공유

BAB 12 : Semesta

작가: shalunace
last update 최신 업데이트: 2024-09-04 18:41:10

APA-APA saja yang berhubungan dengan Jessica memang selalu akan tampak menarik untuk di saksikan. Oleh karenanya pemuda kelinci tersebut tidak dapat lagi menahan diri dan meletuskan tawanya dengan terbahak-bahak usai menonton video berdurasi singkat yang di unggah pada salah satu akun sosial media, di mana Jessica lagi-lagi unjuk kebolehannya dalam patah mematahkan tulang manusia bahkan tak hanya video akan tetapi komentar demi komentar yang terus-menerus mengirim kolom postingan juga kapabel membuat perut Alvin tergelitik bukan main sampai-sampai ia berpikir ia bisa saja menangis di buatnya. Tangan pemuda itu juga sampai memukul-mukul sofa markas dan spontan menunjukkan layar ponselnya pada Gerald. "Liat! Liat! Dia naikin kaki ke bahu si ceweknya terus hampir matahin tangannya tapi Chelsie ke buru dateng," Alvin berdecak sebal kemudian. "Kecewa penonton."

Kalau kalian semua tidak tahu maka percayalah bahwa saat ini rasa ingin menghantam Alvin dengan buku-buku di hadapan benar-benar meningkat drastis pada angka yang tak dapat lagi ia perkirakan. Gerald betulan merasa jengkel setengah mati sedari tadi akibat ledakan tawa manusia kelinci tersebut yang mana jelas-jelas mengganggu konsentrasinya nan sedang fokus mengerjakan tugas sekolah, akan tetapi si empu tersebut malah bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. 

Ini jauh lebih menyebalkan, jujur saja. 

Gerald berdecak kasar dan membanting penanya ke meja. "Njing! Bisa lo sedekahin nggak sih mulut lo? Ganggu bangsat! PR gue banyak nih! Susah konsen gegara mulut lo, berisik banget!" keluhnya di iringi umpatan penuh kasih sayang pada sang kawan. "Biarin gue fokus bentaran dulu elah!" tandasnya jengah. 

"Yeee! Belajar mah di rumah bukan di sini. Ini tempat umum, jadi gue berhak melakukan apa pun di sini, nggak ada urusan sama lo," balas Alvin menolak melakukan toleransi. Dia mendelik sebal, "Lagian tumbenan amat lo rajin begini? Kenapa? Ketauan cewek lo lagi?"

"Kan main! Si Thomas cepu ke Keisha kalau gue bolos kemaren gara-gara gue nggak mau ngasih nomor Anne, anak IPS 3. Sialan! Ketemu gue gamparin sampe ompong giginya, setan! Gedeg banget gue, gila!" tukas pemuda tersebut sebal luar biasa dan menarik napas kemudian sebelum meraih ponselnya. "Btw, Jessica apa nggak bosen trending mulu di base sekolah apa? Tiap hari ada aja ulahnya sama kayak orang yang gue kenal," sambungnya sembari melirik keki ke arah sang kawan.

Alvin mengabaikan sindiran itu, dia mengedikkan bahu tanda tidak peduli. "Biarin dia berkaryalah. Gini-gini juga jadi hiburan kita bersama," sahut Alvin sekenanya. "Anak-anak di sekolah kalau nggak ngegosipin Jessica siapa lagi coba? Objek utama pergunjingan mereka ini."

"Najis!" balas Gerald. "Tapi bener, sih. Gitu-gitu juga mereka sok banget merasa paling oke, tapi ngehujat di sosmed begini nomor satu. Ketemu langsung juga ciut."

"Kecuali gue. Hehe!"

"Pale lo meleduk! Tobat maneh! Biar kayak gue dapat cewek cakep dan baik hati. Apa nggak kepengen punya cewek juga lu daripada gangguin itu anak bar-bar satu?"

Pemuda serupa kelinci tersebut mendengus kesal, ia lantas memperbaiki posisi guna menghadapkan tubuh dan fokusnya sempurna tertuju kepada Gerald. Ia kemudian langsung saja memaparkan apa-apa saja isi dalam kepalanya sekarang. "Gue di kenal orang-orang karena ganteng. Liat nih tampang tampan nan rupawan ini. Cewek lo sekali kedip pingsan kali."

