~BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA~
Setelah mimpi buruknya yang semakin hari semakin mengerikan dan selalu membuatnya terbangun serta gemetar ketakutan, Jelita pun akhirnya bisa bernapas lega ketika melihat Dexter yang sudah nyenyak tertidur di kamarnya.'YES!!! Sekarang aku bisa memeluk Kak Dexter tanpa dia tahu,' pekik gembira Jelita dalam hati. Tanpa menunggu lebih lama, ia pun langsung terlelap saat tangannya telah mendekap tubuh atletis lelaki itu.Tapi... ada yang aneh.Jelita merasa sesuatu yang basah dan hangat melumat kuat bibirnya.Sakit. Perih.Dan karena dua hal itu Jelita pun akhirnya terbangun, dan membelalakkan mata saat ia menatap wajah Dexter yang begitu dekat dengan wajahnya, dengan bibir yang memagut keras bibirnya.Jelita ingin berteriak, namun suaranya bungkam oleh kecupan Dexter yang bergerak liar di bibirnya. Jelita takut sekali, tapi ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk mendorong tubuh pacarnya itu.Jelita pun akhirnya memberontak, menggerak-gerakkan kepalanya untuk menghindar dari terkaman bibir Dexter, saat upayanya untuk mendorong tubuh lelaki itu berakhir dengan sia-sia."Kak... Kak Dexter!!" jerit Jelita ketakutan, saat tangan Dexter meraih kancing piyama Jelita dan langsung merobeknya tanpa berkata-kata.Mata caramel itu penuh akan kabut gairah saat pemandangan tubuh atas Jelita yang terbalut bra putih terpampang jelas di matanya. Dengan kasar dan tidak sabar, lelaki itu menyentak keras penghalang terakhir antara dirinya dan keindahan lekuk lembut gadis itu."Jangaan!!" jeritnya putus asa saat bibir Dexter telah memagut ganas area sensitifnya, membuat rasa perih di bibir Jelita pun pindah ke dadanya yang lembut.Jelita berteriak, mendorong, berontak, memukul-mukul tubuh Dexter dengan sekuat tenaga namun sama sekali tidak membuat lelaki itu bergeming. Semua perlawanan yang dilakukan Jelita bagai angin lalu bagi Dexter.Tenaga gadis belia itu sama sekali tidak ada bandingnya dengan kekuatan seorang Dexter Green dengan tubuh kekar penuh ototnya.Hingga akhirnya tenaga Jelita pun habis, dan ia tak sanggup menolak saat Dexter membuka celana panjang piyamanya."Kak Dexter... jangan... aku mohon kak...," ucapnya lirih dan terengah.Jelita benar-benar tidak mengerti kenapa pacarnya yang biasanya sangat lembut bisa menjadi sekasar ini. Tanpa sadar air matanya mengalir dengan deras, sangat cemas membayangkan apa yang akan menimpa dirinya.Tatapan Dexter yang kelam dan berkabut membuat Jelita menggigil ketakutan, seakan bayangan hitam telah menutupi wajah tampan itu dan membuatnya terlihat menakutkan.Seringai menyeramkan menghiasi bibir Dexter saat menatap lekat kain putih segitiga yang menutupi daerah kewanitaan Jelita. Dexter menyelipkan satu jarinya di bagian karetnya, dan mengusap lembut daerah di baliknya."Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, bukan?" bisik Dexter sambil memperhatikan ekspresi horor di wajah Jelita. "Jadi jangan salahkan jika aku melakukan hal selain pelukan, Jelita. Jangan takut, aku akan melakukannya dengan sangat lembut."Dan ternyata ucapan Dexter itu adalah sebuah kebohongan.Entah karena mungkin terbawa nafsu, atau apa... namun tak ada kelembutan sama sekali. Jelita bahkan sangat kesakitan, dan jeritan-jeritannya yang memilukan seakan tidak terdengar oleh Dexter yang sedang berada di puncak hasratnya.Dexter bahkan tidak hanya melakukannya sekali, namun berkali-kali hingga Jelita pun sudah tidak bisa menghitung entah berapa kali lelaki itu mendapatkan pelepasan. Ia seperti seseorang yang kecanduan bercinta.Mungkin Jelita pingsan, atau mungkin juga tidak. Gadis itu bahkan tidak yakin kalau ia masih hidup.Sakit dan nyeri yang ia rasakan terlalu hebat, tubuh kecilnya terasa berantakan bagaikan kaca tipis yang telah hancur