Share

Martabak

last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-26 20:02:51

Siti masih tidak percaya dengan penglihatannya. Mengapa keberuntungannya hanya sampai sore hari, dan kini berganti dengan kemalangan? Mengapa dirinya harus bertemu dengan pria gila itu lagi? Beraneka pertanyaan bermunculan di kepalanya sedangkan indera penglihatannya masih sibuk mengamati pria yang berada di samping kanannya, yang duduk di belakang kemudi.

Rayhan masih menatap Siti dengan senyuman yang hanya dirinya sendiri yang mengerti arti dibaliknya. Tampak kebahagiaan terselip di balik senyumannya. Satu masalah selesai. Ya, permintaan kedua orangtuanya yang mengharuskannya membawa calon istri pura-puranya untuk makan malam bersama di  rumah mereka besok malam minggu, menjadi masalah besar bagi Rayhan. Namun, masalah itu kini sudah ia temukan solusinya. Karena secara tidak sengaja ia bisa kembali bertemu dengan calon istri pura-pura-nya itu berkat Siti. 

Rayhan sebenarnya dalam perjalanan pulang dari kantor. Akan tetapi saat di lampu merah ia melihat seorang gadis mengenakan seragam yang sama dengan karyawan toko roti yang ia datangi tadi pagi. Tiba-tiba ia ingat pesan Arya untuk mencoba mencari karyawan toko roti itu yang bernama Sizuka untuk meminta rekomendasi puding yang enak.

Ternyata, gadis yang saat itu  hendak pulang dari toko roti itu, menyita perhatiannya. Ia langsung mengarahkan mobilnya tepat di depan toko itu dan kebetulan pas di samping sepeda mini yang sudah hendak meninggalkan dirinya. Rayhan segera keluar dari mobilnya dan langsung menghampiri gadis yang sudah mengayuh sepedanya itu  dengan  menarik sadel tempat duduk sepeda itu. sehingga menyebabkan diri gadis itu hampir terjengkang ke depan.   

Dirinya benar-benar tidak menyangka bila ia akan bertemu lagi dengan calon istri pura-pura-nya mengingat ia sendiri lupa nama gadis itu, terlebih lagi tempat tinggal alih-alih tempat bekerja gadis itu. Ia sempat ragu, namun melihat reaksi dari tubuhnya yang tidak protes dengan kedekatannya dengan tubuh gadis itu dan juga reaksi yang diberikan Siti yang sama persis dengan reaksi saat ia menarik paksa gadis itu dan mendekapnya erat saat memperkenalkanya di depan oom Rudy.  Ia yakin seratus persen, bahwa gadis itu benar-benar gadis  yang kemarin ia akui sebagai calon istrinya di hadapan orang-orang.

Berbanding terbalik dengan Rayhan. Bibir Siti justru mengomel tidak karuan sambil menatap dengan penuh kesal ke arah Rayhan. Martabak emak?! Mendadak ia teringat akan pesanan emaknya, martabak di ujung perempatan sebelum gang rumahnya.

"Maaf Tuan, saya tidak punya cukup waktu. Saya masih ada urusan yang harus saya selesaikan. Jadi mohon dengan sangat, tolong turunkan saya di sini atau di sana sekalian, di ujung perempatan itu," pinta Siti setengah memerintah Rayhan. 

"Kamu mau pergi kemana? Akan saya antar," ujar Rayhan kembali menatap jalanan di hadapannya. Siti melengos kesal. Tiba-tiba ponselnya berdering. Panggilan video dari sang emak. Siti menggeser tombol yang berwarna hijau ke samping kanan.

"Iya, Mak,"  sahut Siti ketika wajah emaknya sudah muncul di layar ponselnya.

"Lu dimana anakku yang paling cantik?" tanya emak dengan suaranya yang bikin budeg telinga Siti seketika. Rayhan mencuri-curi pandang ke arah Siti yang sedang menjawab panggilan dari seseorang yang dipanggil mak itu.

"Ehm, dimana ya..." gumam Siti sambil menengok-nengok keluar jendela berusaha mencari nama jalan di papan nama toko yang di lewatinya.

"Lah masakan nggak tau jalan yang biasanya dilewati," sahut emaknya yang ternyata mendengar gumaman Siti.

