Home / Romansa / The Stranger's Lust / 21. Bryant, A Little Kid

Share

21. Bryant, A Little Kid

Author: Sky
last update Huling Na-update: 2021-10-09 21:22:43

[Dion Addison POV]

Aku mengencangkan ikatan tali sepatu di sekitar pergelangan kakiku. Masih ada lima jam sebelum latihan di studio dimulai. Dengan skirt di tanganku, kubawa ke ruang rapat yang sebenarnya cukup luas dijadikan studio tari. Kemarin Hakim Johnson mengatakan hasil sesi wawancaranya dengan Leyna. Aku mengiyakan dan meminta hari esok aku yang akan mengintrogasinya.

Di sinilah sekarang, di jam sembilan pagi. Leyna dibawa ke dalam ruang rapat. Aku membiarkan para pengawal tahanan berdiri di luar ruangan rapat, menyisakan aku dan Leyna yang berseberangan.

"Hakim Johnson sudah mengatakan semuanya padamu?" tanyanya memulai sesi percakapan. Aku tahu dia mulai menerima kehadiranku di sekitarnya karena kondisi aneh ini.

Aku mengangguk, mataku bertabrakan dengan matanya dengan seulas senyuman di wajah, "Thank you for telling the truth." 

"That's what I've to do," katanya dengan tenang.

Aku kembali menyetujui, siapapun itu tidak terpaku pada orang yang bekerja sebagai bagian pemerintah, tidak juga hanya atasan. Siapapun itu harus menjawab sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, kejujuran itu penting yang melekat pada harga diri.

Granny selalu mengatakan kalau aku jujur, maka tidak akan ada yang meragukan perkataanmu. Karena itu, aku berusaha untuk jujur untuk mempertahankan kredibilitas dalam ucapanku.

"Aku akan menemui anak laki-laki," kataku yang menimbulkan gurat kebingungan. Terlalu sering berkomunikasi melalui gerakan sinyal tubuh membuatku bisa menangkap arti dengan baik. "Dia yang melihat seluruh kejadian itu dari awal." sambungku dengan tenang.

Leyna mengangguk memikirkan pekataanku, "Tetapi, dia anak kecil. Kau yakin dia mau bersaksi?"

"Aku hanya akan menanyakan sesuatu. Lebih baik aku ke rumahnya untuk tidak membuat dirinya takut. Jika membawanya ke sini, kurasa akan sulit membuatnya bicara."

'Boleh kutahu siapa nama anak itu?"

"Bryant," jawabku dan tertegun saat melihat matanya terbelalak.

Apa yang terjadi?

"Maksudmu ... Bryant Patrick Rhino?" 

Aku mengangguk pelan, "Dia bukan murid didikanku. Tapi, aku mengenal namanya dan menyapanya back and forth. Kalau melihatnya. Kau mengenalnya?"

"Aku bahkan bisa dibilang seperti kakak perempuannya sendiri. Aku pertama kali ketemu dengan anak itu di taman bermain dekat sekolahmu mengajar. Dia anak laki-laki yang polos dan lugu, matanya selalu berbinar polos dan terkesan baik di mataku," katanya sembari menerawang ke masa lalu. Aku menyetujui perkataannya, karena aku juga mendapati perasaan seperti itu ketika melihatnya pertama kali di sekolah saat jam istirahat pertama.

Anak itu seperti tidak tercela.

"Dia tidak punya banyak teman. Satu-satunya teman dekatnya hanyalah Hudson Debora kalau kau melihat anak laki-laki berambut coklat muda dengan iris mata hitam tajam di sebelahnya. Aku mengenalnya dua tahun yang lalu. Bahkan tidak jarang bertamu ke rumahnya sebagai teman daripada putri kedua pemimpin Burk's Falls."

Aku memilih untuk mendengar tanpa menyela sepatah kata apapun. Mataku bisa melihat dengan jernih kalau Leyna sangat suka membicarakan anak kecil polos seperti Bryant. Itu membuatku merasa hangat dari intonasi suaranya yang terlihat menyukai anak kecil.

"Tentu saja awalnya, kedua orangtuanya terkesan segan padaku. Tapi, kemudian, sudah tidak lagi. Mereka berlaku baik. Bryant merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya masih berusia lima bulan. Yup, dia baru lahir. Dengan kau yang menjadi aku sekarang, aku harus memberikan latar belakang keluarganya dulu kepadamu, bukan? Maka dari itu aku memberitahumu." 