berkeping-keping.Saat semuanya benar-benar telah usai, tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Jelita.Bahkan ketika Dexter meraih tubuhnya yang lemas tak berdaya untuk mengecup puncak kepala Jelita seraya berkata, "terima kasih, Sayang. Mulai saat ini aku akan selalu melindungi dan menjagamu. Semua kebutuhanmu akan kupenuhi, apapun itu," ucapnya berjanji sambil mengelus rambut panjang Jelita."Karena kamu adalah milikku untuk selamanya."Lalu Dexter pun akhirnya memberikan apa yang Jelita inginkan saat gadis itu memasuki kamarnya tadi, yaitu sebuah dekapan hangat di kala tidurnya.***"Nanti pulang sekolah aku jemput," ujar Dexter sambil mengecup lembut bibir Jelita sebelum ia turun. Untung saja Maserati miliknya memiliki kaca yang gelap, sehingga adegan itu pun tidak akan terlihat dari luar."Habis itu kita makan siang sekaligus belanja dan jalan-jalan ya. Terserah kamu mau dimana, aku ngikut aja," dan seakan belum cukup, Dexter kembali memagut bibir lembut Jelita yang benar-benar membuatnya ketagihan."I love you," bisiknya kemudian sambil tersenyum menatap Jelita.Gadis itu hanya mengangguk pelan dan membalas senyum Dexter tanpa bersuara. Ia pun langsung turun dari mobil dengan tergesa, seakan ingin segera menjauh dari lelaki yang juga pacarnya itu.Langkah kakinya gemetar. Tubuhnya remuk redam, hatinya hancur lebur.Jelita tahu saat ini ia sudah tidak suci lagi. Apa bedanya dia sekarang dengan julukan sugarbaby yang disematkan padanya? Sama-sama hina, meskipun status Dexter adalah pacarnya dan bukan suami orang.Namun yang terburuk adalah dia tidak dapat pergi, karena ia tidak tahu kemana akan pergi.Ya Tuhan. Apa yang terjadi seandainya Bu Dira tahu mengenai hubungannya dengan Dexter?Pintu panti asuhan akan benar-benar tertutup untuk selamanya bagi Jelita. Bu Dira tidak akan pernah memaafkannya atas perbuatan menentang norma seperti itu.Air mata menitik di sudut mata Jelita, namun cepat-cepat ia hapus.'Tidak. Aku tidak boleh lemah. Aku akan mencari jalan keluar dari situasi ini.'"Ssst... ada sugarbaby!""Nggak nyangka ya, wajah innocent gitu rela jual diri! Ih... najis!""Hebat juga si Jelita, bisa dapetin sugardaddy yang tajir gitu! Liat nggak mobilnya tadi?"Jelita menarik napas, mengabaikan bisikan-bisikan tajam dengan nada keras yang disengaja. Ia berusaha untuk tetap tegak dan melangkah tenang menuju kelasnya.Jelita duduk di kursinya, posisi paling depan seperti biasa. Mungkin hari ini tidak akan ada seorang pun yang ingin duduk dengannya. Mana ada yang mau duduk dengan seorang sugarbaby?BRUUK!!!Jelita terlonjak kaget saat melihat sebuah tas mendarat dengan keras di meja sebelahnya, seketika ia pun mendongak dan merengut saat melihat orang yang sengaja menaruh tas di situ."Zikri?!" Jelita mendengus dan memalingkan wajah pada satu-satunya teman sekelas yang paling tidak ingin ia temui.Zikri tersenyum samar, lalu duduk dengan perlahan di samping Jelita."Gosipnya makin santer tuh," ujar Zikri membuka obrolan tentang gosip Jelita sebagai sugarbaby. "Kamu mau solusi dari aku nggak?" tawarnya sambil berbisik."Aku nggak butuh solusi dari siapa pun, apalagi dari kamu," tukas Jelita tajam.Mana mungkin lelaki yang telah mencium bibirnya tanpa permisi ini dibiarkan berbuat seenaknya! Solusi?? Hah!! Makan tuh solusi!!Zikri menyangga pipi kanannya dengan siku yang bertumpu di atas meja sambil menatap Jelita. "Jadi pacarku, Jelita. Itu solusinya. Nggak bakal ada yang berani bilang kamu sugarbaby lagi," ucapnya sambil tersenyum.Jelita berdecih sambil memutar bola mata. Ya, ia tahu kalau Zikri anak konglomerat paling kaya kelima di Indonesia, dan juga pewaris tunggal perusahaan papanya yang bergerak di bidang property.Bahkan papanya Zikri adalah salah satu donatur yang paling banyak memberikan sumbangan dana untuk sekolah, dan memberikan beasiswa untuk anak cerdas yang tidak mampu.Dan salah satu penerima beasiswa itu adalah Jelita."Sudahlah, Zik! