Home / Romansa / The Stranger's Lust / 09. When Fire and Ice Cross

Share

09. When Fire and Ice Cross

Author: Sky
last update Huling Na-update: 2021-09-14 19:09:08

“Hey! Hey! Hati-hati bawanya!”

“Kami tidak akan seperti ini jika Anda bekerja sama, Tuan.” ucap pria bertubuh kekar yang menahan lengan Leyna sembari menaiki tangga. Leyna menepis pemikirannya tersebut, ini bukan lengannya, tubuh ini juga bukan miliknya. Bagaimana bisa pinggang rampingnya lenyap tergantikan dengan pinggang yang lebih lebar dan punya perut yang samar punya garis.

Swear God! Dia tidak melihat, hanya menyentuh tanpa sadar untuk memastikan. Leyna tidak menyangka kalau seluruh bagian tubuhnya berganti dan sekarang dia dibawa ke ruang rapat. Sungguh, dia tidak punya tenaga lagi untuk melawan dan pasrah didudukkan ke kursi.

Bukan itu pusatnya, matanya melotot melihat tubuhnya berdiri di samping jendela yang terbuka setengah menikmati sinar mentari pagi. Tubuhnya, tubuh yang sebenarnya.

Ada di sana.

“Bisa tinggalkan kami berdua?” ucap suara halus miliknya. Benar miliknya tapi keluar dari raga yang tengah berjalan menghampirinya.

“Baik, Nona Muda Olivia. Kami menunggu di depan.” ucap penjaga tahanan yang sedaritadi menahan lengannya.

Hey! Yang namanya Olivia itu aku! Batinnya yang tidak bisa tersampaikan ke gendang telinga siapapun. Karena tidak akan ada yang percaya. Selepas kedua penjaga itu keluar, raga aslinya duduk berselang dua kursi darinya.

Tidak ada percakapan setelah dia duduk, membuat Leyna berpikir keras tentang siapa yang mendiami raganya, apa yang telah dia lakukan sampai mereka bisa tertukar seperti ini diwaktu yang tidak tepat? Apakah Daddy, Mommy, dan Quinza mengetahui tentang hal ini? Bagaimana dengan Kakaknya di sana?

"Ternyata benar dugaanku."

Leyna tersentak kaget, tidak ada aba-aba kalau dia akan bicara. Biasanya dia hanyalah akan menjadi sosok pendengar di belakang ayahnya, bergeming di sana selama diskusi dijalankan penuh akan kehardikan dari barisan pimpinan.

Namun semuanya seperti karma. Dia menjadi pihak ketakutan di depan meja bundar yang menjadi saksi bisu. Matanya melihat seorang gadis yang duduk berselang lima kursi darinya dengan penuh mata berkaca-kaca. Wanita muda yang tengah merubah posisi menyilang kaki agar terlihat angkuh di matanya.

"Kenapa diam, heum? Ayo, bicaralah. Agar aku mengatakan kepada Daddy-mu." katanya dengan congkak.

Ruangan berpetak itu tampak hening dan mencekam, jarak di keduanya membuat mereka terus saling menatap satu sama lain. Sama-sama tidak mau mengalah untuk memutuskan kontak tersebut. Leyna yang tidak bisa menahannya lagi langsung menghardik.

“Buat apa kamu selama ini?” tanyanya. “Kenapa kamu ada di sana?” sambungnya dengan tatapan menelisik. Sungguh dari apapun yang menimpa jiwa wanita beraga pria tersebut hanya satu yang membuatnya kepalang pusing sampai sekarang.

Wanita tersebut hanya menaikkan sebelah kiri alisnya, lalu tersenyum menyeringai.

Okay, listen, this is annoying.

“Maksudku …,” ucap Leyna lalu menghembuskan napasnya perlahan, membuang segala pikiran negative seperti menenggelamkan wanita yang dia tahu merupakan putri kedua dari pemimpin daerah terpencil ini di kolam renang belakang Red House. Menenggelamkan wanita tersebut sama saja dengan menenggelamkan dirinya sendiri.

Dia memilih untuk bangkit dari posisinya, tidak peduli dengan para pengawal yang berdiri di depan pintu ruangan untuk menjaganya agar tidak kabur. Per setan dengan pengawal, dia tidak ada niat untuk kabur.

