Home / Romansa / The Sugar Baby of Uncle Blue / Bab 112: Kalah Telak 3

Share

Bab 112: Kalah Telak 3

Author: Miss.EA
last update Last Updated: 2025-04-05 08:04:00

Kalimat terakhir Emely seperti petir yang menyambar di tengah keheningan. Ronan terhenyak, tubuhnya menegang. Untuk pertama kalinya malam itu, pria itu kehilangan ketenangannya. Tatapan dinginnya goyah, dan sebersit rasa terpojok terlihat di matanya.

Blue pun tak berkata apa-apa. Emosinya yang sempat terpercik kini perlahan-lahan padam, digantikan oleh kekaguman pada Emely. Gadis itu tak hanya mampu mempertahankan ketenangannya, tetapi juga berhasil memukul balik Ronan dengan cara yang elegan.

“Baiklah, Uncle,” ucap Emely dengan senyum tenang, matanya menatap lurus ke arah Ronan. “Aku akan menjawab satu per satu pertanyaan yang tadi Uncle ajukan kepadaku.”

Keheningan memenuhi ruangan. Ronan tetap duduk dengan ekspresi datar, namun tatapannya menunjukkan rasa penasaran yang samar. Di samping Emely, Blue hanya menatapnya dengan senyum kecil, sementara Zara terlihat sedikit tegang, mengantisipasi apa yang akan dikatakan gadis itu.

<
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Lathi Kara
miss belom update kah
goodnovel comment avatar
Lathi Kara
misss where are you??
goodnovel comment avatar
Lathi Kara
hadiirrrrr miss
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 113: Ditelepon Mantan 1

    Setelah tiba di rumah, Emely dan Blue langsung masuk ke kamar mereka. Sementara itu, Amara dibantu Gina untuk membersihkan diri dan berganti pakaian tidur.Di kamarnya, Emely dengan cepat membersihkan wajahnya dari sisa riasan dan mengganti gaunnya dengan piyama nyaman. Setelah selesai, ia keluar dari kamar dan berjalan menuju kamar Amara. Saat membuka pintu, ia tersenyum melihat gadis kecil itu yang sedang duduk bersila di atas tempat tidur sambil memeluk boneka favoritnya.“Belum tidur rupanya,” sapa Emely lembut sembari duduk di tepi tempat tidur Amara.“Aku sengaja nunggu Mommy,” jawab Amara polos dengan senyuman kecil.Emely tersenyum lembut. “Maaf ya, Mommy agak lama tadi ganti bajunya.” Ia mendekat, lalu mengecup lembut pipi mungil Amara.“Nggak apa-apa, Mommy,” balas Amar.Sejenak, Emely terdiam sambil menatap lekat wajah mungil gadis kecil itu. Kemudian, dengan nada hati-hati, ia bertanya, “Mommy boleh bertanya sesuatu, Amara?”Amara mengangguk pelan. “Boleh, Mommy.”“Bagaima

    Last Updated : 2025-04-11
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 114: Ditelepon Mantan 2

    Setelah berpikir sejenak, Blue menghela napas panjang, lalu memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut. Ia menggeser ikon hijau di layar sebelum akhirnya menempelkan ponsel itu di telinganya.“Halo?” ucap Blue singkat, seraya menajamkan pendengarannya, mencoba mengenali suara di ujung telepon.“Blue?” suara seorang wanita terdengar dari seberang.Deg!Blue terdiam sejenak. Suara itu—suara yang sangat ia kenal. Sebuah suara yang seharusnya tak lagi muncul dalam kehidupannya. Ia mengepalkan tangan yang tak memegang ponsel, berusaha menahan emosi yang tiba-tiba menyeruak.“Blue, maaf mengganggumu malam-malam begini—” suara wanita itu mulai berbicara, tapi Blue dengan cepat menyelanya tanpa basa-basi.“Ada urusan apa kau meneleponku?” tanyanya dingin, suara yang nyaris tak berperasaan.Di seberang, hening sejenak. Kemudian suara wanita itu kembali terdengar, kali ini lebih pelan. “Aku... aku minta maaf, Blue.”“Sudah ku maafkan. Jelas? Sekarang aku minta satu hal darimu: jangan pernah h

    Last Updated : 2025-04-11
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 115: Ditelepon Mantan 3

