Share

The Real CEO
The Real CEO
Author: Kanietha

Bye!

“Berapa usiamu, Cantik?”

Elok menahan daging wagyunya menggunakan garpu, lalu mengirisnya dengan pisau secara perlahan. Tubuh tegap yang memberi kesan elegan, serta kedua sorot mata tajamnya, membuat Elok terlihat sangat mengintimidasi.

“24, Bu.”

“Oh …” Elok masih sibuk memotong-motong dagingnya menjadi bagian kecil. Tetap memasang senyum formal yang sangat terkesan tegas, hingga membuat gadis yang berada di depannya merasa kikuk. Perbedaan usia sejauh 10 tahun darinya, membuat Elok bisa menyimpulkan sesuatu. “Sudah berapa lama jadi teman tidur suami saya?”

Gadis yang bernama Sandra itu menelan ludah. Menunduk sejenak, untuk melihat kedua tangan bekunya yang saling meremas di atas paha. “Kami saling cinta, dan saya bukan teman—”

“Sudah berapa lama?” Merasa daging yang dipotongnya sudah cukup, Elok menyudahinya. Ia meletakkan pisau di tepi piring, lalu memindahkan garpu ke tangan kanan. Siap menyantap daging steak yang telah dipotong kecil olehnya, sembari menatap dingin pada gadis itu.

“Dua tahun … lebih.” Sandra kembali menunduk, tidak berani menatap Elok. Berharap, pertolongan yang ditunggunya akan segera sampai sebentar lagi.

“Enak, jadi selingkuhan?”

“Bu—”

“Sudah dapat apa aja dari suami saya?”

“Saya—”

“Orang tuamu tahu, kalau kamu punya kerjaan freelance… jadi teman tidur suami saya?” Elok tidak membiarkan gadis itu membuka mulut untuk menjawabnya. Bahkan, Elok masih bisa menggunakan kata-kata yang halus, untuk memojokkan gadis dengan rambut lurus sebahu itu. “Cuma dipakai kalau suami saya lagi butuh toilet, dan selalu disembunyikan dari orang-orang seperti … AIB.”

“Dari tadi—"

“Oh ya! Saya lupa! Kamu, kan, memang AIB, jadi harus disembunyikan dan ditutup rapat-rapat.”

“Bu Elok! Dari tadi saya diam karena sangat menghormati Ibu,” sahut Sandra mulai berani menunjukkan taringnya, karena selalu dipojokkan. “Tapi, semakin dibiarkan, Ibu semakin menghina dan merendahkan saya.”

Dengan santainya, Elok menusuk satu potongan daging lalu ia suapkan ke mulutnya. Mengunyah dengan mulut tertutup, tanpa melepas tatapan dinginnya pada Sandra.

“Kalau Bu Elok bisa jaga dan merawat suaminya dengan baik, mas Harry nggak akan mungkin desak dan minta-minta saya untuk jadi pacarnya!” Sandra mulai jemawa dengan posisinya saat ini. “Mas Harry bahkan pernah bilang sudah nggak cinta lagi sama Ibu.”

Elok memilih untuk menyelesaikan kunyahannya terlebih dahulu. Ia mengambil gelas lemon teanya dengan perlahan, kemudian menyesapnya. “Kalau …” Elok sengaja kembali meneguk minumannya untuk memberi jeda dan rasa insecure pada Sandra. “Begini, ya, Cantik. Kalau kamu itu gadis … oh, maaf! Pasti sudah nggak gadis lagi, kan? Gadis bukan, janda juga bukan. Jadi bingung saya nyebutnya.”

Elok tidak memberi senyum sedikit pun, ketika melihat wajah Sandra yang memerah padam karena amarah. “Kalau kamu itu perempuan baik-baik, kamu nggak mungkin merusak rumah tangga orang lain,” lanjutnya penuh ketegasan. “Saya jadi penasaran, apa kamu masih mau sama mas Harry, kalau jabatan dia bukan CEO?”

“Saya cinta sama mas Harry, jadi, apapun profesinya, saya bisa terima dia.” Sandra tetap akan mempertahankan Harry, apapun rintangannya. Ia sudah kepalang tanggung, karena Elok sudah mengetahui hubungannya dengan Harry. “Dan, kabar baiknya, mas Harry juga cinta sama saya, kan!”