"Iya iya mak, otewe ke babang martabak pojokan perempatan," jawab Siti menyentil kepalanya sendiri.

"Ya udah cepetan, bapak sama emak udah kelaperan nungguin martabaknya. Nggak usah mampir kemana-mana," perintah sang emak yang kemudian mengakhiri panggilan video itu.

Siti menghela nafas panjang memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas punggungnya. 

"Itukah yang akan kamu beli?" tanya Rayhan menunjuk ke arah penjual martabak telur di pojokan perempatan di depannya.

Siti mengikuti arah yang ditunjuk oleh jari telunjuk Rayhan. Ia kemudian menganggukkan kepalanya, membenarkan arah yang ditunjuk Rayhan.

Rayhan segera memarkirkan mobilnya dan keluar menuju gerobak martabak yang dimaksud Siti. Siti lalu menyusul keluar dan berjalan mengikuti Rayhan dari belakang. 

"Hai Sizuka..pesanan emak atau buat lu sendiri," tanya bang Tohir, si penjual martabak telur dan manis.

"Emak," sahut Siti lemas. Rayhan mengawasi gadis yang berdiri di sampingnya. Tampak olehnya Siti sedang mengamati isi yang sedang dibuat si abang. Tiba-tiba gadis itu berteriak,

"Eh, bang buat emak ya bukan buat aku. Yang buanyak daun bawangnya biar marem emak makannya," protes Siti.

"Lah, lu nggak ikutan?" tanya si abang lagi.

"Gratis gua mau kalau bayar ogaaah,"sahut Siti mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada didekatnya.

Bang Tohir tertawa lepas sambil menggelengkan kepalanya merasa geli melihat mimik wajah Siti. Rayhan mendadak ikut duduk di samping Siti ketika seorang pria berambut gondrong berjalan ke arah mereka. Ia takut bila pria itu akan duduk di samping Siti, yang akhirnya menjadikan dirinya kambing congek di sana.

Bang Tohir menatap sekilas ke arah Rayhan dan Siti. Siapa pria tampan yang ada di samping gebetan dia, tatapnya penuh curiga. Tsk, ternyata Bang Tohir ada hati juga pada Siti. 

Merasa diawasi oleh si penjual martabak dengan tatapan tidak bersahabat, Rayhan meraih tangan Siti yang terulur ke bawah kursi dan menggenggamnya. Merasa seseorang menggenggam tangannya, sontak Siti menoleh ke sebelah kirinya dengan tatapan malas. Dirinya merasa lelah jadi dibiarkannya si pria aneh itu menggenggam tangannya, dia hanya ingin memejamkan matanya sejenak. Tidak menunggu lama, Siti pun tertidur dan tanpa sadar telah menyandarkan kepala di lengan Rayhan. 

Bang Tohir melihat pemandangan itu dengan rasa tidak suka. Ia menyelesaikan pesanan Siti dengan sedikit berisik. Rasa tidak sukanya terhadap pria asing yang berhasil memegang tangan pujaan hatinya membuat dirinya semakin keras mengadukan alat penggorengan dengan wajannya. Rayhan memandang tajam Bang Tohir. Jika di awal tadi ia berusaha bersikap ramah, kali ini aura menyeramkan tampak keluar dari bahasa tubuhnya. Mendapati perubahan wajah Rayhan yang begitu mencolok, Bang Tohir mengakhiri aksinya dan kembali menyelesaikan pesanan lain dengan kalem. Sungguh, tatapan maut Rayhan sanggup membuat diri Bang Tohir serasa meringkuk di pojokan.

Rayhan membeli 5 kotak martabak, dan ia memberi 2 lembar uang kertas berwarna merah ke Bang Tohir, dan di terima dengan tangan gemetar. Rayhan menambahkan kata-kata kenangan kepada si abang penjual martabak itu, "Jangan pernah mencoba mendekati bahkan menatap berlebihan terhadap gadis ini, bila tidak ingin warungmu rata dengan tanah," ucap Rayhan dengan penuh ancaman. Bang Tohir menganggukkan kepalanya berulang-ulang.