    Setelah memastikan semuanya beres, Blue mendesah panjang. Rasa kesal dan frustasi masih menguasai dirinya. Ia bangkit dari kursinya, melangkah keluar dari ruang kerja dengan langkah lebar, dan menuju kamarnya.Menit berlalu, dan kini Blue berdiri di depan pintu kamarnya. Ia mengangkat tangan kanannya, menggenggam tuas pintu. Kemudian menekannya perlahan, mendorong pintu hingga terbuka, memperlihatkan interior kamar yang hangat dan tenang.Ia melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya dengan pelan sebelum berjalan lebih dalam. Pandangannya langsung tertuju pada ranjang besar di tengah ruangan, dimana Emely berbaring santai sambil memegang ponsel. Menyadari kehadiran Blue, Emely menurunkan ponselnya dan menoleh. Tatapannya berubah sedikit penasaran ketika melihat pria itu menaiki ranjang, lalu berbaring di sebelahnya. Keningnya berkerut samar saat memperhatikan raut wajah Blue yang tampak berbeda.“Kamu kenapa?” tanyanya dengan nada lembut.Blue menghela napas pendek, lalu menjawab

    Last Updated : 2025-04-11
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 116: Pertemuan Emely dan Lidya 1

    ***Ronan mengeluarkan beberapa lembar dokumen dari dalam map tersebut dan mulai membacanya dengan seksama, lembar demi lembar. Keheningan menyelimuti ruangan, hanya terdengar gesekan lembut kertas ketika ia membalik halaman. Sorot matanya yang tajam terus mengamati setiap baris informasi, mencerna fakta-fakta yang tertulis di sana.Di sisi meja, pria yang merupakan tangan kanannya tetap berdiri tegak, menunggu instruksi lebih lanjut. Namun, saat Ronan mencapai salah satu halaman tertentu, ekspresinya seketika berubah. Alisnya berkerut dalam, matanya menyipit tajam, sementara napasnya tertahan sejenak. Ia membaca ulang bagian itu, memastikan tidak salah memahami informasi yang baru saja ia temukan.Emley Erlania William’s. Nama gadis yang kini menjadi pilihan putranya, Blue, ternyata bukanlah orang biasa. Fakta mengejutkan yang baru saja ia ketahui membuat tenggorokannya terasa kering. Dengan gerakan pelan, Ronan menelan ludah, mencoba membasahi

    Last Updated : 2025-04-12
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 117: Pertemuan Emely dan Lidya 2

    Pria kepercayaannya tetap berdiri tegak, memperhatikan gerak-gerik Ronan. Setelah beberapa saat, ia memberanikan diri untuk berbicara."Maaf, Tuan, jika saya terkesan lancang. Tapi mungkin Anda sedikit keliru jika menganggap kebersamaan mereka akan menghancurkan reputasi perusahaan di mata publik."Ronan langsung mengalihkan tatapannya ke pria itu, ekspresinya penuh tanda tanya. "Apa maksudmu?" tanyanya, dengan suara rendah—menuntut penjelasan."Klan TDB-13 bukan klan biasa, Tuan. Mereka memiliki reputasi luar biasa, tidak hanya di dunia bawah, tetapi juga di kalangan yang lebih luas. Menurut informasi yang saya kumpulkan, mereka bukan hanya ditakuti, tetapi juga dihormati oleh banyak pihak. Tidak seperti Mafia pada umumnya, mereka memiliki cara kerja yang berbeda,” jelas pria itu dengan jujur.Ronan mengangkat alis, jelas-jelas menunjukkan ketidak percayaannya. Namun, pria itu kembali melanjutkan. "Hampir semua catatan tentang mereka yang muncul

    Last Updated : 2025-04-12
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 118: Pertemuan Emely dan Lidya 3

    The Sterling AcademySetelah berhari-hari mencari informasi, akhirnya Lidya menemukan alamat sekolah Amara. Tempat itu bernama The Sterling Academy, sebuah institusi elit yang terletak di kawasan mewah Upper East Side, New York. Bangunan sekolah tampak megah dengan arsitektur klasik bergaya kolonial. Pilar-pilar putih menjulang tinggi menghiasi fasad bangunan, membuatnya lebih menyerupai Mansion pribadi daripada sebuah sekolah.Halaman depannya yang luas dihiasi taman-taman rapi dengan bunga berwarna-warni, sementara sebuah air mancur besar berdiri megah di tengah. Anak-anak dengan seragam rapi mulai keluar dari gedung, diantar oleh guru atau asisten pribadi mereka. Di depan gerbang, deretan mobil-mobil mewah berjejer menunggu untuk menjemput mereka pulang.Di tengah hiruk-pikuk siang itu, Lidya berdiri canggung di dekat pintu masuk utama. Tangannya mencengkeram ponsel dalam genggamannya dengan erat, berusaha mengumpulkan keberanian. Setelah menarik napas panjang, i