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah jadi pacarmu. Sana cari cewek lain saja," tukas Jelita pedas sambil membetulkan kaca mata dan mencebik.Dengan kurang ajar, Zikri menjulurkan telunjuknya di pipi Jelita yang mulus, dan langsung ditepis oleh gadis itu."Suatu saat nanti pasti kamu akan bertekuk lutut. Aaah, pasti sangat menyenangkan melihatmu tunduk padaku, Jelita," ucap Zikri percaya diri. Lalu ia mendekatkan bibirnya dengan telinga Jelita untuk berbisik."Jika kamu jadi pacarku, semua keinginanmu akan kupenuhi. Aku akan memberimu uang bulanan 20 juta, lebih juga boleh. Kamu mau mobil? Belanja dan jalan-jalan setiap minggu di luar negeri? Semua itu bisa aku penuhi, asal kamu setuju kita pacaran. Gimana?"Jelita memejamkan matanya dengan gusar. Ucapan Zikri hampir sama dengan ucapan Kak Dexter semalam! Apakah semua orang kaya seperti Zikri dan Kak Dexter? Memberikan uang untuk membeli harga dirinya??Ah Jelita lupa... dia sudah tidak punya harga diri sama sekali. Ia sudah menjualnya pada Kak Dexter."JELITA KANAYA!"Gadis itu terkejut saat mendengar namanya disebut oleh wali kelas mereka, Pak Hendrik, yang rupanya telah berdiri di depannya."Ya, Pak?""Harap mendatangi ruang BP sekarang juga," tegas lelaki berusia 45 tahun tersebut sambil memberikan kode agar Jelita mengikutinya.***Jelita merasa sedang disidang sebagai terdakwa. Ia dimintai keterangan tentang desas-desus dirinya sebagai sugarbaby di depan Guru BP, Wali Kelas dan Kepala Sekolah.Dengan terbata-bata, Jelita terpaksa mengatakan kebohongan bahwa yang mengantarnya setiap hari adalah Kakak Asuhnya, seorang lelaki berusia dua puluh satu tahun yang menjadikannya adik angkat.Tentu saja pihak sekolah tidak serta-merta percaya, hingga membuat Jelita diam-diam mengirimkan pesan w******p kepada Dexter untuk membantunya keluar dari situasi ini."Kami akan menghubungi panti asuhan tempatmu tinggal, Jelita. Dan akan berkoordinasi dengan walimu di sana mengenai Kakak Asuh yang tadi kamu infokan," tegas Kepala Sekolah, seorang wanita berusia lima puluhan tahun. Ia pun langsung meraih ponselnya dan menelepon.Jelita meneguk ludah. Bagaimana ini? Bu Dira pasti akan mengatakan kalau ia berbohong! Walinya itu sudah memukuli dan bahkan mengusir Jelita dari panti asuhan hanya karena melihat ia pulang bersama Kak Dexter.Beberapa saat kemudian Ibu Kepala Sekolah pun menutup telepon dan tersenyum pada Jelita. "Walimu yang bernama Ibu Indira sudah mengkonfirmasi semuanya. Semua yang kamu katakan tadi adalah benar. Maafkan kami yang sempat mencurigai dan menuduh yang tidak-tidak, ya?" ucapnya lembut sambil mengelus kepala Jelita.Jelita pun tercengang. Apa? Bu Dira membantu kebohongannya?"Kamu anak yang cerdas, Jelita. Nilaimu bagus dan selalu ranking pertama. Tolong jaga dirimu baik-baik agar tidak salah jalan, ya?" pesannya kepada Jelita yang hampir saja membuat gadis itu meneteskan air mata.Jelita hanya bisa terdiam, hingga tiba-tiba saja pintu ruang BP terbuka. Sesosok tinggi jangkung dan atletis memasuki ruangan itu dengan penuh kharisma, membuat semua terpana dengan wajah tampan dan auranya yang memancar kuat.Jelita mengerjap-kerjapkan matanya tak percaya.KAK DEXTER??? Apa yang ia lakukan di sini??