Rayhan menggendong tubuh Siti yang sedang tertidur sambil membawa 3 kresek martabak milik Siti. Ia membuka pintu depan yang sebelah kiri dengan menggunakan remote dan pintu itu terbuka secara otomatis. Rayhan langsung mendudukkan tubuh Siti di kursi dan sekaligus memasangkan sabuk pengamannya. Dasar putri tidur. Nggak sadar apa kalau dia begini bisa  mengundang bahaya yang dapat mengancam dirinya, gumam Rayhan sembari menutup pintu mobil dan berjalan memutar ke pintu samping, mendudukkan tubuhnya di belakang kemudi, menghidupkan mesin dan menjalankan mobilnya secara perlahan.

"Hey, Kuda Nil! Bangun! Itu telpon diangkat! Rayhan berbicara dengan setengah berteriak. Siti terkejut karena volume ponselnya yang semakin lama semakin meninggi. Emak!

"Ya, Mak.. Iya...Iya.. Ini udah dapat martabaknya...Ehhmm.. Iya.." Siti mematikan ponselnya. Ia menatap setengah bingung. Tadi kan perasaan ia tidur sebentar di kursi Bang Tohir sambil menunggu martabak pesanannya matang, tapi kok sekarang sudah di mobil lagi, pikirnya.

"Tadi kamu tertidur waktu menunggu martabak pesananmu matang. Dibangunin juga nggak bangun-bangun juga, jadi, maaf, tadi terpaksa kugendong," terang Rayhan santai.

"Digendong? Gen-dong? Kamu?" tanyanya dengan nada masih bingung.

Rayhan mengangguk mantap.

"Apa!!!!?" teriak Siti heboh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan 2, Jawaban Siti

    Siti semakin panik, mendapat tatapan tak percaya dari Arken. "Maksudnya? Saya tidak tahu apa-apa," jawabnya semakin bingung. Sebenarnya pria menyebalkan itu punya rencana apa? Arken menghela nafasnya. "Oh. Ya, sudahlah. Aku rasa, aku tidak punya hak untuk memberitahumu. Mungkin ia akan menelponmu dan membicarakan hal ini padamu. Sekarang, kita konsentrasi cari rumah makan dulu. Aku belum sarapan sama sekali." Arken merasa tidak enak. Ia merasa tidak pantas membicarakan hal itu lebih jauh. "Apa Rayhan tidak ada di sini? Maksud saya, ehm, apakah dia sedang ada perjalanan bisnis ke suatu tempat atau kota?" Siti penasaran sekali. "Mungkin, sebentar lagi pria itu akan menelponmu dan kamu akan memiliki waktu pribadi untuk membicarakan urusan kalian." Arken mengatakan itu semua dengan susah payah. Setelah mengisi perut, sepuluh menit kemudian, mobil itu sudah terparkir di

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan

    Yuda berjalan tergesa sambil menenteng pesanan Siti. Ia mengetuk tiga kali pintu ruang atasannya lalu segera melangkah masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam. Saat seperti ini, Rayhan tidak peduli dengan aturan yang ia buat ketika seseorang hendak masuk ke dalam ruangannya. Baginya, kesehatan Siti adalah segala-galanya. "Ini, Bos. Semua pesanan ada di dalam." Yuda meletakkan paperbag hitam itu ke meja kerja Rayhan yang saat itu sedang duduk termenung, sedangkan Siti sudah kembali ke dalam ruang privat Rayhan. "Menurutmu siapa yang layak aku jadikan asisten Arken dan Arya? Dirimu atau Sizuka?" Pertanyaan Rayhan ia ajukan tanpa melihat ke arah Yuda. Yuda terkejut. Asisten Arken dan Arya? Maksudnya? Yuda bertanya-tanya dalam hati. "Saya tidak berani menjawab, Bos. Semua terserah Bos. Baik saya mau pun Sizuka hanya bawahan, yang akan menuruti apa pun perintah atasannya."

