Beranda / Romansa / The Sugar Baby of Uncle Blue / Bab 178: Akan Menjadi Kenangan Manis 2

Share

Bab 178: Akan Menjadi Kenangan Manis 2

Penulis: Miss.EA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-23 07:25:17

Blue yang berdiri di belakangnya langsung bergerak. Namun, bukannya mengambilkan buku seperti yang diminta, ia malah meraih pinggang Emely dan mengangkat tubuh gadis itu ke atas dengan mudah.

“Blue!” Emely memekik kecil, terkejut oleh tindakannya. “Turunkan aku!” protesnya sambil mencoba tetap meraih buku tersebut.

“Ambil saja sendiri, Baby. Ini lebih seru, bukan?” goda Blue dengan senyum nakal.

Emely mendesah frustrasi, tetapi akhirnya berhasil meraih buku yang dimaksud. Setelah itu, Blue perlahan menurunkannya kembali. Namun, ia tidak langsung melepaskan pinggang Emely. Sebaliknya, ia justru mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu dan berbisik, “Kalau soal imbalan, aku rasa ciuman terlalu biasa. Bagaimana kalau kita naik level? Making love, maybe?”

“Blue!” Emely menoleh dengan cepat dan melotot, wajahnya memerah karena ucapan pria itu. “Kamu memang dasar pria mesum!” ujarnya dengan nada setengah kesal, setengah geli.

Blue terkekeh pelan, tidak sedikitpun merasa bersalah. “Mes
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 180: Lamaran 2

    Mendengar percakapan itu, Megan ikut menimpali sambil tersenyum, “Nanti kamu harus belajar masak, Sayang. Karena sejatinya, suami itu lebih bahagia kalau istrinya masak sendiri. Ya, meskipun hanya sesekali.” Ucapan Megan membuat semua orang tersenyum, termasuk Emely. Ia menoleh pada Lucia, kemudian pada Zara, dan berkata, “Aku sudah mulai belajar, kok, Grandma. Kemarin aku diajari Mom Zara, dan masakanku berhasil. Blue bahkan bilang nilainya seratus.” Namun, sebelum percakapan itu bisa berlanjut, Erlan memotong dengan nada sarkastik. “Namanya juga lagi tergila-gila. Rasa asin pun bisa dinilai manis.” Semua orang terdiam sejenak mendengar komentar itu. Blue hanya terkekeh pelan, lalu melirik Gabriel yang sudah menggelengkan kepala, tampak tak habis pikir dengan sikap adiknya. Namun, baik Ronan maupun Zara tidak menunjukkan rasa tersinggung. Mereka memahami sepenuhnya bahwa sikap Erlan adalah bagian dari rasa kecewanya terhadap kesalahan masa lalu Blue. Setelah itu, suasana di meja

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 179: Lamaran 1

    *** Malam Harinya... Kediaman William’s… Malam ini menjadi malam yang sangat berarti bagi Blue dan keluarganya. Mereka datang ke kediaman keluarga Williams dengan tujuan yang jelas: membawa niat baik untuk melamar Emely. Kehadiran keluarga Sinclair disambut dengan penuh kehangatan oleh keluarga William’s, terutama oleh Erlan dan Lucia, orang tua Emely. Namun, bagi Erlan, sambutan hangat itu tampaknya hanya berlaku untuk Ronan dan Zara, serta Talia dan Amara. Ketika giliran Blue bersalaman dengan Erlan, suasana berubah sedikit canggung. Erlan menerima uluran tangan Blue, tetapi sikapnya dingin, nyaris tanpa ekspresi. Jabat tangan itu hanya dilakukan demi formalitas. Tidak ada senyum atau sapaan ramah seperti yang diberikan Erlan kepada tamu lainnya. Meski begitu, Blue tetap menunjukkan sikap hormat, memahami betul bahwa ia tidak berada dalam posisi untuk menuntut lebih. Namun, sebelumnya, Gamal, Megan dan Gabriel telah memberikan nasihat kepada Erlan. Mereka meminta pria paruh b

