Home / Romansa / The Story Between Us / Tidak Ada Yang Gratis Di Dunia Ini

Share

Tidak Ada Yang Gratis Di Dunia Ini

last update Last Updated: 2021-04-30 07:15:13

Siti tidak menyangka bila pria arogan di sampingnya ini, ternyata berani bersikap kurang ajar pada dirinya. Menggendong dirinya tanpa minta ijin lebih dulu. Mata Siti menatap Rayhan dengan penuh dendam.

"Kenapa? Dirimu kesal karena aku menggendongmu tanpa ijin dulu, begitu?" tanya Rayhan menebak dengan benar apa yang menjadi kekesalan Siti saat ini.

"Kalau aku minta ijin dulu belum tentu juga kamu akan memberiku ijin, yang ada justru tendangan mautmu yang akan melayang ke wajahku yang tampan ini," sahut Rayhan sambil mengelus-elus wajahnya. Bersikap narsis biar Siti semakin menjadi sebal. 

"Hoeeek!! Tampan dilihat darimana,hah? Dilihat dari puncak gunung lawu pake sedotan, masuk akal itu," jawab Siti sarkas sambil matanya menerawang lalu terbahak-bahak sendiri.

Rayhan menjadi kesal sendiri. Maksud hati ingin membuat Siti kesal justru dia yang kena batunya. Dia menambah kecepatan mobilnya, membuat Siti tanpa sadar mencengkeram lengan Rayhan dengan kencang. 

"Eh, yaaa... Gua belum mau mati. Gua belum merit. Gua juga belum pernah ciuman. Gua masih pengen ngerasain ena-ena dulu. Gua ogah mati pokoknya. Setop-setop," teriak Siti kian heboh.

Huahahahaha. Rayhan ngakak sengakak-ngakaknya di dalam hatinya. Sumpah. Ini cewek geblek juga ya, serunya dalam hati sambil melirik ke arah Siti yang belum juga melepaskan tangannya dari lengannya. 

Mendadak Rayhan menginjak rem, sehingga kening Siti sukses mencium dashboard mobil mewah itu. Cengkraman tangan Siti terlepas dari lengan Rayhan, namun sayang dahinya harus menjadi korban.   

"Niat banget ya buat orang terluka. Central lock opened," seru Siti sambil mengelus-elus  keningnya yang mulai agak membesar setengah bulatan bakso. Rayhan terkejut. Bagaimana bisa gadis aneh ini tahu kata perintah yang ia buat untuk membuka pintu mobilnya. Padahal baru kali ini gadis ini naik mobil mewahnya.

Siti melenggang keluar dengan santainya sambil mengelus keningnya yang membesar lebih dari sebelumnya, tanpa menanggapi tatap keheranan Rayhan gegara ia mengucapkan kata ajaib untuk membuka pintu mobil mewah pria arogan itu.

"Hei, memang ini jalan ke rumah kamu?" tanya Rayhan setengah berteriak. Siti tetap saja berjalan tanpa mengindahkan teriakan Rayhan. Rayhan segera menyusul Siti sambil membawa kresek berisi martabak yang tadi dibelinya. 

Tiba-tiba terdengar suara cempreng khas emak-emak tatkala memergoki anak gadisnya pulang terlalu malam bersama laki-laki asing yang tidak ia kenal.

"Siti Zulaikah!! Kenapa baru pulang sekarang? Emak tadikan sudah bilang jangan pulang malam-malam dan jangan mampir kemana-mana.. pesanan emak mana? Martabak yang emak pesan mana??" omel sang emak panjang dengan ujung-ujungnya menagih pesanannya.

Martabak! Martabaknya mana?? Siti mendadak bingung. Ia segera memutar tubuhnya mencari sosok pria arogan yang tadi berteriak-teriak memanggilnya. Ia berlari kembali menuju ke mobil mewah yang ia lihat masih terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Siti menarik nafas lega. Si arogan masih di sana, ia langsung berjalan cepat menghampiri Rayhan yang pura-pura sibuk menelpon seseorang. 

Rayhan tersenyum licik. Tidak segampang itu kamu mengambil martabak ini, batinnya sambil menyunggingkan senyuman licik di wajah tampannya. Tidak ada yang gratis di dunia ini

"Hey, mana martabaknya tadi?" tanya Siti tanpa adab sopan santun samasekali. Tanpa memanggil nama dan main perintah saja.