"Gue colok tuh mata lama-lama, ya. Setan bener kelakuan!" berang Gerald seraya melotot. Pemuda itu menghela napas kasar, "Di base sekolah kita dua bulan terakhir ini di isi lo sama Jessica mulu. Kke nggak ada berita lain, anjir. Eneg gue, sumpah!"

"Yaa, tinggal lo mute apa salahnya, dongo?!"

"Masalahnya di base juga maparin Keisha yang ikut lomba ini-itu. Gue nggak bisa ketinggalan berita dan foto terbaru nan HD," balas Gerald kesal. "Jomblo tapi buaya kayak lo nggak bakalan tau apa isi hati gue. Cuih! Doyan PHP doang hidup lo gue liat. Najis!"

"Iri lo karena nggak bisa deketin cewek mana pun lagi karena udah punya gandengan?" ejek Alvin sambil terkekeh menghina. "Cie-cie, gue bilangin Keisha nih, yaa," godanya jahil.

Gerald menepuk-nepuk pundaknya untuk mengusir debu halus di sana. Ia menukikkan bibirnya tajam, "Gue udah ketemu yang klop. Yang bikin hari gue berwarna dan ngajak gue ke jalan yang bener. Selagi di kasih malaikat dalam bentuk Keisha kenapa harus gue tolak coba? Lonya aja yang tolol, ada cewek baik-baik tapi lo anggurin. Cewek baju minim lo goda. Setan kelakuan lo gue bilang."

"Masa muda itu harus di pakai sebaik-baiknya karena cuma ada sekali seumur hidup," sahut Alvin tak mau kalah. Ia mendecih, "Gue doain putus lo, nangis jangan ke gue. Tolak bala gue!"

"Nggak papa. Abis putus langsung gue nikahin. Halal! Gass terusㅡngueeenggg!" tandas Gerald sembari mengilustrasikan mobil kecepatan tinggi dengan gerakan tangannya.

Pemuda kelinci tersebut mendecih kuat-kuat, menunjukkan ketidaksukaannya dan merotasikan matanya jengah. Memang sudah paling benar kalau Alvin akan merasa terhibur mengganggu Jessica. Ah, sayang sekali Alvin kabur tadi siang. Seharusnya ia tetap di sekolah dan menerima amukan gadis berponi tersebut lalu tinggal menangkis serangan. Toh, serangan Jessica padanya sering meleset juga. Ah! Sial! Alvin menyesalinya sekarang.

Well, tak ada gunanya mengutuk-ngutuk sekarang lantaran senyuman pemuda kelinci tersebut cepat-cepat terkembang saat melihat sebuah video singkat pada snapgram salah satu temannya. Jessica akan datang ke arena balapan.

Alvin tertawa renyah dan segera bangkit lalu menyambar kunci motornya. “Daah, Gerald. Selamat bercumbu dengan buku-buku sialan lo itu. Gue cabut ke arena.”

“Pasti ada Jessica,” tembak Gerald tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

“Eh! Sok tau!”

Akhirnya sang lawan bicara mendongakkan kepalanya dan memandang sukar di percaya bersama seulas senyum sinis. Gerald total memandang rendah sang kawan. “Benekan? Lo 'kan cuma mau ke arena kalau ada Jessicanya. Selebihnya mah boro-boro ikutan balap, mampir aja ogah. Yakin di arena nggak ada Jessica?”

Alvin memandang jengkel temannya tersebut dan menukikkan bibirnya tajam sebelum mendengus kasar. “Bacot! Gue cabut, malesin sama orang sok tempe kayak lo.”

“Ya-yaa, silahkan pergi silahkan.”

“Jangan sok tau lo!”

Ketika pemuda kelinci tersebut ingin keluar dari markas Daniel dan Thomas baru saja datang. Dan bertanya sebagaimana mestinya akan ke mana Alvin pergi sementara mereka baru saja tiba? Namun si empunya malah melotot sebal dan pergi begitu saja tanpa mau memberikan sebuah jawaban manusiawi. Thomas menghempaskan dirinya di sofa dan melirik Gerald.

“Alvin mau pulang?”

“Mau ketemu semestanya,” jawab Gerald.