    Last Updated : 2025-04-12
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 119: Pertemuan Emely dan Lidya 4

    Disisi lain, Emely akhirnya tiba di sekolah Amara. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat biasa, ia keluar dengan tergesa-gesa, langkah kakinya cepat menuju meja resepsionis. Sesaat, ia menyibakkan rambut yang jatuh di wajahnya, berusaha mengatur napas."Selamat siang, Mrs. Emely," sapaan ramah dari resepsionis langsung menyambut kedatangannya. Wanita itu mengenali Emely sebagai ibu dari Amara.Emely tersenyum kecil, meskipun ia tampak sedikit tergesa. "Selamat siang," balasnya sopan. "Amara masih menunggu di ruang biasa, kan?" tanyanya langsung.Resepsionis itu mengangguk, tetapi ragu-ragu sejenak. "Benar, Mrs. Emely. Amara sedang menunggu di ruang lounge siswa. Tapi barusan ada seorang wanita yang meminta izin untuk bertemu dengannya. Saya sudah memastikan, namanya Lidya."Deg!Mendengar nama itu, tubuh Emely seolah membeku sesaat, tetapi hanya sebentar. Ekspresi terkejut yang sempat terlintas di wajahnya segera digantikan dengan ketenangan. Ia mengangguk cepat

    Last Updated : 2025-04-12
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 120: Ancaman Erlan 1

    Sinclair Ocean TechnologiesDi dalam ruang kerjanya yang luas dan mewah, Blue duduk dengan raut wajah tegang. Porter, asisten pribadinya, baru saja melaporkan sebuah kabar yang membuat pria itu terkejut. Lidya, mantan istrinya, diketahui mendatangi sekolah Amara dan, lebih buruknya lagi, bertemu dengan Emely di sana.Blue mengangkat pandangan tajam, menatap Porter. “Bagaimana ceritanya Lidya bisa tahu alamat sekolah Amara, Porter?!” sergahnya dengan nada tegas, matanya menyiratkan kemarahan.Porter, yang berdiri di depan meja kerja Blue, tampak canggung. Ia menggeser kakinya sedikit, berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab. Namun, sebelum ia sempat berkata apa pun, Blue mendesah kasar, mengalihkan pandangannya ke arah jendela besar di belakang meja. Tangannya terangkat, mengacak-acak rambutnya sendiri, membuatnya tampak lebih frustrasi.‘Sial!’ desisnya dalam hati. Pikiran Blue berputar cepat, membayangkan apa yang mungkin telah terja

    Last Updated : 2025-04-13

Latest chapter

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 152: Lebih Baik Segera Dilamar 3

    Zara menghela napas pelan, mencoba menenangkan dirinya sendiri agar bisa memberikan kenyamanan pada cucunya. Perlahan, ia melepaskan pelukan itu, menciptakan jarak kecil di antara mereka. Zara mengangkat kedua tangannya untuk menangkup wajah mungil Amara, menatap langsung ke matanya yang sembab dan merah.“Amara tidak boleh bersedih. Mommy hanya pergi sebentar,” ucap Zara dengan lembut. Ia melirik Gina yang duduk di dekatnya. “Benar begitu, kan, Nanny?” lanjutnya, meminta dukungan.Gina tersenyum kecil dan mengangguk pelan, menatap Amara dengan penuh kasih. “Iya, betul sekali, Sayang,” jawab Gina lembut. “Amara dengar apa yang Grandma bilang? Mommy hanya pergi sebentar saja. Beberapa hari, bukan selamanya seperti yang Amara pikirkan. Mommy pasti kembali.”Amara menatap Gina dengan mata berkaca-kaca, kemudian kembali mengalihkan pandangan ke neneknya. “Tapi… tapi kenapa, Grandma? Aku tidak bisa telepon Mommy. Ponselnya… tidak aktif,” ujarnya terbata-bata, i

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 151: Lebih Baik Segera Dilamar 2

    Zara memperhatikan wajah lebam putranya dengan cermat. Matanya menyipit, menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Pun begitu dengan Ronan dan Talia. Keduanya sama-sama menatap Blue dengan penasaran, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Apa yang terjadi padamu, Blue?” tanya Zara akhirnya.Blue hanya menarik napas panjang, menundukkan kepala sejenak. Ia tahu pertanyaan ini tak terhindarkan, dan kali ini ia tak bisa menghindar. Semua tatapan kini tertuju padanya, menanti jawabannya.“Kamu bertengkar dengan Emely, Nak?” tanya Zara lembut, penuh kehati-hatian.Blue menggeleng pelan, menundukkan pandangannya. “Tidak, Mom,” jawabnya singkat. “Lalu kenapa dia pergi? Mommy kaget sekali ketika tadi Amara menelepon sambil menangis. Apa yang sebenarnya terjadi, Blue?” tanya Zara lagi.Blue menarik napas panjang. Setelah beberapa saat hening, ia akhirnya menjawab dengan suara pelan, “Dia dijemput oleh ayahnya.”Ronan, yang sedari