"Ngomong sama siapa?" tanya Rayhan acuh sambil memasukkan ponselnya kembali ke saku celananya.

"Ya situlah masakan aku ngomong sama si gagah Optimus Prime," jawab Siti sedikit ketus.

"Dua ratus ribu," Rayhan menagih uang yang sudah ia keluarkan untuk mendapatkan martabak itu.

"Haah, mahal beeng, biasanya juga cuma habis 20 ribu," protes Siti. 

"Ogah gue. Mending beli sendiri, genjot sepeda mini gua," jawab Siti lantang. Ia lupa bila sepeda mini miliknya masih berada di samping toko.

" Ya udah, sana ambil sepedanya sana," jawab Rayhan acuh. Ia langsung membuka pintu mobilnya sambil kembali membawa kresek yang berisi martabak masuk ke dalam mobil bersamanya.

"Eeee, tunggu..tunggu dulu," cegah Siti.

"Ya, udah ya udah...mana martabaknya. Ni 50 ribu dulu sisanya bulan depan. Uangku  tinggal segitu.. udah cepetan mana martabaknya..." ujar Siti terus memaksa Rayhan untuk menyerahkan kresek itu.

"Kamu nggak perlu bayar ini martabak, asalkan kamu mau menuruti permintaanku," jawab Rayhan memberikan syarat kepada Siti.

"Ya amplop, pake syarat segala, ya udah apa syaratnya, keburu emak nyusul ke sini lagi," ucap Siti gusar.

"Datang ke rumahku besok malam minggu untuk makan malam bersama kedua orang tuaku. Tidak menerima penolakan," ujar Rayhan. Siti mendadak terdiam. Ini pasti akibat kejadian kemarin, karena pria arogan ini mengakui dirinya sebagai calon istrinya. Siti masih terdiam, sibuk dengan tebakannya sendiri.

"Ayo, biar aku antar kamu ke rumah, biar ibu kamu itu tidak  lagi jadi tarzan kemalaman," ujar Rayhan dengan nada memaksa lalu meraih  tangan Siti kemudian menggenggamnya. Siti hanya diam saja. Rasa malas untuk membantah Rayhan tiba-tiba datang menyergapnya. Rayhanpun dengan tanpa penolakan yang berarti dari Siti, berjalan dengan menggenggam tangan Siti dengan tangan kanannya, sedang tangan kirinya membawa kresek berisikan martabak telur.

Sesampainya di depan rumah, Siti melepaskan genggaman tangan Rayhan dan mulai memanggil emaknya.

"Mak, pesanannya udah datang nih," seru Siti seraya hendak menghempaskan tubuhnya di kursi yang tersedia di teras rumahnya, sambil meletakkan  kresek yang berisi martabak itu di atas 

Rayhan tidak membiarkan Siti untuk duduk. Ditariknya lagi tubuh Siti, untuk kembali berdiri di sampingnya. Tak lama kemudian, kedua orang tuanya datang menghampiri mereka.

Lina, sang emak memandang penuh curiga ke arah Rayhan, mengapa anak perempuan satu-satunya bisa bersama dengan pria dewasa nan tampan yang saat ini berdiri di samping sang putri sambil saling bergenggaman tangan. Lantas ini, mengapa ada banyak sekali martabak di dalam kresek hitam.

Menangkap kebingungan di wajah wanita paruh baya itu, Rayhan langsung membuka bibirnya,  menjelaskan apa yang tengah terjadi. Akhirnya, setelah mendengar penjelasana dari Rayhan, Lina kemudian mempersilahkan Rayhan duduk di samping kursi yang diduduki Siti.

"Jadi, kedatangan saya kesini untuk meminta ijin pada bapak dan Ibu, Apakah saya di perbolehkan untuk mengajak Siti  makan malam bersama keluarga saya besok malam minggu?" ucap Rayhan hati-hati, mencoba menjadi pria baik-baik di depan calon besan pura-puranya. Dia terpaksa bersikap begini agar usahanya menggagalkan perjodohan orangtuanya berhasil meski hanya untuk beberapa waktu saja. Sangat jauh dari sifatnya yang angkuh, dingin dan tidak mau dibantah siapapun.