“Hah?!” Daniel dan Thomas kompak tidak mengerti sedangkan Gerald terbahak-bahak tanpa berniat menjelaskan.

•√•

Lembayung jingga seolah tumpah mewarnai angkasa bersama awan-awan yang mulai berwarna serupa ketika Jessica sampai pada sebuah tempat pemakaman umum. Gadis tersebut menggenggam buket bunga mataharinya erat-erat dan terus menyusuri jalan setapak. Jessica sempat menyapa penjaga makam sebelum menaiki tangga dan bergerak terus ke tengah-tengah. Si gadis berponi akhirnya sampai pada tujuannya dan berjongkok di sebelah gundukan tanah.

“Halo? Sica di sini.”

Begitulah si gadis menyapa bersama sebuah senyuman termanis yang jarang di keluarkan percuma. Jessica meletakkan buket bunga tersebut di atas makam kemudian mengulurkan tangan guna mengusap batu nisan dengan gerakan lembut.

“Cal, aku mau cerita tapi jangan marah, ya?” ucap si gadis takut-takut seolah betulan akan ada orang yang memarahinya. “Jadiㅡhuft! Aku ngamuk lagi dan hampir matahin tangan orang hari ini padahal kamu ulang tahun. Yaaa, aku tau aku udah janji nggak akan bikin ulah di hari ulang tahun kamu tapiㅡyaaa, kepaksa, Cal! Abisnya dia nyebelin. Nyebelin banget. Ish! Aku sebel tau sama dia, seenaknya ngomentarin hidup orang kayak hidupnya yang paling bener.”

Manik bulat tersebut menunduk redup sementara tangan-tangannya mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh. “Padahal 'kan semua manusia punya lubang di hidupnya,” cicit Jessica, setengah merajuk.

Sepersekian sekon berikutnya senyum manis si gadis mengembang lagi. “Tapi nggak jadi aku patahin, kok. Serius! Chelsie udah datangㅡwuuussh! Kayak angin jadi dianya selamat.”

Barangkali dengan begini suasana hatinya perlahan-lahan membaik. Barangkali dengan bercerita di sana bisa membuat gadis berponi tersebut merasa dunia takkan berbuat kejam lagi padanya. Berhenti membuat alur hidup menyedihkan dan bergerak lambat membuat Jessica bahagia. Tidak muluk-muluk. Jessica hanya ingin kekosongan di hatinya punah secepat mata berkedip namun sayang semua takkan berjalan mudah seperti apa yang ia inginkan.

“Haical, aku rindu kamu. Selalu rindu. Aku butuh kamu. Kamu janji buat jadi obatku tapi kenapa harus pergi, Cal? Aku sebegitu nggak layaknya dapet kamu sampai-sampai Tuhan ngambil kamu dari aku? Yang aku butuhin cuma kamu, Cal.” Jemarinya terkepal kuat-kuat sehingga buku-buku jari memutih sepenuhnya bersama rasa pahit berdenyar merongrong dada. Jessica kesulitan mengatur napas tatkala melanjutkan luar biasa pahit. “Aku butuh kamu, Haical. Aku mau kamu. Permintaanku selalu sederhana dari dulu tapi nggak pernah terkabul.

“Aku beneran kangen kamu, kangen banget sampai rasanya hatiku … ” Jessica menjeda sembari memukul-mukul dadanya yang kini sesak. “ … kosong, Cal. Aku nggak ngerasain apapun lagi setiap bangun pagi sementara dulu aku bangun buat kamu. Supaya bisa ketemu kamu. Ini adil nggak sih buat aku, Cal?”

Air matanya lolos seketika dan Jessica segera menyeka kasar butiran bening tersebut. “Butㅡyeaah, aku nggak mau mellow.” Jessica segera mencondongkan tubuhnya dan mengecup nisan Haical. Senyumannya terlukis sendu saat ini. “Selamat ulang tahun, Haical. Semoga rasa sakit kamu dulu nggak akan pernah kamu rasain lagi di sana. Semoga kamu berada di tempat terbaik di sisi Allah. Aku sayang kamu, always and forever. You have place in my heart.”