***"Saya Dexter Green, wali murid dari Jelita Kanaya." Dexter memperkenalkan diri pada Kepala Sekolah Jelita, yang langsung melotot menatap sosok rupawan dan famous di Indonesia itu. Siapa sih yang tidak kenal dengan Dexter Green? Wajahnya terlalu sering terpampang di televisi!"S-selamat datang, Tuan Dexter. Saya Riana, Kepala Sekolah Brentwood Highschool. Ini Pak Hendrik wali kelas Jelita, dan ini Bu Lena guru BP," sahutnya sambil memperkenalkan diri serta dua orang guru di situ. Lidah Riana mendadak kelu mendapati anak dari orang terkaya nomor satu di Indonesia berdiri langsung di depan matanya sendiri."Jadi, Anda adalah Kakak Asuh dari Jelita Kanaya?" Dexter mengangguk, lalu matanya menatap ke arah Jelita yang duduk di depan para guru dan Kepsek. Wajahnya terlihat pucat, mungkin karena kaget melihat Dexter yang tiba-tiba berada di sekolahnya. Tadi Jelita memang diam-diam mengadu kepada lelaki itu melalui pesan whatsapp tentang situasi di sekolahnya, dan meminta nasihat apa yang
Jelita terbangun dan mengerjap-kerjapkan matanya karena mendengar suara bisik-bisik pelan di dekat ranjang besar tempatnya tidur. "Sudah bangun?"Gadis itu menoleh ke sumber suara yang menegurnya lembut, suara Dexter. Namun matanya pun membelalak kaget saat melihat sosok wanita elegan berambut pirang yang sedang duduk di sofa di samping Dexter. Wanita itu menatap wajahnya lekat-lekat."Aaaaaaaarrgghh!!" jerit Jelita sambil kembali menarik selimut menutupi wajahnya. 'Si-siapa itu?? Siapa wanita berambut pirang yang duduk di sebelah Dexter??''Tunggu sebentar. Sepertinya aku mengenal wajahnya...'Jelita meneguk ludahnya dengan susah payah. Wanita cantik berambut pirang dengan warna lmata caramel itu adalah Heaven Green, ibu dari Dexter!!Jelita menatap tubuh polosnya yang tertutup selimut, dan mengerang dalam hati.'Ya Tuhan. Kenapa aku harus bertemu wanita itu di posisi seperti ini?? Aaarghhh... rasanya ia ingin sekali menghilang ditelan bumi!!!'"Mom, please... kasihan Jelita. Dia p
Ketika Jelita mengira ia bisa selamat dari Zikri dan kelakuannya yang absurd itu, masalah baru pun datang. Bu Siska menugaskan siswanya membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang, untuk mengerjakan tugas Sosiologi dan untuk presentasi di depan kelas.Karena tidak ada yang mau menjadikan Jelita teman kelompok, maka mau tidak mau terpaksa ia pun menerima ajakan Zikri untuk bekerja sama, meskipun sebenarnya sangat enggan."Papaku punya cafe di daerah Kemang, kita kerjakan tugasnya di sana saja," Zikri mengusulkan pada Jelita yang sedang membereskan perlengkapan sekolahnya. Waktu sekolah telah usai dan para siswa berlarian keluar kelas untuk pulang.Jelita mendelik. "Mana ada ngerjain tugas di cafe? Nggak ah. Kita ke perpus aja," tolaknya sambil menarik risleting tas ranselnya. "Jangan di perpus, kita ke toko buku saja. Beli semua buku yang diperlukan, lalu mengerjakan tugas untuk presentasinya di coffeeshop di lantai dua." Jelita hendak memprotes, tapi Zikri keburu menarik tangan
"Manisnya."Heaven tidak bisa tidak mengakui hal itu saat menatap kedatangan Jelita dan Dexter yang baru saja turun dari mobil.Gadis belia itu masih mengenakan seragam SMA dan Heaven juga baru mengetahui ternyata ia memakai kaca mata berbingkai hitam yang membuatnya makin terlihat polos dan menggemaskan. Pantas saja anaknya sampai tergila-gila seperti itu. Namun wanita yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang sudah menginjak empat puluhan itu merasa was-was. Jelita masih terlalu belia. Ia masih sekolah! Apalagi Dexter bercerita bahwa dia yatim piatu yang bahkan dibuang dari panti asuhannya sendiri. Heaven sudah mewanti-wanti anaknya agar selalu berlaku lembut pada Jelita, karena ia sudah banyak menderita. Jangan sampai Dexter menambah panjang penderitaan gadis yatim-piatu yang pasti membutuhkan kasih sayang itu.Dan entah kenapa, Heaven menyukai gadis itu sejak pertama kali melihatnya tertidur di kamar Dexter. Wajahnya yang polos dan sikapnya yang malu-malu membuat wan
