Share

The Real CEO
The Real CEO
Author: Kanietha

Bye!

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2022-08-22 15:06:47

“Berapa usiamu, Cantik?”

Elok menahan daging wagyunya menggunakan garpu, lalu mengirisnya dengan pisau secara perlahan. Tubuh tegap yang memberi kesan elegan, serta kedua sorot mata tajamnya, membuat Elok terlihat sangat mengintimidasi.

“24, Bu.”

“Oh …” Elok masih sibuk memotong-motong dagingnya menjadi bagian kecil. Tetap memasang senyum formal yang sangat terkesan tegas, hingga membuat gadis yang berada di depannya merasa kikuk. Perbedaan usia sejauh 10 tahun darinya, membuat Elok bisa menyimpulkan sesuatu. “Sudah berapa lama jadi teman tidur suami saya?”

Gadis yang bernama Sandra itu menelan ludah. Menunduk sejenak, untuk melihat kedua tangan bekunya yang saling meremas di atas paha. “Kami saling cinta, dan saya bukan teman—”

“Sudah berapa lama?” Merasa daging yang dipotongnya sudah cukup, Elok menyudahinya. Ia meletakkan pisau di tepi piring, lalu memindahkan garpu ke tangan kanan. Siap menyantap daging steak yang telah dipotong kecil olehnya, sembari menatap dingin pada gadis itu.

“Dua tahun … lebih.” Sandra kembali menunduk, tidak berani menatap Elok. Berharap, pertolongan yang ditunggunya akan segera sampai sebentar lagi.

“Enak, jadi selingkuhan?”

“Bu—”

“Sudah dapat apa aja dari suami saya?”

“Saya—”

“Orang tuamu tahu, kalau kamu punya kerjaan freelance… jadi teman tidur suami saya?” Elok tidak membiarkan gadis itu membuka mulut untuk menjawabnya. Bahkan, Elok masih bisa menggunakan kata-kata yang halus, untuk memojokkan gadis dengan rambut lurus sebahu itu. “Cuma dipakai kalau suami saya lagi butuh toilet, dan selalu disembunyikan dari orang-orang seperti … AIB.”

“Dari tadi—"

“Oh ya! Saya lupa! Kamu, kan, memang AIB, jadi harus disembunyikan dan ditutup rapat-rapat.”

“Bu Elok! Dari tadi saya diam karena sangat menghormati Ibu,” sahut Sandra mulai berani menunjukkan taringnya, karena selalu dipojokkan. “Tapi, semakin dibiarkan, Ibu semakin menghina dan merendahkan saya.”

Dengan santainya, Elok menusuk satu potongan daging lalu ia suapkan ke mulutnya. Mengunyah dengan mulut tertutup, tanpa melepas tatapan dinginnya pada Sandra.

“Kalau Bu Elok bisa jaga dan merawat suaminya dengan baik, mas Harry nggak akan mungkin desak dan minta-minta saya untuk jadi pacarnya!” Sandra mulai jemawa dengan posisinya saat ini. “Mas Harry bahkan pernah bilang sudah nggak cinta lagi sama Ibu.”

Elok memilih untuk menyelesaikan kunyahannya terlebih dahulu. Ia mengambil gelas lemon teanya dengan perlahan, kemudian menyesapnya. “Kalau …” Elok sengaja kembali meneguk minumannya untuk memberi jeda dan rasa insecure pada Sandra. “Begini, ya, Cantik. Kalau kamu itu gadis … oh, maaf! Pasti sudah nggak gadis lagi, kan? Gadis bukan, janda juga bukan. Jadi bingung saya nyebutnya.”

Elok tidak memberi senyum sedikit pun, ketika melihat wajah Sandra yang memerah padam karena amarah. “Kalau kamu itu perempuan baik-baik, kamu nggak mungkin merusak rumah tangga orang lain,” lanjutnya penuh ketegasan. “Saya jadi penasaran, apa kamu masih mau sama mas Harry, kalau jabatan dia bukan CEO?”