Jessica berdiri selanjutnya, menepuk-nepuk belakang roknya yang sedari tadi menyapu tanah sebelum mengusap-usap batu nisan tersebut. Ia merenggangkan otot tangan dan mendesah berat. “Aku harus pulang sekarang, Haical. Aku janji kalau ada waktu aku main ke sini lagi. Maaf dan terima kasih. Aku pulang, daaah.”

Ada perasaan kosong ketika Jessica berbalik dan bergerak menjauh. Kehampaan jauh lebih kejam menyentak dada seolah tak pernah ada waktu luang yang diberikan untuk si gadis beristirahat dari dunianya yang kacau balau. Jessica hanya dipaksa untuk terus berjalan menuju garis akhir yang belum pernah menampakkan diri. Luar biasa menyebalkan jalan hidupnya ini. Setelah semua rasa sakit berkepanjangan yang si gadis dekap setiap sekon napasnya.

Nyatanya takdir enggan untuk bersikap lunak dan mengambil semestanya.

Semestanya Jessica.

Sekaligus obatnya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • The Princess Troublemaker   EXTRA BAB

    APABILA di umpakan secara gamblang, transparan dan tepat sasaran. Barangkali kejengkelan nan sedang menggerogoti jantung sekaligus hatinya telah menyerupai gunung aktif yang siap memuntahkan lahar panas guna membumi hanguskan sekitarnya. Menghancurkan setiap sentinya. Melenyapkan setiap eksistensi yang terlihat. Begitu pendeskripsian isi hati seorang Alvin sekarang ini. Dia sangat amat muak menghadapi situasi yang sama berulang-ulang kali. Hingga rasanya si lelaki bisa melakukan apa saja untuk menyingkir masalah nan sedang mengganggu kesehariannya tersebut. Jujur saja, bukankah dia lahir tanpa setangki kesabaran melimpah? Hei, dia jelas-jelas bukan badan amal. Mana sudi ia bersikap sabar terhadap orang-orang yang bahkan tidak ingin bersikap sabar atas dirinya; egois memang, akan tetapi Alvin mana mau repot-repot peduli.Emosi yang kini menguasai dadanya benar-benar tidak terbendung lagi, jadi Alvin harus memprioritaskan hati dan batinnya. Ini tidak bisa di tunda-tunda lagi jikalau tida

  • The Princess Troublemaker   EPILOG

    KABAR kembalinya sang penguasa Bina Bangsa menyebar dengan cepat yang bahkan tidak genap satu hari setelah beritanya masuk menuju masing-masing ponsel warga sekolah. Termasuk adegan epik sang tuan putri dalam melancarkan aksi balas dendamnya begitu menginjakkan kaki di sekolah. Memang tidak ada bukti fisik seperti video atau pun foto, akan tetapi hal ini mutlak mengirim teror bagi siapa-siapa saja yang telah lancang mengusik tiga sahabat gadis penguasa tersebut. Selepas fakta mengenai Chika menjalar bagaikan tanaman rambat, informasi baru dari korban-korban yang Jessica gasak habis di hari yang sama mulai simpang siur terdengar. Bahwa pembalasan dendam Jessica bukanlah lelucon semata. Tiada satu pun dari mereka yang berani membayangkan akan sesuram apa hari esok. Akan setegang dan seberisik apa Bina Bangsa esok, namun yang pasti, Jessica telah mendeklarasikan peperangan dan takkan ada yang bisa kabur dari cengkeramannya.Yah, terserah dengan apa yang akan terjadi. Alvin tidak peduli.

  • The Princess Troublemaker   BAB 75 : Make It Longer and Hotter!

    APABILA bundaran oranye tersebut dapat berbicara, barangkali serangkaian kalimat makian sudah terlontar kepada manusia kelinci yang masih bebal melantunkan bola basket nan kusam itu menuju ring walau telah terpeleset berulang kali. Alvin tetap bersikukuh melanjutkan permainan seorang diri di markas kumuh ini. Tempat terakhir ia benar-benar bertemu Jessica. Tempat yang menjadi saksi bisu akan seberapa besar perasaannya untuk gadis nakal tersebut. Oleh sebab itu ujung-ujungnya Alvin melarang keras yang lain datang ke tempat ini. Alasannya karena takut kenangannya dengan Jessica pudar begitu saja. Jelas, awal-awalnya muncul pertentangan akan tetapi jikalau Alvin sudah berkehendak. Siapa yang berani menantang memangnya? Cari mati namanya.Yah, setidaknya sampai Jessica kembali.Iya, begitu.Namun, kapan gadisnya akan kembali?Apa setelah mereka lulus SMA?Ah, sial! Perasaannya semakin memburuk bahkan hanya dengan memikirkannya saja. Alvin tentu saja tidak tahu apa-apa. Dia ini merupakan o

  • The Princess Troublemaker   BAB 74 : Ayo Pulang, Sica!