"Boleh-boleh saja, tapi anak emak jangan di suruh berangkat sendiri. Kamu jemput dia besok," jawan Lina dengan memberi satu syarat itu tadi.

"Siap, Bu. Besok saya akan jemput Siti satu jam lebih awal," jawab Rayhan semangat empat lima.

" Trus, kapan kamu akan melamar Siti?" tanya Lina langsung berhasil membuat Rayhan dan Siti tersedak seketika. Siti langsung mencak-mencak tidak karuan mendengar pertanyaan emaknya yang menghancurkan kredibilitas dirinya sebagai gadis yang anti mengemis cinta.

"Emaaakk! Ngomong apaan sih? Malu lah mak nodong-nodong orang buat ngajakin anaknya nikah," keluh Siti menahan malu. Rayhan tersenyum dalam hati. Kenapa gadis ini makin diliat makin lucu, batinnya.

"Secepatnya, Mak.. Terserah Sizu saja mau minta dilamar kapan?" ujar Rayhan menambah keruh suasana dan membuat sang emak semakin salah paham. Siti langsung memukul keras lengan Rayhan disertai tatapan galaknya.

"Kamu tidak sedang mempermainkan anak saya kan?" sentil emak dengan kata-kata yang berubah menjadi serius, sambil menatap tajam Rayhan. 

"Awas kalau sampai kamu mempermainkan anak gadisku ini. Meski wajahnya datar, nggak ada cantik-cantiknya, tapi kalau dia sampai kamu sakitin, emak akan menyunatimu puluhan kali!" Ancaman Lina membuat Rayhan bergidik ngeri. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan 2, Jawaban Siti

    Siti semakin panik, mendapat tatapan tak percaya dari Arken. "Maksudnya? Saya tidak tahu apa-apa," jawabnya semakin bingung. Sebenarnya pria menyebalkan itu punya rencana apa? Arken menghela nafasnya. "Oh. Ya, sudahlah. Aku rasa, aku tidak punya hak untuk memberitahumu. Mungkin ia akan menelponmu dan membicarakan hal ini padamu. Sekarang, kita konsentrasi cari rumah makan dulu. Aku belum sarapan sama sekali." Arken merasa tidak enak. Ia merasa tidak pantas membicarakan hal itu lebih jauh. "Apa Rayhan tidak ada di sini? Maksud saya, ehm, apakah dia sedang ada perjalanan bisnis ke suatu tempat atau kota?" Siti penasaran sekali. "Mungkin, sebentar lagi pria itu akan menelponmu dan kamu akan memiliki waktu pribadi untuk membicarakan urusan kalian." Arken mengatakan itu semua dengan susah payah. Setelah mengisi perut, sepuluh menit kemudian, mobil itu sudah terparkir di

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan

    Yuda berjalan tergesa sambil menenteng pesanan Siti. Ia mengetuk tiga kali pintu ruang atasannya lalu segera melangkah masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam. Saat seperti ini, Rayhan tidak peduli dengan aturan yang ia buat ketika seseorang hendak masuk ke dalam ruangannya. Baginya, kesehatan Siti adalah segala-galanya. "Ini, Bos. Semua pesanan ada di dalam." Yuda meletakkan paperbag hitam itu ke meja kerja Rayhan yang saat itu sedang duduk termenung, sedangkan Siti sudah kembali ke dalam ruang privat Rayhan. "Menurutmu siapa yang layak aku jadikan asisten Arken dan Arya? Dirimu atau Sizuka?" Pertanyaan Rayhan ia ajukan tanpa melihat ke arah Yuda. Yuda terkejut. Asisten Arken dan Arya? Maksudnya? Yuda bertanya-tanya dalam hati. "Saya tidak berani menjawab, Bos. Semua terserah Bos. Baik saya mau pun Sizuka hanya bawahan, yang akan menuruti apa pun perintah atasannya."

