk Alson.
“Bagaimana pagi ini? kamu dalam keadaan yang sehat kan?“ tanya Ayunda sembari menungakan susu di gelas
Alson mengangguk,
“Alson sehat, Ma.” ucap Alson tersenyum.“Syukurlah, Mama akan selalu sediakan kamu vitamin disalam tas ya, Sayang.” ucap Ayunda tersenyum, Ayunda juga telah terbiasa menyebut dirinya Mama kepada Alson, semua begitu saja seiring berjalannya waktu.
“Sepertinya kamu yang kurang sehat hari ini!“ suara bariton pria terdengar nyaring ditelinga Ayunda, siapa lagi jika bukan Nathan.
Nathan yang hendak menyusul Alson untuk sarapan pun tak sengaja mendengar percakapan Ayunda, dan Alson. Nathan mulai berjalan mendekati meja makan, Ayunda segera membungkukan badannya memberi hormat kepada bosnya.
“Selamat pagi, Pak.“ sapa Ayunda dengan sopan.
Nathan mengangguk, menerima salam Ayunda dan ia segera duduk dikursi miliknya untuk menikmati sarapannya.
Mata Alson menelisik wajah Ayunda,
“Apa benar, Mama Gita sedang kurang sehat?“ tanya Alson yang begitu penasaran saat sang Ayah mengatakan jika Ayunda lah yang terlihat kurang sehat pagi ini.Ayunda tersenyum kepada Alson,
“Tidak, Sayang, Mama baik-baik saja.” ucap Ayunda lembut membuat Alson mengangguk paham.“Mata pandamu merusak penampilanmu hari ini!“ ucap Nathan yang mata dan tangannya tengah fokus memotong roti dipiring.
Ayunda tersenyum ramah dan manis,
“Terimakasih pujianmu, Pak, saya hanya menyelesaikan deadline akhir bulan agar tepat waktu.“ ucap Ayunda sopan.Nathan menganggukkan kepalanya sembari mengunyah roti dan menatap wajah Ayunda, tangan Nathan pun sesekali memainkan pisau yang digunakan untuk memotong rotinya.
Sedangkan Ayunda menatap bosnya dengan senyum manisnya, meski dalam hatinya memanas.
“Haishh bisa-bisanya manusia ini mengomentari mata pandaku, jika mata panda ini tak ada hari ini artinya kerjaanmu tak selesai Bodoh!“ batin Ayunda mendengus kesal.
“Aku tau kamu tengah memaki diriku dalam batinmu Yun, aku sangat hafal denganmu, Ayunda hahaha!“ batin Nathan tertawa girang.
Melihat senyum Ayunda setiap hari selama 6 tahun membuat Nathan sangat hafal mana senyum yang nyata dan senyum terpaksa. Namun hal itu membuat Nathan terhibur setiap hari sampai ia tak sadar jika ia memang telah bergantung pada Ayunda.
Nathan dan Alson telah menyelesaikan sarapannya, para pelayan keluarga Abraham mulai membersihkan meja makan.
Alson telah pergi berangkat kesekolah dengan sopir pribadinya, sedangkan Nathan dan Ayunda tengah berjalan untuk memasuki mobil yang Ayunda kendarai tadi.
“Agenda hari ini bisa kamu bacakan saat kita sudah dikantor.“ ucap Nathan sebelum ia masuk kedalam kursi belakang mobil.
Ayunda segera masuk kedalam mobil, ia duduk di kursi kemudi. IYA, Ayunda yang mengendarai mobil itu, hanya terkadang Nathan akan meminta sopir pribadi keluarganya untuk berkendara ketika mereka mengecek proyek diluar daerah.
“Baik, pak, Agenda hari ini akan saya bacakan di kantor nanti. Apa ada hal lain yang, Bapak inginkan sebelum kita sampai dikantor nanti?“ tanya Ayunda memastikan .
“Tidak, berkendaralah dengan baik.“
“Baiklah, Pak.“
Ayunda mulai menghidupkan mobil dan mulai berkendara menuju Abraham’company office.
Ayunda berkendara dengan fokus dan baik, sedangkan dibelakang sana Nathan tengah asiknya memejamkan mata melanjutkan tidurnya kembali.
Namun tiba-tiba….
Dering ponsel Ayunda membangunkan Nathan, Nathan sedikit tersentak dan terkejut.
Ayunda yang sempat melihat dari spion tengah pun sedikit terkekeh.
“Maaf, Pak, ini panggilan dari, Mr.Paul." ucap Ayunda sembari memasang earphone ditelinganya lalu mengangkat panggilan telepon tersebut.
Dibelakang sana Nathan mendengus kesal melihat kekehan Ayunda yang mengejek dirinya.
“Good morning, Mr.Paul with, Ayunda’s speaking here, how may i assist you?“ salam Ayunda dengan ramah.
“Hello, Ms Yunda there’s some trouble with my company. Could we meet in 15 minutes? I have to discuss something with you and, Mr Nathan before going back to UK today.“ ucap pria diseberang sana.
“Well, we still on the way but we will arrive on 15 minutes. Please wait a moment!“ ucap Ayunda dengan tegas.