Derap langkah dari pentofel yang dipakai sejak kemarin terdengar aneh di telinganya. Hal pertama yang dia lakukan dalam hidupnya adalah memakai sepatu kantoran mengkilap yang tidak pernah dia duga sebelumnya. Selama ini dia hanya memakai high heels atau flat shoes yang bertebaran di closet-nya.

Sebelah tangannya memutar kursi yang diduduki wanita bergaun selutut sabrina berwarna pink pastel yang terlihat anggun. Dia sendiri juga tidak tahu darimana kekuatannya menarik kursi yang pastinya bertambah beban dengan berat tubuh wanita yang memang terlihat ramping.

Demi waffles kesukaannya, dia tidak pernah menarik kursi seseorang seperti ini apalagi sampai mendekatkan wajahnya ke wajah wanita tersebut sambal menatap manik keabuan tersebut dengan kesal, sambil menyangga pada sandaran tangan kursi tersebut.

“Maksudku … kenapa kamu ada di tubuhku, sialan?” tanya Leyna yang berkobar kilat dari manik kecoklatan ini. Tetapi itu hanya bertahan selama tiga detik, sebelum orang asing yang seenak jidat memakai raganya menarik tubuhnya dan memangku dengan posisi menyamping, membiarkan kedua kaki panjang terbalut celana kain itu menjuntai.

“Aku tidak tahu.” bisik jiwa asing tersebut di telinganya. Itu menggelikan dan menggelitik perutnya. Leyna hendak berdiri dari pangkuan itu namun kedua lengan kurus menyangga pinggang walaupun tidak bisa satu lingkaran.

Tanpa berpikir panjang, Leyna menyikut perut ramping tersebut. Setelah merasa jiwa asing itu melengah, dia langsung bangkit dan bahkan menendang tulang kering di depannya. Anehnya, dia merasa sakit pada perut dan tulang keringnya sendiri.

“Jangan main-main. Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Leyna melipat tangannya di depan dada, meminta kejelasan yang bagus dari jiwa tersebut.

“Bukankah lebih baik kita saling kenalan terlebih dahulu?” Jiwa asing itu bertanya dengan tenang, dia masih duduk di kursi barisan pemimpin. Mencondongkan tubuhnya untuk lebih dekat sembari menengadah ke wajah tampan Leyna.

“Dion Addison, dua puluh delapan tahun, seorang guru sekolah dasar.” Sambungnya dengan senyum sopan pada Leyna. “Giliranmu.”

Leyna memundurkan langkahnya dan berucap setelah mengedarkan pandangan ke sembarang arah untuk meredam rasa kikuknya, “Leyna Olivia, dua puluh empat tahun.”

“Salam kenal, Leyna.”

Seharusnya Leyna tidak boleh merasa jantungnya berdebar dan perutnya yang seperti terlilit namun sangat menyenangkan hingga Leyna tidak keberatan untuk merasakannya sekali lagi, iya, kan?

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Sky

Hello, Sky di sini. Terima kasih sudah membaca. Kalau suka dan penasaran dengan kisah Leyna dan Dion silakan langganan. ^^

| Like
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Stranger's Lust   65. Between Two Choices

    “Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang

  • The Stranger's Lust   64. Can't Go

    Setelah malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing, tidak ada lagi yang bertambah. Baik Dion maupun Leyna, keduanya sama-sama disibukkan dengan kegiatan sehari-hari dan Jumat sudah datang menjemput mereka. Dion sudah siap dengan balutan dress di bawah lutut dan duduk ke kursi meja makan yang sudah ditempati oleh tiga anggota lainnya. “Night, Dad, Mom, Quinza,” sapanya dengan binar riang di matanya. “Night, Leyna.” Sang Ibunda membalas sapaannya. Dia mengambil tempat di samping sang adik perempuan yang bermain dengan ponselnya daritadi. Sedangkan, laki-laki satu-satunya di keluarga inti tersebut sedang membaca berita dari ponselnya. “So, can we start?” tanya Aubrey yang melirik kedua anggota yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Dion memilih untuk tersenyum tipis ketika mengetahui kepada siapa yang dituju. Chayton dan putri bungsunya meletakkan alat komunikasi mereka di samping dan menjawab dengan kompak, “Sure.” Wanita tersebut mengangguk dan mulai meminta