  • The Story Between Us   Usulan Arya

    Rayhan menatap tajam Siti. Ia segera menghampiri gadis itu dan memegang tangan kiri Siti yang belum sempat menarik lepas jarum infus dari tangan kanannya. "Mengapa dirimu ini susah sekali diberi tahu? Apakah semudah itu kau menyakiti dirimu setiap kali kemauan atau perkataanmu tidak diturutin? Jangan seperti anak kecil begini!" Rayhan menyentil kening Siti, ia mencoba menenangkan Siti agar tidak terlalu memikirkan ucapan emak. "Jika kau tidak ingin pulang bersamaku, kau bisa mengatakannya kan? Tidak perlu marah-marah seperti ini." Rayhan kembali menatap Siti dengan tatapan mata berkabut. Siti hanya bisa menunduk malu mendengar semua ucapan pria tampan di depannya. Sebelumnya, ia merasa jika Rayhan hanya ingin memanfaatkan keadaannya saja, akan tetapi setelah melihat perubahan wajah Rayhan yang menjadi gelap, ia jelas merasakan bahwa dia telah salah sangka.

  • The Story Between Us   Ancaman Sizuka

    Rayhan terlonjak kaget dari tempatnya. Dirinya tidak menyangka dokter muda itu berani membentaknya, CEO perusahaan tempat dokter itu bertugas. "Apa-apaan kau berteriak-teriak padaku? Apa kau lupa siapa aku?" Rayhan menatap dokter muda itu dengan nyalang. Ingin rasanya ia menelan pria muda itu hidup-hidup. Kesal sekali rasanya. "M-Ma-aaf, Tuan. M-maafkan saya. Tapi, jika Tuan terus berbicara dan terus mengancam saya, bagaimana saya bisa memulai pemeriksaan pada nona ini? Tuan lihat saja, wajah nona ini semakin pucat. Saya khawatir kita tidak punya banyak waktu untuk menyelamatkannya." Ucapan dokter muda itu membuat Rayhan panik. "Apa maksudmu berkata demikian? Sudah sana, cepat kau periksa!" Rayhan berdiri tepat di samping dokter itu, mengawasi setiap tindakan yang dilakukan pria berkacamata yang kini tengah sibuk memeriksa pupil mata Siti. Setelah mengecek semuanya, dokte

  • The Story Between Us   Ada Apa Denganmu?

    Arken menyerahkan kunci mobilnya kepada Yuda dan duduk di samping pria itu, sednagkan Siti duduk sendiri di kursi penumpang. Sirna sudah rencananya untuk bercengkerama dengan Siti. Maksud hati ingin berbagi cerita, sekedar mendengar suara Siti dari dekat, justru kini ia harus puas duduk di depan terpisah dengan Siti yang duduk di belakang. Kehadiran Yuda di tengah-tengah mereka membuat Arken merasa kikuk untuk memulai percakapan . Ia khawatir, pria yang saat ini sedang berkonsentrasi di belakang kemudi akan melaporkan semua yang ia bicarakan dengan Siti. “Apakah Pak Arya juga sudah tahu kita akan mengecek lokasi kantor untuk proyek baru?” Yuda melirik ke arah Arken yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. “Apa? Kau tanya apa barusan?” Arken menoleh ke arah Yuda yang kembali menatap jalanan di depannya. “Pak Arya. Apakah akan menyusul kita?” “Oh, tidak. Dia baru akan m

  • The Story Between Us   Proyek Baru

    "Kau akan kembali kemari setelah berada satu minggu di sana. Sepulang mu dari kantor di kota X, kau transfer lagi pekerjaan di kota X ke Siti. Minggu berikutnya, Siti yang akan bekerja di kota X dan kau kembali bekerja di sini, seperti semula." Siti yang mendengar percakapan dua pria itu, merasa pening sendiri. Sebenarnya, pekerjaan apa yang menjadi tanggung jawabnya? Mengapa perasaannya tidak enak? "Apa kau sudah paham yang kumaksud?" Rayhan memperhatikan Yuda lalu melihat ke arah Siti yang sedang menatap ke arahnya. "Kau boleh ke luar sekarang. Jangan lupa untuk menghubungi Arken. Katakan padanya besok kau akan datang ke sana." Yuda segera meninggalkan ruangan Rayhan. Kini, tinggallah Siti di ruang besar itu. Rayhan menghampiri Siti yang masih terus menatap dirinya. "Ada apa?" Rayhan menarik Siti duduk b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status