“Kalau begitu … kenapa dia nggak menjatuhkan talak sama saya, ya? Padahal kalian sudah melakukan ZINA selama dua tahun lebih.” Elok kemudian berdecak dan memalingkan wajah dari Sandra. “Sepertinya, saya harus buru-buru ke Singapur untuk full medical check up. Saya nggak mau tahu-tahu kena penyakit, padahal kalian berdua yang sudah bikin ulah.”

Elok mendesah, tapi tidak terlihat tertekan sama sekali. Dengan segera ia mengambil ponsel di dalam tas, lalu menekan tombol panggilan cepat untuk menghubungi asistennya. Sebelum menempelkan benda canggih nan mahal tersebut di telinga, Elok meletakkan telunjuknya pada bibir seraya menatap Sandra. Elok memberi kode, agar Sandra tidak membuka mulut selama ia menelepon.

“Halo, Kiya Sayang. Tolong buatkan janji dengan Dokter Cheng di Singapur. Saya mau medical check up lengkap tanpa terlewat. Usahakan satu dua hari ini sudah dischedule, ya! Dan jangan lupa, perbangan FIRST CLASS untuk tiga orang. Seperti biasa.”

Setelah mendapatkan jawaban dari sang asisten, Elok mengakhiri panggilannya. “Jadi, Sandra … tolong bilang ke mas Harrymu itu, kalau dia memang cinta sama kamu, minta dia segera ceraikan saya. Kalau dia nggak mau, yaaa … poor you Baby.”

“El!”

Satu panggilan tersebut, membuat kedua wanita yang duduk saling berhadapan segera menoleh.

Berbeda dengan Elok, Sandra segera berdiri ketika melihat Harry menghampiri meja mereka dan berdiri di antara keduanya.

“Mas—”

“El, kita harus bicara.” Dengan napas yang masih naik turun karena berlari dari tempat parkir, Harry sama sekali tidak menatap Sandra yang baru saja memanggilnya.

Akhirnya, Elok menyunggingkan senyum yang paling manis kepada sang suami yang tiba-tiba datang tanpa ia undang. Tidak perlu ditanya pun, Elok sudah bisa menebak bahwa Sandralah yang menghubungi Harry. Elok kemudian berdiri, seraya menyampirkan tali tas mahalnya di bahu dan menatap cuek pada Sandra.

“Kita bicara nanti, setengah jam lagi aku ada meeting dengan orang pemprov di Balai Kota.” Elok menghampiri Harry lalu mengusap bahu sang suami dengan perlahan. “Oia, Mas. Aku barusan telpon Kiya. Satu, atau dua hari ini kita ke Singapur untuk full medical check up. Aku cuma mau memastikan kalau …” Pandangan Elok kemudian turun pada bagian inti tubuh sang suami dan menunjuknya. “Knalpot kamu itu masih sehat, dan kita berdua nggak kena penyakit apapun. Kamu tahu sendiri, kan, kalau knalpot sampai rusak, mobil yang kita naiki nggak akan nyaman untuk dibuat jalan.”

“El—”

“Ssstt.” Elok meletakkan ujung telapak tangannya di bibir Harry. “Oia sekalian bantu mikir, sebaiknya aku ganti knalpotnya, atau … ganti mobilnya aja sekalian, ya, Mas?”

“Apa maksudmu, El?” Harry meradang setelah menyingkirkan tangan sang istri dari wajahnya.

“Kamu tahu betul, apa maksudku, Mas.” Elok mengalihkan tatapannya pada Sandra yang berlindung di balik tubuh Harry. “Sandra Sayang, ingat kalimat saya baik-baik. Kalau mas Harry saja bisa selingkuh dari saya yang lebih segalanya dari kamu, suatu saat dia pasti akan selingkuh juga dengan perempuan yang … ah, sudahlah! Kamu pasti bisa jawab sendiri, kan? So … bye!”

~~~

Halu Mba beb, jumpe lagiii.

Oia, buat pembaca baru, meskipun ini spin off dari BIS, tapi bisa dibaca terpisah kok. Hepi riding, yaakk.

Kisseeesss .....

Comments (12)
goodnovel comment avatar
Aisyah Tsalitsa
baru baca sudah panas...semoga bab selanjutnya tdk kalah seru dg bab ini ya thor...
goodnovel comment avatar
Sasya Sa'adah
kena telak ya Sandra, cakep banget sih kamu elok
goodnovel comment avatar
Siti Julian
karena Om Ayah dah END q lari ke sini lagi Mbak beb
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status