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 150: Lebih Baik Segera Dilamar 1

    ***“Sayang, yuk, makan dulu. Sedikit saja, please?” Bujuk Gina. Namun, Amara tetap menggeleng keras, isak tangisnya makin menjadi. “Aku nggak mau makan! Aku mau Mommy, Nanny!” suaranya pecah, napasnya tersendat-sendat diantara tangisnya. Tangan mungilnya mengusap wajah, menghapus air mata yang terus mengalir di pipinya.Gina menatap Amara dengan iba. Hatinya tersayat melihat gadis kecil itu menangis begitu keras sejak pulang sekolah. Masih jelas dalam ingatan Gina, saat Blue menjemput Amara di sekolah, gadis kecil itu sudah mulai bertanya, “Kenapa bukan Mommy yang jemput?” Namun, Blue hanya diam, tak memberikan jawaban apa pun.Sesampainya di rumah, Amara langsung sibuk mencari Emely. Ia berlarian ke setiap ruangan, memeriksa kamar tidur, dapur, hingga halaman belakang. Namun, sosok ibunya tetap tak ditemukan. Ketika akhirnya Amara kembali ke ruang tengah dengan wajah penuh harapan, Blue terpaksa berbohong, mengatakan bahwa Emely sedang per

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 149: Emely Pergi 3

    Tamparan itu menggema di seluruh ruangan. Namun bukan pipi Emely yang menerima tamparan itu. Dalam hitungan detik, Blue tiba tepat waktu. Ia menarik Emely ke dalam pelukannya, menjadikan tubuhnya sebagai perisai. Tamparan keras Erlan menghantam pipi Blue, meninggalkan bekas merah yang langsung memanas.Suasana membeku sejenak.Napas Emely terengah. Matanya yang membesar menatap Ayahnya dengan syok dan ketakutan. Sepanjang hidupnya selama 21 tahun, ini adalah kali pertama ia melihat Ayahnya mencoba melayangkan tangan padanya. Namun, kenyataan bahwa Blue yang menerima tamparan itu justru membuat hatinya semakin hancur.Emely menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menahan isak tangis yang semakin keras. Tubuhnya bergetar hebat, air matanya terus mengalir tanpa henti. Pemandangan di hadapannya membuat hatinya terasa seperti diiris.Namun, Erlan tetap berdiri tegap. Tatapannya dingin dan penuh amarah. Tidak ada sedikitpun penyesalan di wajahnya. Bahka

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 148: Emely Pergi 2

    Di tempat lain, tepat di depan gerbang rumah mewah Blue yang terbuat dari baja hitam kokoh dengan ornamen ukiran modern, sebuah mobil mewah berhenti perlahan. Pintu mobil terbuka, dan Erlan melangkah keluar. Langkahnya lebar saat ia mendekati gerbang besi. Pandangannya tajam, langsung tertuju pada pintu pagar yang dilengkapi dengan celah kecil untuk memantau siapa yang berada di luar.Seorang bodyguard yang bertugas di depan gerbang segera menghampiri celah tersebut. Matanya menyipit, mencoba mengenali pria berwibawa yang berdiri di hadapannya. “Selamat siang. Anda ingin bertemu dengan siapa?” tanyanya sopan namun tegas.Erlan, yang sudah tidak sabar, langsung menjawab dengan nada tegas, “Aku ingin bertemu dengan Emely. Buka pintunya, cepat!”Bodyguard itu mengernyitkan dahi, merasa ragu untuk langsung mematuhi perintah dari pria asing yang baru pertama kali dilihatnya. Melihat reaksi tersebut, Erlan langsung melanjutkan, “Aku Ayahnya E