    PEMANDANGAN danau indah, secangkir kopi dan sepirinh roti panggang hangat. Perpaduan ini membuat Jessica merasa jauh lebih hidup di bandingkan yang sudah-sudah. Seolah ia baru saja menjadi manusia seutuhnya sekarang. Sebab sepanjang hidup, baru kali ia tidak bangun dengan beban berat pada pundak. Tidak ada lagi mimpi buruk yang mencekam. Tidak ada lagi sesak dalam dada. Tidak ada lagi pening yang menyerang kepala. Tubuhnya sungguh-sungguh terasa ringan hingga menjalani rutinitas santai begini membuat senyuman manis di bibir terbit dengan begitu cerah. Jessica menghembuskan napas pendek, mengeluarkan ponsel yang Bastian berikan padanya dan mulai memotret tiap sudut tempat nan ia rasa tampak cantik untuk di abadikan oleh kamera ponselnya.Jessica memang belum sepenuhnya terbiasa. Bahasa dan budaya mereka jelas berbeda dengan keseharian yang dulu biasa ia jalani. Jessica juga belum pernah tinggal begitu lama di negeri orang lain selain hanya singgah guna menemani sang kakek bekerja atau

  • The Princess Troublemaker   BAB 73 : Nakal dan Jahat

    DUA minggu. Empat minggu. Kemudian sudah genap satu bulan. Lambat laun bertambah hari demi hari. Tahu-tahu sudah lebih dari satu minggu lagi. Lalu bulan lagi. Begitu terus. Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Tepat lima bulan kepergian Jessica dari hidupnya dan Alvin tidak pernah merasa kehilangan seperti ini sebelumnya. Alvin tidak pernah merasa hidupnya sehampa ini. Tidak pernah merasa jikalau hidupnya akan seberat ini tanpa kehadiran gadis barbar kesayangannya itu. Alvin tidak pernah mengira bahwa ketiadaan Jessica dalam poros dunianya benar-benar melumpuhkan nyaris seluruh engsel kehidupannya, dan membuat dia terus berlari dari getirnya fakta bila saat ini dia benar-benar di tinggalkan tanpa salam perpisahan.Jantungnya berdenyut ngilu.Alvin tidak pernah tahu bahwa merindukan seseorang bisa membuatnya gila seperti ini. Entah sudah berapa orang yang ia pukuli hari ini. Entah sudah berapa kayu yang ia patahkan ka

  • The Princess Troublemaker   BAB 72 : Tolong Pulang, Jessica

    SEBUT saja dia gila. Bastian tidak keberatan. Sama sekali tidak masalah di maki demikian sebab orang waras mana yang dengan kesadaran penuh membawa kabur seorang cucu perempuan satu-satunya dari keluarga konglomerat Atriyadinata? Cuma dia. Secara teknik memang tidak dapat di sebut menculik akan tetapi tetap saja Bastian terlibat sebagai kaki tangan. Apabila sang kakek tahu, tanpa sempat menjelaskan maka namanya sudah terlebih dahulu terukir di batu nisan. Mengesankan. Bastian tidak belajar mati-matian dari dulu hanya untuk menghancurkan hidupnya di masa depan nanti. Tidak. Enak saja. Bastian belajar seperti kiamat akan datang esok hari karena ingin segera hidup mandiri dan terlepas dari sistem politik keluarga. Dia sudah muak harus mendengarkan sang ibu menjelek-jelekkan anggota keluarga lain. Masih baik dia tidak terkontaminasi, tidak seperti saudaranya yang lain.Kendati demikian, walau sudah membuat heboh keluarga, tampaknya si pelaku tidak terlihat merasa bersalah sedikit pun. Di

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status