*Happy reading*---Jelita sangat bahagia. Rasanya hatinya ingin meledak menjadi serpihan-serpihan yang berkerlap-kerlip dan bercahaya di udara. Ia masih tak percaya bahwa seorang Dexter Green ternyata akan bertunangan dengannya! Dirinya yang hanya seorang yatim piatu, yang bahkan telah dibuang oleh pengurus panti asuhannya sendiri, yang memiliki rasa insecure parah karena merasa tidak dicintai dan diinginkan oleh siapa pun. Namun sekarang ada seseorang yang seluarbiasa itu yang menginginkannya!Kebahagiaan yang dirasakan Jelita terasa tumpah-ruah, terlalu besar untuk ia tanggung sendiri. Sehingga akhirnya ia pun memutuskan untuk berbagi kebahagiaan ini dengan Kevin dan Kak Tania. Jelita memutuskan untuk lebih dulu menelepon Kak Tania. Ia sudah tak sabar untuk bercerita!"Halo, Kak. Ini Jelita. Apa kabar?""Jelita! Ya ampun, apa kabarmu? Aku baik-baik saja, cuma agak kesal aja karena sudah beberapa hari ini nggak punya teman ngobrol sejak kamu cuti kerja.""Jangan ngambek gitu do
"Dexter, buka pintunya!" teriak Heaven dari balik pintu. Shit. Dexter benar-benar lupa kalau malam ini ibunya menginap di sini!!Dengan terpaksa, ia membuka lock pintu kamar yang juga merupakan pintu lift karena akses satu-satunya ke lantai empat adalah lift yang langsung terbuka di kamarnya. Jelita buru-buru menutupi bagian atas tubuhnya yang tersingkap dengan selimut. Ia ingin mencari kaus pink-nya namun entah kemana Dexter membuangnya."Jelita, are you okay?" Heaven yang langsung menerebos masuk saat Dexter membuka kunci otomatis pintu lift, bergegas berjalan ke ranjang untuk menemui Jelita."Mom, Jelita baik-baik saja! Apa Mom mengira aku mau mencelakainya?" sergah Dexter kesal. Heaven mengabaikan protes anaknya itu dan tetap saja menatap Jelita dengan seksama. "Jika Dexter menyakitimu, jangan takut untuk mengatakannya kepada Tante ya?""Iya, tante," sahut Jelita. Ia sedikit jengah karena Heaven terus mengamatinya lekat-lekat, meskipun di satu sisi ada perasaan senang karena di
Bel istirahat siang berbunyi. Dan seperti biasa, Jelita tidak ikut ke kantin karena Dexter telah membekalinya makanan dari rumah yang dimasak oleh Bi Ani, asisten rumah tangga di rumah Dexter. Lelaki itu hanya ingin memastikan bahwa Jelita hanya akan memakan makanan yang bergizi dan sehat. Kevin mendatangi kelas Jelita dan melihat Zikri yang masih duduk santai di kursinya, di samping Jelita. "Kamu nggak ke kantin, Zik?" sapa Kevin sambil melirik ke arah bekal makanan Jelita yang terlihat lezat. Zikri menggeleng. "Nanti juga akan ada yang memberiku makanan," tukasnya santai sambil melipat kedua tangannya menumpu di belakang kepala. Zikri memang disukai banyak cewek di sekolah. Dia kaya dan tampan, sehingga banyak yang ingin menjadi pacarnya.Dan benar saja, tidak berapa lama kemudian dua orang cewek dari kelas lain masuk ke dalam kelas mereka, dengan malu-malu memberikan bekal makanan bento ala Jepang dan minuman boba untuk Zikri. Zikri sengaja memberikan senyum manis terbaiknya
"Dexter, stop..." Jelita merasa melayang dan mendesah dengan penuh hasrat, namun di saat yang bersamaan ia sadar kalau ini tidak benar. Mereka sedang bermesraan di pinggir jalan raya yang penuh dengan lalu lalang kendaraan! Meskipun kaca Maserati ini sangat gelap, tetap saja bercinta di mobil sangat berisiko ketahuan dan pelakunya pun pasti akan dipermalukan. Jelita menjambak kuat rambut caramel lebat milik Dexter yang sedang berada di dadanya, membuat kepala lelaki itu sedikit menjauh dari bukit lembut milik Jelita yang terpampang terbuka dan sedang ia manjakan tadi."Stop, please. Ini di jalan raya," pinta Jelita dengan napas yang masih terengah akibat belaian lidah Dexter yang liar menjelajahi dadanya.Dexter tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya melihat wajah Jelita yang merona. Ia mengecup singkat dua puncak pink basah yang menggemaskan itu sebelum mengangkat pinggang Jelita dan meletakkan tubuhnya kembali ke kursi penumpang di sampingnya."Kamu benar, Sayang. Lagipula ki