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 147: Emely Pergi 1

    ***“Tuan…” seru Porter dengan napas terengah-engah saat memasuki ruang kerja Blue. Matanya membelalak saat melihat kondisi ruangan yang kacau balau—meja terbalik, dokumen berserakan di lantai, dan tanda-tanda perkelahian jelas terlihat. Kekhawatiran terpancar dari wajahnya. “Apakah Anda terluka?” tanyanya dengan nada penuh kecemasan, berdiri tak jauh dari posisi Blue.Blue menggeleng pelan, mencoba menenangkan pria itu. “Aku baik-baik saja,” jawabnya singkat, suaranya tenang namun terdengar lelah.Porter tetap tidak puas dengan jawaban tersebut. “Tadi saya mendengar suara tembakan, Tuan. Benar Anda tidak apa-apa?” tanyanya lagi, kali ini lebih mendesak.Blue mengangguk kecil. “Yeah… aku baik-baik saja,” balasnya datar sambil melangkah ke arah meja kerjanya yang sudah berantakan. Ia berhenti di sisi meja, lalu mengambil dua lembar tisu dari salah satu laci. Dengan gerakan perlahan, ia menekan tisu tersebut ke sudut bibirnya, menyeka darah seg

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 146: Baku Hantam 2

    Blue memilih untuk diam, bukan karena tidak bisa membalas tuduhan itu, melainkan karena ia tahu bahwa berbicara dalam situasi ini hanya akan menjadi sia-sia. Amarah Erlan sudah menguasainya sepenuhnya, dan penjelasan apa pun tidak akan bisa menembus tembok prasangka yang telah terbentuk.“Dengar baik-baik, Blue.” Erlan melangkah maju. “Kau tidak lebih dari seorang pria brengsek, asal kau tahu. Pria yang hanya tahu memanfaatkan situasi untuk keuntungan sendiri!” Desisnya tajam."Pria brengsek?" suara Blue terdengar dalam, nyaris berbisik. "Pria brengsek adalah pria yang meniduri wanita, lalu setelah menikmati tubuhnya, meninggalkannya tanpa rasa tanggung jawab. Pria brengsek adalah pria yang meniduri wanita dalam keadaan mabuk, menyakitinya tanpa dia sadari. Sedangkan aku? Dari segi mana kau menilai bahwa aku adalah pria brengsek?"Deg!Kata-kata Blue bagaikan tamparan keras, membuat Erlan terdiam. Blue tidak berhenti di sana. la mengambil napas dalam. "Aku meninggalkan Emely karena s

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 145: Baku Hantam 1

    ***Mendengar ucapan penuh keberanian dan tantangan dari Blue, amarah Erlan kian membara. Dadanya yang bidang terlihat naik turun, napasnya memburu, dipenuhi oleh kemarahan yang tak lagi bisa dibendung. Matanya menyala tajam, menatap Blue yang terbaring di lantai seperti seorang predator yang siap melahap mangsanya.Tanpa sepatah kata, Erlan melangkah maju. Sepatunya yang berkilau berhenti tepat di sisi tubuh Blue yang tampak lemah di lantai. Dengan gerakan tegas, Erlan mengangkat kakinya tinggi, bersiap menginjak dada Blue tanpa ampun, seolah ingin menghancurkan segala perlawanan yang tersisa dari pria itu.Namun kali ini, Blue tidak tinggal diam. Meski tubuhnya terasa remuk, insting dan pelatihannya selama bertahun-tahun sebagai mantan anggota klan Mafia segera mengambil alih. Dengan gesit, Blue menggulingkan tubuhnya ke samping, menghindari injakan Erlan yang mematikan.Tubuh Blue berulang kali mengguling di atas lantai yang dingin, mencoba menjauh dari serangan Erlan. Sementara it

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 144: Erlan Murka 2

    Erlan memutar tubuhnya dengan tenang, tak memedulikan tatapan ketakutan yang mengiringinya. Langkahnya lebar saat ia berjalan menuju lift. Orang-orang di sekitar lobi hanya bisa menatap, beberapa mencoba mundur perlahan untuk menjaga jarak.Lift terbuka. Erlan melangkah masuk tanpa ragu—diikuti oleh bodyguard-nya, pintu logam itu tertutup dengan bunyi yang nyaris tidak terdengar, membawa pria paruh baya itu naik ke lantai 32—menuju ruang kerja Blue Sinclair, Direktur Utama sekaligus CEO Sinclair Ocean Technologies. Setelah berlalu dari lobi, Erlan akhirnya tiba di lantai yang dituju. Lift berhenti dengan lembut, dan pintunya terbuka lebar, memperlihatkan lorong panjang dengan pencahayaan modern yang menuntun ke ruang kerja Blue. Tanpa ragu, Erlan melangkah keluar. Di sisi lain, di dalam ruang kerjanya yang luas dan mewah, Blue tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen yang berserakan di atas meja. Wajahnya serius, fokus sepenuhnya pada laporan yang sedang ia pelajari. Namun, konsentra

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status