  • The Stranger's Lust   63. Answer

    [Dion POV] Aku yang baru saja bisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian merilekskan persendian yang rasanya kaku banget setelah duduk di meja makan mendiskusikan beberapa topik hangat dengan Tuan Chayton. Sedangkan, Quinza berada di kamarnya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya di jam sebelas malam ini. Setelah berbelanja barang kebutuhan tadi, aku dan dia langsung menyimpan barang tersebut di dapur dan beberapa disisihkan untuk di simpan di tas yang khusus menampung pakaian ganti dan outfit latihan aku. Dan, ketika melihat namaku sendiri tertera di layar ponsel Leyna itu aku langsung mengangkatnya. “Hello?” Sejujurnya ntah kenapa malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah kami lewati dengan berbicara melalui telepon. Leyna menjawabnya, pembicaraan mulai terasa aneh ketika lawan bicaraku itu menanyakan situasi di sini. Namun, tidak berapa lama, aku mengetahui jawabannya. Jawaban mengapa aku merasa canggung dan aneh dalam pembicaraan kami k

  • The Stranger's Lust   62. Accidentally Confession

    [Leyna POV] Aku melangkah keluar dari gedung sekolah dan menaiki sepeda yang menemani semua kegiatanku semenjak menjadi sosok yang dipanggil Dion Addison. Langit yang hari ini terlihat mendadak begitu cerah tidak digubris olehku sama sekali. Karena rasanya dari dalam hatiku terbakar sejak siang tadi. Sialnya sampai sekarang masih belum padam. Efek yang luar biasa dahsyat setelah guru perempuan itu seenak jidat menawarkan ini dan itu kepadaku. Maksudnya kepada Dion, tentu saja. “Memangnya dia tahu kalau Dion itu suka sekali dengan oatmeal dan smoothies yang beragam variasi cara untuk menikmatinya,” celetukku sambil mengayuh sepeda. Beruntung aku bukan seorang puteri keturunan kepala pemerintah sekarang ini. Ada untungnya juga menjadi seorang warga biasa yang memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tentu saja kebanyakan warga di sini menikmati kehidupannya dengan biasa-biasa saja, bangun pagi, menyiapkan sarapan, mandi, berpakaian, pergi bekerja, pulang dan menikmati makan malam

  • The Stranger's Lust   61. Privacy Thought

    Dion meletakkan semua belanjaannya kepada kasir dengan tenang. Tidak, lebih tepatnya pura-pura untuk bersikap tenang dan biasa saja. Dia tahu Quinza daritadi melihatnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk berbicara empat mata dengannya. Namun, dia bersikap tidak tahu-menahu. "Leyna," panggil Quinza yang berada di belakangnya berbisik mendekat sampai ke telinganya. Beruntung sekali dia sudah terbiasa dengan adik perempuan Leyna selama ini sehingga dia tidak lagi merasa terkejut. Sebuah dehaman menjadi jawabannya dan dia melihat ke arah monitor kasir yang sedang bergerak menghitung total pembeliannya. "Kamu serius sekarang? Si cowo yang kujelasin itu ada di belakang tahu," kata Quinza lagi, dia berbicara dengan bisikan meskipun terdengar seperti nada tinggi. "Dia orangnya? Charles, benarkan?" beo Dion yang melirik ke sosok di belakang anak bungsu keluarga kepala pemerintah ini. Lalu, kembali bertingkah seperti biasa. Yang lebih muda itu refleks menepuk pundak sang Kakak gemas. "

  • The Stranger's Lust   60. So, What Now?

    Pada satu waktu yang sama, Leyna juga sedang mengurusi nilai murid-muridnya di ruang guru. Dia tidak sendirian di ruangan tersebut, masih ada dua atau tiga guru yang juga duduk di sana melakukan tugas mereka masing-masing. Mengingat jam belajar-mengajar telah berakhir tiga jam yang lalu, Leyna dan guru-guru lainnya bisa beristirahat sejenak. "Sir. Dion," panggil seorang guru perempuan yang sering mengikutinya di setiap kesempatan yang ada. Maksudnya, mengikuti raga Dion, bukan jiwanya. Terkadang Leyna melamun dan berpikir bagaimana reaksi sekitar mereka kalau mengetahui bahwa orang yang di depan mereka bukanlah yang mereka kenali. "Ada apa, Miss?" tanya Leyna sesopan mungkin. Setelah mengetahui konsep dari kutukan aneh ini, Leyna berpikir untuk membatasi diri dengan dunia. Dia tidak bermaksud untuk besar kepala. Namun, siapa yang tidak akan jatuh hati ketika melihat raga seorang laki-laki yang tinggi jangkung, berpakaian rapi, dan bersikap lembut? Leyna mungkin adalah salah satun

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status