“Alright, thank you, Ms Ayunda. Take care “
“Thanks, Mr Paul “ ucap Ayunda.
Ayunda segera mematikan panggilan tersebut, satu tangannya melepas earphone pada telinganya.
“Ada apa?“ tanya Nathan yang penasaran.
“Mohon kencangkan seatbelt pak, kita harus sampai 15 menit dari sekarang. Mr Paul sudah menunggu kita dikantor dan ia akan segera balik ke Uk hari ini.” ucap Ayunda.
“WHATT!!” Nathan terkejut.
“15 Menit? mengapa kau menyanggupinya, perjalanan kita masih panjang, Ayunda!” sambung Nathan sedikit geram.“Ketika saya merasa mampu akan saya sanggupi, saya mohon untuk, Bapak mengencangkan sabuk pengamannya." ucap Ayunda lalu menekan pedal gas lebih dalam.
Nathan tak bisa berkata apapun lagi, ia sudah mengenal bagaimana Ayunda.
Ayunda berkendara dengan kecepatan penuh, matanya fokus melihat kedepan dan sesekali melirik kebelakang lewat spion kaca diluar mobil. Ayunda juga sangat lihai dalam urusan salip menyalip.
Dibelakang Ayunda, Nathan enggan mengucapkan kata-kata lagi toh Ayunda takkan mendengarkan. Tangan Nathan memegang seatbelt dengan eratnya, sedangkan matanya terpejam.
14 menit berlalu.
Setelah seperti berada diujung maut, mobil yang dikendarai Ayunda pun sampai didepan diloby perusahaan Abraham. Para pengawal yang berjaga didepan lobby mulai membukakan pintu untuk Nathan. Ayunda pun ikut keluar dari dalam mobil dan berjalan dibelakang Nathan sembari memegang tab yang ia gunakan untuk bekerja. Mereka berjalan menuju lift dan hendak naik ke lantai atas ruangan Nathan, para staff menunduk hormat kepada Nathan dan Ayunda yang lewat didepan mereka.
Ayunda yang memang sudah terkenal sebagai sekertaris handalan Nathan dan juga tangan kanan Nathan, hal itu membuat seluruh staff menghormati Ayunda layaknya mereka menghormati Nathan. Meski ada beberapa orang yang ingin menggantikan posisi Ayunda sebagai sekertaris Nathan, bahakan beberapa dari mereka tak segan membicarakan Ayunda dibelakang mereka. Ayunda tahu itu semua, namun ia tak mau ambil pusing untuk meladeni manusia-manusia iri dibelakangnya.
Ayunda memencet tombol lift agar terbuka, mereka menggunakan lift khusus petinggi yang memang boleh diakses oleh Nathan, Ayunda dan petinggi Abraham’group lainnya tentu juga para Investor/ Rekan bisnis.
Didalam lift , Ayunda dan Nathan berdiri sejajar
“Bahasa Inggrismu dan caramu berkendara sudah sangat baik,” ucap Nathan ditengah keheningan mereka didalam Lift.
“Terimakasih atas pujianmu pak, ini semua berkat dukungan dan semangat yang bapak berikan kepada saya.“ ucap Ayunda tersenyum manis seperti biasa.
Nathan pun hanya tersenyum dan mengangguk. Mengingat bagaimana tahun-tahun pertama Ayunda harus belajar berkendara dan memperdalam englishnya yang dipenuhi dengan cacian Nathan, namun Ayunda sangat bersyukur berkat Nathan ia bisa seperti sekarang ini.
The Power Of Love (28) Sinar surya terbit menghangatkan seluruh makhluk hidup di bumi. Ayunda dan Nathan telah terbangun pukul 07.00 pagi waktu jam Australia. Ayunda terbangun lebih dahulu karena ia ingin membantu para pelayan di Mansion untuk menyiapkan makanan dan beberapa cemilan yang akan ia bawa untuk piknik bersama si Kembar. Kini mereka telah bersiap dikamar mereka masing-masing, meski matahari begitu terik, namun udara masih terasa dingin. Ayunda mengenakan pakaian casual dipadukan dengan jacket tebal agar ia tak kedinginan. Begitu pula Nathan, ia mengenakan sweater tebal dan celana panjang. Ayunda masih harus memoleskan bibirnya dengan pewarna agar ia terlihat cerah dan cantik seperti biasanya. “Sempurna!” seru Ayunda, melihat bagaimana dirinya dari pantulan cermin membuat dirinya senang. Ayunda segera bergegas untuk keluar dari kamarnya dan menemui Nathan untuk segera bersiap ke Sydney Park.