“Saya cinta sama mas Harry, jadi, apapun profesinya, saya bisa terima dia.” Sandra tetap akan mempertahankan Harry, apapun rintangannya. Ia sudah kepalang tanggung, karena Elok sudah mengetahui hubungannya dengan Harry. “Dan, kabar baiknya, mas Harry juga cinta sama saya, kan!”

“Kalau begitu … kenapa dia nggak menjatuhkan talak sama saya, ya? Padahal kalian sudah melakukan ZINA selama dua tahun lebih.” Elok kemudian berdecak dan memalingkan wajah dari Sandra. “Sepertinya, saya harus buru-buru ke Singapur untuk full medical check up. Saya nggak mau tahu-tahu kena penyakit, padahal kalian berdua yang sudah bikin ulah.”

Elok mendesah, tapi tidak terlihat tertekan sama sekali. Dengan segera ia mengambil ponsel di dalam tas, lalu menekan tombol panggilan cepat untuk menghubungi asistennya. Sebelum menempelkan benda canggih nan mahal tersebut di telinga, Elok meletakkan telunjuknya pada bibir seraya menatap Sandra. Elok memberi kode, agar Sandra tidak membuka mulut selama ia menelepon.

“Halo, Kiya Sayang. Tolong buatkan janji dengan Dokter Cheng di Singapur. Saya mau medical check up lengkap tanpa terlewat. Usahakan satu dua hari ini sudah dischedule, ya! Dan jangan lupa, perbangan FIRST CLASS untuk tiga orang. Seperti biasa.”

Setelah mendapatkan jawaban dari sang asisten, Elok mengakhiri panggilannya. “Jadi, Sandra … tolong bilang ke mas Harrymu itu, kalau dia memang cinta sama kamu, minta dia segera ceraikan saya. Kalau dia nggak mau, yaaa … poor you Baby.”

“El!”

Satu panggilan tersebut, membuat kedua wanita yang duduk saling berhadapan segera menoleh.

Berbeda dengan Elok, Sandra segera berdiri ketika melihat Harry menghampiri meja mereka dan berdiri di antara keduanya.

“Mas—”

“El, kita harus bicara.” Dengan napas yang masih naik turun karena berlari dari tempat parkir, Harry sama sekali tidak menatap Sandra yang baru saja memanggilnya.

Akhirnya, Elok menyunggingkan senyum yang paling manis kepada sang suami yang tiba-tiba datang tanpa ia undang. Tidak perlu ditanya pun, Elok sudah bisa menebak bahwa Sandralah yang menghubungi Harry. Elok kemudian berdiri, seraya menyampirkan tali tas mahalnya di bahu dan menatap cuek pada Sandra.

“Kita bicara nanti, setengah jam lagi aku ada meeting dengan orang pemprov di Balai Kota.” Elok menghampiri Harry lalu mengusap bahu sang suami dengan perlahan. “Oia, Mas. Aku barusan telpon Kiya. Satu, atau dua hari ini kita ke Singapur untuk full medical check up. Aku cuma mau memastikan kalau …” Pandangan Elok kemudian turun pada bagian inti tubuh sang suami dan menunjuknya. “Knalpot kamu itu masih sehat, dan kita berdua nggak kena penyakit apapun. Kamu tahu sendiri, kan, kalau knalpot sampai rusak, mobil yang kita naiki nggak akan nyaman untuk dibuat jalan.”

“El—”

“Ssstt.” Elok meletakkan ujung telapak tangannya di bibir Harry. “Oia sekalian bantu mikir, sebaiknya aku ganti knalpotnya, atau … ganti mobilnya aja sekalian, ya, Mas?”

“Apa maksudmu, El?” Harry meradang setelah menyingkirkan tangan sang istri dari wajahnya.