"Dia sangat senang menceritakan kegiatannya dengan adik bayinya. Adiknya bernama Marcellino Venus Rhino. Aku lebih suka memanggilnya Marcell. Bryant suka dengan choco cookies dari cafe milik Alexandra, jangan lupa dengan berries smoothies. Dongeng kesukaannya adalah koleksi klasik apalagi berbau Natal."

Aku mengernyit, dongeng klasik Natal. Aku pernah mendengarnya beberapa kali saat aku masih kecil Granny suka membacakanku dongen Natal.

"Karena ingin dekat dengannya, aku membeli seluruh karya klasik yang berhubungan dengan Natal. Seperti A Christmas Carol, A Kidnapped Santa Claus. Aku meletakkannya di dalam lemari walk-in-closet, kau bisa membacanya terlebih dahulu sebelum bertemu dengannya."

Aku mengangguk mencerna perkataan Leyna, informasinya bisa dipercaya.

"Aku akan melakukannya. Aku tahu cara mendapatkan informasi tersebut. Sekarang, bisa kau ajari aku ballet? Aku tidak mau dipaksa bertahan di atas pointe shoes selama sepuluh menit lagi."

Leyna tertawa kecil, tentu saja wanita itu pastilah tahu alasannya tanpa ditebak. Leyna berjalan ke arahku dan mengulurkan tangannya.

"May I teach you, your highnest?"

Aku tersenyum dan mengangguk, menjabat tangannya dan bergerak sesuai irama.

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Stranger's Lust   65. Between Two Choices

    “Jadi, hari ini adalah harinya?” Dion memangku tangannya yang sedang menggenggam sebuah bungkusan protein bars, mengunyah sambil melihat layar ponsel yang ditegakkan bersandar pada botol minumannya di meja. “Iya. Makan malam dengan kolega Tuan Chayton,” katanya yang telah menelan makanannya tersebut. Makan siang dengan dua protein bars di ruang istirahat di gedung balet yang secara kebetulan sedang sepi, membuatnya berpikir untuk menghubungi kekasihnya itu sekarang. Well, kekasih … Dion rasa dia harus bisa beradaptasi dengan julukan tersebut sekarang. “Kalau memang cowo itu yang bakalan datang, bagaimana menurutmu?” tanya Leyna yang berada di ujung telepon sedang mengecek tumpukan buku anak-anak dengan sebelah telinga kirinya tersumpal dengan Bluetooth earphone. “Aku tidak bisa menerimanya, bukan?” tanya Dion balik yang disetujui oleh jiwa perempuan yang berada di tubuhnya yang asli itu. Terkadang Dion berpikir berapa lama lagikah dia akan bersemayam di tubuh seorang wanita yang

  • The Stranger's Lust   64. Can't Go

    Setelah malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing, tidak ada lagi yang bertambah. Baik Dion maupun Leyna, keduanya sama-sama disibukkan dengan kegiatan sehari-hari dan Jumat sudah datang menjemput mereka. Dion sudah siap dengan balutan dress di bawah lutut dan duduk ke kursi meja makan yang sudah ditempati oleh tiga anggota lainnya. “Night, Dad, Mom, Quinza,” sapanya dengan binar riang di matanya. “Night, Leyna.” Sang Ibunda membalas sapaannya. Dia mengambil tempat di samping sang adik perempuan yang bermain dengan ponselnya daritadi. Sedangkan, laki-laki satu-satunya di keluarga inti tersebut sedang membaca berita dari ponselnya. “So, can we start?” tanya Aubrey yang melirik kedua anggota yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Dion memilih untuk tersenyum tipis ketika mengetahui kepada siapa yang dituju. Chayton dan putri bungsunya meletakkan alat komunikasi mereka di samping dan menjawab dengan kompak, “Sure.” Wanita tersebut mengangguk dan mulai meminta