30 Menit Perjalanan. Mobil mewah milik Kevin dan Gina telah sampai di sebuah Mansion besar dan mewah milik Kevin dan Gina. Selama perjalanan, Zoe dan Zia tak henti-hentinya berebut untuk berpangku di pangkuan Ayunda. Nathan yang menyaksikan itu semua hanya menyembunyikan rasa senangnya. Nathan sangat bahagia, Ayunda tak hanya mampu menaklukan hati Alson saja, namun ia juga mampu menaklukan hati keponakannya, Zia dan Zoe. “Yun, kamarmu seperti biasa bersebelahan dengan kamar Nathan. Aku sudah meminta staff disini untuk membersihkannya kemarin. Bersihkanlah dirimu dulu, jika kau merasa lelah beristirahatlah tapi akan lebih baik kita bisa makan malam bersama. Aku sudah siapkan masakan kesukaanmu.” ucap Gina kepada Ayunda yang tengah berdiri di ambang pintu kamar tamu. Ayunda tersenyum senang, rasa hangat keluarga selalu ia rasakan didalam keluarga Abraham. Tak hanya Haris dan Sisilia, Gina dan Kevin juga ikut memp
Ayunda membulatkan matanya, ia sangat terkejut. Ayunda bergegas hendak bangun dari pangkuan Nathan, namun Nathan dengan kuat mencekalnya. Nathan mengeratkan kedua tangannya memeluk pinggang Ayunda. “Biarkan seperti ini, sebentar saja.” ucap Nathan. Ayunda melemah, ia tak memberontak lagi. Ayunda membiarkan Nathan memeluk dirinya hangat. “Apa kau memiliki masalah?” tanya Ayunda dengan lembutnya. Nathan mendongakkan kepalanya menatap Ayunda. Nathan tersenyum dan mengangguk. Melihat wajah Nathan yang menatap dirinya serius membuat Ayunda penasaran. Masalah apa yang di miliki Nathan sehingga Ayunda harus menjadi tameng penghangat Nathan. “Apa masalahmu, ceritakan padaku. Aku yakin, aku bisa membantumu.” ucap Ayunda dengan antusias. “Masalahku itu kamu.” sahut Nathan seraya menatap manik mata hitam lelat milik Ayunda. Ayunda memincingkan matanya, “Apa kau masih memikirkan kepergianku sebagai Sekertaris? Apa kau seham
Hari berganti dengan begitu cepatnya. Tak terasa ini adalah hari yang ditunggy oleh Nathan. Membawa Ayunda ke Australia untuk berlibur selama 10 hari kedepan. Ayunda sebelumnya telah mengajukan permohonan pengunduran diri kepada HRD Abraham’company. Dan itu mengejutkan seluruh karyawan Abraham’Company. Haris dan Sisilia juga sangat terkejut atas berita ini, namun dengan tenang Nathan mengatakan jika semua akan baik-baik saja. Meski hati Haris dan Sisilia tidak menerima jika Ayunda harus pergi, namun ia tak bisa memaksa kehendak Ayunda. Haris dan Sisilia menyerahkan semua kepada Nathan.Bandara Udara International Soekarno Hatta. Haris dan Sisilia ikut adil mengantarkan Nathan dan Ayunda untuk bertolak ke Australia. Alson tak ikut, ia terpaksa tidak diikut sertakan untuk mengantar Ayunda dan Nathan. Karena jika tidak, Alson pasti akan merengek dan ingin ikut.“Kalian jangan lupa kaba
Sebulan berlalu telah berlalu dengan cepat. Project jam tangan Abraham’company juga telah berhasil launching tanpa hambatan. Bahkan, jam tangan tersebut berhasil menjadi trending topic dan laku keras dalam kurun waktu seminggu.Kini mereka ada disini, di ruang meeting. Dengan wajah gembira dan suka cita. Selama sebulan bekerja penuh dengan tekanan, hasilnya berbuah dengan sangat manis.“Saya sampaikan kepada seluruh team. Saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Terutama untuk Sekertaris Ayunda. Karena telah sigap menangani kasus pada project ini dengan sigap. Karena itu, project ini menjadi berhasil dan menguntungkan banyak pihak. Kita lihat disini, penjualan semakin meningkat setiap detiknya. Akan saya minta pada Bagian Devisi Sales dan Marketing untuk menguatkan promosinya.” ucap Nathan yang memimpin rapat sembari menunjukkan presentasi penjualan di depan layar Lcd.Seluruh team yang mengikuti meeting pagi ini terlihat sangat senang d
CklekPintu ruang rawat Ayunda terbuka, terlihat Haris, Sisilia, dan si kecil Alson yang berlari menuju brankar tempat Ayunda berbaring.Ayunda sedikit terkejut, karena kehadiran Tuan dan Nyonya Abraham untuk mengunjungi dirinya.“Mama!” isak Alson berlari menuju Ayunda dan memeluk Ayunda erat.“Hey, Son!” sapa Ayunda seraya mengelus rambut Alson.“Mama, dimana yang sakit? Mengapa, Mama, bisa sakit? Apa Alson nakal sehingga mama kelelahan?” tanya Alson beruntun, pria kecil itu sangat mengkhawatirkan Ayunda. Mendengar Ayunda masuk Rumah Sakit, si kecil Alson langsung mendesak Sisilia untuk mengantarkan dirinya bertemu dengan Mamanya.“Hey, Mama, baik-baik saja, Sayang. Bahkan, sebentar lagi, Mama, sudah boleh pulang.” jelas Ayunda menenangkan Alson.Alson mengangguk seraya melepas pelukannya kepada Ayunda. Bocah kecil itu mengelap ingusnya, membuat Ayunda s