“Kamu tahu betul, apa maksudku, Mas.” Elok mengalihkan tatapannya pada Sandra yang berlindung di balik tubuh Harry. “Sandra Sayang, ingat kalimat saya baik-baik. Kalau mas Harry saja bisa selingkuh dari saya yang lebih segalanya dari kamu, suatu saat dia pasti akan selingkuh juga dengan perempuan yang … ah, sudahlah! Kamu pasti bisa jawab sendiri, kan? So … bye!”

~~~

Halu Mba beb, jumpe lagiii.

Oia, buat pembaca baru, meskipun ini spin off dari BIS, tapi bisa dibaca terpisah kok. Hepi riding, yaakk.

Kisseeesss .....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (15)
goodnovel comment avatar
H n H
awal ceritanya KA author selalu bikin greget..
goodnovel comment avatar
G-tweet
Seru nihhh….., saya baru mulai baca......
goodnovel comment avatar
Syarilln
panas panas seruuuuu gt dong suka aq nya sama perempuan kek elok gni
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • The Real CEO   Giveawaaay ~~

    Haluu Mba beb tersaiank … Saia langsung aja umumin daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak The Real CEO, yaaa : Amy : 1.000 koin GN + pulsa 200rb Call me Jingga : 750 koin GN + pulsa 150 rb LiaKim?? : 500 koin GN + pulsa 100 rb Tralala : 350 koin GN + pulsa 50 rb NuNa : 200 koin Gn + pulsa 25 rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan screenshoot ID dan kirim melalui DM Igeeh @kanietha_ . Jangan lupa follow saia duluuuh .... Saia tunggu konfirmasi sampai hari rabu, 29 maret 2023, ya, jadi, saia bisa setor datanya hari kamis ke pihak GN. Tapi, kalau sudah terkumpul semua sebelum itu, bisa langsung saia setor secepatnya. Daaan, kiss banyak-banyak atas dukungan, juga atensinya untuk Mas Triplex dan Mba Elok …. Kissseeess …..

  • The Real CEO   Melepaskan Semua

    Kasih baru saja menuruni tangga rumah dengan seragam olah raga, ketika ia mendengar suara yang belakangan ini sungguh menyayat hati. Sudah semingguan ini, sang mama hampir tidak bisa melakukan kegiatan apapun karena selalu saja muntah-muntah. Awalnya, Kasih sangat gembira ketika mengetahui akan mendapatkan seorang adik lagi. Namun, setelah itu Kasih sungguh tidak tega saat melihat sang mama lebih banyak menghabiskan waktu di kamar untuk berbaring. Tidak seperti kehamilan adik pertamanya saat itu, yang tidak pernah ada drama muntah-muntah dan lemas seperti sekarang. “Mama, kenapa nggak di kamar aja?” Kasih segera menghampiri Elok yang menunduk di wastafel. Wajah sang mama pucat, dan sangat terlihat lelah. “Mama bosan di kamar,” jawab Lex yang tengah menggendong balita berusia dua tahun di tangan kanannya. Sementara satu tangan lagi, sibuk mengusap tengkuk sang istri yang belum memakan makanan apapun sedari tadi. “Nanti Ayah ke sekolah, mau ngurus antar jemput sekolah Kakak. Nggak pap

  • The Real CEO   Adekku

    “Hei!” Elok menepuk bahu Gilang yang sejak tadi duduk diam, sambil memandang ke arah halaman depan kediaman Mahardika. Ada Kasih, Kiya, dan beberapa orang dari Event Organizer yang bernaung di bawah Gilang, tengah menyelesaikan dekorasi pesta kecil yang sebentar lagi akan adakan dengan amat sederhana. Hanya dihadiri keluarga inti, tanpa mengundang orang luar sama sekali. Pesta kecil usulan Kasih, yang lagi-lagi langsung disetujui oleh Lex tanpa harus berpikir dua kali. Kasih menginginkan sebuah pesta kejutan, untuk mengetahui jenis kelamin sang adik yang akan lahir tiga bulan lagi. Usut punya usut, ternyata ide tersebut Kasih dapatkan dari Bening saat suatu ketika Elok sempat telat menjemput di sekolah. Kedua orang itu berbicara panjang lebar, sampai Bening mengusulkan untuk membuat pesta kecil yang sudah sering dilakukan para kalangan artis atau pengusaha di ibukota. “Kalau suka, dilamar,” ujar Elok kemudian duduk pada kursi besi yang berada di teras. Tepat bersebelahan dengan Gilan