  • The Story Between Us   Usulan Arya

    Rayhan menatap tajam Siti. Ia segera menghampiri gadis itu dan memegang tangan kiri Siti yang belum sempat menarik lepas jarum infus dari tangan kanannya. "Mengapa dirimu ini susah sekali diberi tahu? Apakah semudah itu kau menyakiti dirimu setiap kali kemauan atau perkataanmu tidak diturutin? Jangan seperti anak kecil begini!" Rayhan menyentil kening Siti, ia mencoba menenangkan Siti agar tidak terlalu memikirkan ucapan emak. "Jika kau tidak ingin pulang bersamaku, kau bisa mengatakannya kan? Tidak perlu marah-marah seperti ini." Rayhan kembali menatap Siti dengan tatapan mata berkabut. Siti hanya bisa menunduk malu mendengar semua ucapan pria tampan di depannya. Sebelumnya, ia merasa jika Rayhan hanya ingin memanfaatkan keadaannya saja, akan tetapi setelah melihat perubahan wajah Rayhan yang menjadi gelap, ia jelas merasakan bahwa dia telah salah sangka.

  • The Story Between Us   Ancaman Sizuka

    Rayhan terlonjak kaget dari tempatnya. Dirinya tidak menyangka dokter muda itu berani membentaknya, CEO perusahaan tempat dokter itu bertugas. "Apa-apaan kau berteriak-teriak padaku? Apa kau lupa siapa aku?" Rayhan menatap dokter muda itu dengan nyalang. Ingin rasanya ia menelan pria muda itu hidup-hidup. Kesal sekali rasanya. "M-Ma-aaf, Tuan. M-maafkan saya. Tapi, jika Tuan terus berbicara dan terus mengancam saya, bagaimana saya bisa memulai pemeriksaan pada nona ini? Tuan lihat saja, wajah nona ini semakin pucat. Saya khawatir kita tidak punya banyak waktu untuk menyelamatkannya." Ucapan dokter muda itu membuat Rayhan panik. "Apa maksudmu berkata demikian? Sudah sana, cepat kau periksa!" Rayhan berdiri tepat di samping dokter itu, mengawasi setiap tindakan yang dilakukan pria berkacamata yang kini tengah sibuk memeriksa pupil mata Siti. Setelah mengecek semuanya, dokte

  • The Story Between Us   Ada Apa Denganmu?

    Arken menyerahkan kunci mobilnya kepada Yuda dan duduk di samping pria itu, sednagkan Siti duduk sendiri di kursi penumpang. Sirna sudah rencananya untuk bercengkerama dengan Siti. Maksud hati ingin berbagi cerita, sekedar mendengar suara Siti dari dekat, justru kini ia harus puas duduk di depan terpisah dengan Siti yang duduk di belakang. Kehadiran Yuda di tengah-tengah mereka membuat Arken merasa kikuk untuk memulai percakapan . Ia khawatir, pria yang saat ini sedang berkonsentrasi di belakang kemudi akan melaporkan semua yang ia bicarakan dengan Siti. “Apakah Pak Arya juga sudah tahu kita akan mengecek lokasi kantor untuk proyek baru?” Yuda melirik ke arah Arken yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. “Apa? Kau tanya apa barusan?” Arken menoleh ke arah Yuda yang kembali menatap jalanan di depannya. “Pak Arya. Apakah akan menyusul kita?” “Oh, tidak. Dia baru akan m

  • The Story Between Us   Proyek Baru

    "Kau akan kembali kemari setelah berada satu minggu di sana. Sepulang mu dari kantor di kota X, kau transfer lagi pekerjaan di kota X ke Siti. Minggu berikutnya, Siti yang akan bekerja di kota X dan kau kembali bekerja di sini, seperti semula." Siti yang mendengar percakapan dua pria itu, merasa pening sendiri. Sebenarnya, pekerjaan apa yang menjadi tanggung jawabnya? Mengapa perasaannya tidak enak? "Apa kau sudah paham yang kumaksud?" Rayhan memperhatikan Yuda lalu melihat ke arah Siti yang sedang menatap ke arahnya. "Kau boleh ke luar sekarang. Jangan lupa untuk menghubungi Arken. Katakan padanya besok kau akan datang ke sana." Yuda segera meninggalkan ruangan Rayhan. Kini, tinggallah Siti di ruang besar itu. Rayhan menghampiri Siti yang masih terus menatap dirinya. "Ada apa?" Rayhan menarik Siti duduk b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status