  • The Stranger's Lust   63. Answer

    [Dion POV] Aku yang baru saja bisa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian merilekskan persendian yang rasanya kaku banget setelah duduk di meja makan mendiskusikan beberapa topik hangat dengan Tuan Chayton. Sedangkan, Quinza berada di kamarnya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya di jam sebelas malam ini. Setelah berbelanja barang kebutuhan tadi, aku dan dia langsung menyimpan barang tersebut di dapur dan beberapa disisihkan untuk di simpan di tas yang khusus menampung pakaian ganti dan outfit latihan aku. Dan, ketika melihat namaku sendiri tertera di layar ponsel Leyna itu aku langsung mengangkatnya. “Hello?” Sejujurnya ntah kenapa malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah kami lewati dengan berbicara melalui telepon. Leyna menjawabnya, pembicaraan mulai terasa aneh ketika lawan bicaraku itu menanyakan situasi di sini. Namun, tidak berapa lama, aku mengetahui jawabannya. Jawaban mengapa aku merasa canggung dan aneh dalam pembicaraan kami k

  • The Stranger's Lust   62. Accidentally Confession

    [Leyna POV] Aku melangkah keluar dari gedung sekolah dan menaiki sepeda yang menemani semua kegiatanku semenjak menjadi sosok yang dipanggil Dion Addison. Langit yang hari ini terlihat mendadak begitu cerah tidak digubris olehku sama sekali. Karena rasanya dari dalam hatiku terbakar sejak siang tadi. Sialnya sampai sekarang masih belum padam. Efek yang luar biasa dahsyat setelah guru perempuan itu seenak jidat menawarkan ini dan itu kepadaku. Maksudnya kepada Dion, tentu saja. “Memangnya dia tahu kalau Dion itu suka sekali dengan oatmeal dan smoothies yang beragam variasi cara untuk menikmatinya,” celetukku sambil mengayuh sepeda. Beruntung aku bukan seorang puteri keturunan kepala pemerintah sekarang ini. Ada untungnya juga menjadi seorang warga biasa yang memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tentu saja kebanyakan warga di sini menikmati kehidupannya dengan biasa-biasa saja, bangun pagi, menyiapkan sarapan, mandi, berpakaian, pergi bekerja, pulang dan menikmati makan malam

  • The Stranger's Lust   61. Privacy Thought

    Dion meletakkan semua belanjaannya kepada kasir dengan tenang. Tidak, lebih tepatnya pura-pura untuk bersikap tenang dan biasa saja. Dia tahu Quinza daritadi melihatnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk berbicara empat mata dengannya. Namun, dia bersikap tidak tahu-menahu. "Leyna," panggil Quinza yang berada di belakangnya berbisik mendekat sampai ke telinganya. Beruntung sekali dia sudah terbiasa dengan adik perempuan Leyna selama ini sehingga dia tidak lagi merasa terkejut. Sebuah dehaman menjadi jawabannya dan dia melihat ke arah monitor kasir yang sedang bergerak menghitung total pembeliannya. "Kamu serius sekarang? Si cowo yang kujelasin itu ada di belakang tahu," kata Quinza lagi, dia berbicara dengan bisikan meskipun terdengar seperti nada tinggi. "Dia orangnya? Charles, benarkan?" beo Dion yang melirik ke sosok di belakang anak bungsu keluarga kepala pemerintah ini. Lalu, kembali bertingkah seperti biasa. Yang lebih muda itu refleks menepuk pundak sang Kakak gemas. "

  • The Stranger's Lust   60. So, What Now?

    Pada satu waktu yang sama, Leyna juga sedang mengurusi nilai murid-muridnya di ruang guru. Dia tidak sendirian di ruangan tersebut, masih ada dua atau tiga guru yang juga duduk di sana melakukan tugas mereka masing-masing. Mengingat jam belajar-mengajar telah berakhir tiga jam yang lalu, Leyna dan guru-guru lainnya bisa beristirahat sejenak. "Sir. Dion," panggil seorang guru perempuan yang sering mengikutinya di setiap kesempatan yang ada. Maksudnya, mengikuti raga Dion, bukan jiwanya. Terkadang Leyna melamun dan berpikir bagaimana reaksi sekitar mereka kalau mengetahui bahwa orang yang di depan mereka bukanlah yang mereka kenali. "Ada apa, Miss?" tanya Leyna sesopan mungkin. Setelah mengetahui konsep dari kutukan aneh ini, Leyna berpikir untuk membatasi diri dengan dunia. Dia tidak bermaksud untuk besar kepala. Namun, siapa yang tidak akan jatuh hati ketika melihat raga seorang laki-laki yang tinggi jangkung, berpakaian rapi, dan bersikap lembut? Leyna mungkin adalah salah satun

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status