  • The Real CEO   Tanpa Terkecuali

    Bersyukur dan berterima kasih. Dua hal itu tidak pernah lepas diucapkan Elok setiap hari, atas kesempatan kedua yang sudah Tuhan berikan. Di antara masalah yang datang bertubi padanya kala itu, Elok masih memiliki keluarga dan banyak sahabat yang bisa dipercaya. Mereka sudah membantu Elok hingga bisa sampai di titik sekarang. Yaaa, walaupun ada yang harus ditukar dan dikorbankan, tetapi hasilnya sangat sepadan. “Jadi, misal nanti adeknya yang lahir cowok, Kasih harus sayang juga.” Sedari awal, Elok harus menjelaskan hal tersebut pada putrinya. Mau apapun jenis kelamin sang adik nanti, Kasih tetap harus bersikap baik karena mereka adalah saudara dan memiliki ibu yang sama. Tidak hanya itu sebenarnya, Kasih juga harus berbuat baik kepada semua orang, tidak terkecuali dan tidak boleh pilih kasih. “Kan, enak kalau punya adek cowok. Nanti kalau sudah besar, ada yang jagain Kasih.” Kasih bersila dan bersedekap sambil menatap perut sang mama yang duduk di tepi ranjangnya. Sebenarnya, saat

  • The Real CEO   Satu Lagi

    “Mas …” “Ya?” “Kenapa di dalam tadi lebih banyak diamnya?” Bila Elok perhatikan lagi, Lex lebih banyak diam sejak mereka dalam perjalanan ke rumah sakit. Pada dasarnya Lex juga bukan pria yang banyak bicara, tetapi, Elok merasa ada sesuatu yang mengganggu pikiran suaminya itu. “Apa ada masalah di kantor?” Lex mengeratkan tautan jemari mereka yang ada di atas pahanya. Menatap counter apotek, dari kursi tunggu yang mereka duduki saat ini. Ada banyak perasaan yang tidak bisa Lex urai, karena mengingat masa lalunya. Karena itulah, selama ia dan Elok berada di ruang periksa, Lex hanya mendengarkan semua perkataan dokter dengan seksama. Déjà vu. Ada rasa takjub dan bahagia yang sama, selama Lex berada di ruang periksa bersama Elok. Melihat layar hitam putih dengan sebuah kantung janin berusia lima minggu, sungguh membuat Lex tidak bisa berkata-kata. “Usia kehamilan almarhum istriku juga lima minggu waktu kami pertama periksa.” Kalimat itu muncul begitu saja dari mulut Lex. Ada hal yang

  • The Real CEO   Mau

    “Kalau lantainya ada tiga, bisa bikinin nggak, Om?” Sedari tadi, Kasih hanya menempel pada Aga. Ia melihat pria mencorat-coret desain interior rumah, yang rencananya akan direnovasi dalam waktu dekat.Aga lantas tertawa menatap Lex. Bagi Aga, tidak ada yang tidak mungkin. Hanya tinggal menunggu persetujuan pemilik rumah, barulah ia bisa mengerjakannya. “Gimana, Mas? Tiga lantai?”“Tapi dikasih lift, Om,” sambung Kasih semakin membuat Aga tertawa keras. “Kan, capek, kalau naik tangga dari lantai satu sampai atas.”“Sayang.” Elok meletakkan nampan berisi tiga buah mangkok es campur di atas meja, lalu menatanya satu per satu. “Rumah tiga lantai itu terlalu besar.”“Kan, biar opa sama oma nanti tinggal di rumah kita.” Kasih menggeleng saat melihat es campur yang disajikan Elok. “Terus, ada adek-adekku juga nanti, kan, banyak.”“Banyak?” Lagi-lagi Aga tertawa mendengar kepolosan Kasih. “Memangnya, Kasih mau adek berapa?”Kasih mengulurkan tangan kanannya pada Aga, dan membuka lebar telapak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status