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 178: Akan Menjadi Kenangan Manis 2

    Blue yang berdiri di belakangnya langsung bergerak. Namun, bukannya mengambilkan buku seperti yang diminta, ia malah meraih pinggang Emely dan mengangkat tubuh gadis itu ke atas dengan mudah. “Blue!” Emely memekik kecil, terkejut oleh tindakannya. “Turunkan aku!” protesnya sambil mencoba tetap meraih buku tersebut. “Ambil saja sendiri, Baby. Ini lebih seru, bukan?” goda Blue dengan senyum nakal. Emely mendesah frustrasi, tetapi akhirnya berhasil meraih buku yang dimaksud. Setelah itu, Blue perlahan menurunkannya kembali. Namun, ia tidak langsung melepaskan pinggang Emely. Sebaliknya, ia justru mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu dan berbisik, “Kalau soal imbalan, aku rasa ciuman terlalu biasa. Bagaimana kalau kita naik level? Making love, maybe?” “Blue!” Emely menoleh dengan cepat dan melotot, wajahnya memerah karena ucapan pria itu. “Kamu memang dasar pria mesum!” ujarnya dengan nada setengah kesal, setengah geli. Blue terkekeh pelan, tidak sedikitpun merasa bersalah. “Mes

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 177: Akan Menjadi Kenangan Manis 1

    *** Dalam keheningan yang nyaman, Blue dan Emely kini duduk di sebuah sofa empuk di sudut ruang VIP Exclusiva. Posisi mereka intim—Emely berada di pangkuan Blue, membiarkan pria itu melingkarkan kedua lengannya di pinggang rampingnya dengan erat. Wajah mereka begitu dekat. “Kenapa kamu bisa tiba-tiba ada di sini?” tanya Emely dengan suara pelan, menatap lekat wajah tampan pria itu. Matanya menunjukkan rasa penasaran. “Kamu tahu dari mana kalau aku ada disini?” lanjutnya sambil mengerutkan kening. “Dari kamu,” jawab Blue singkat namun jelas. Emely tampak bingung. “Apa maksudmu?” tanyanya, semakin mengerutkan kening. “Tadi waktu kita telponan, kan kamu bilang mau ke toko buku ini,” jelas Blue santai, sambil mengedikkan bahu. “Makanya aku langsung menyusul. Dan ternyata aku sampai lebih dulu dari kamu.” Mata Emely membelalak seketika, menatap pria di depannya dengan ekspresi terkejut. “Kenapa kamu nekat sekali?!” serunya dengan nada sedikit keras. Blue hanya tersenyum, tetap tena

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 176: Ciuman Mesra 3

    Tanpa ragu, pria itu mengeluarkan kartu aksesnya dari saku, lalu menyerahkannya kepada petugas. Wanita itu dengan sigap memeriksa kartu tersebut di alat pemindai. Setelah beberapa detik, ia mengangguk sambil tersenyum ramah. “Baik, Mr. Blue Sinclair. Kartu Anda valid, dan Anda diperbolehkan masuk ke ruang VIP Exclusiva. Silakan,” katanya, lalu menunjuk ke pintu ruang VIP. “Terima kasih,” ucap pria itu singkat namun sopan. “Sama-sama, Sir. Selamat menikmati waktu Anda.” Blue Sinclair. Ya, pria itu ternyata Blue. Sosok pria tampan dan karismatik yang dikenal sebagai pewaris sekaligus CEO Sinclair Ocean Technologies. Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah, bagaimana Blue bisa berada di toko buku ini? Jawabannya sederhana. Sekitar sejam yang lalu, Blue sempat berbicara dengan Emely melalui telepon. Saat itu, ia memberitahu Emely bahwa ia dan keluarganya telah tiba di hotel di Milan. Dalam percakapan yang sama, Emely dengan santai menyebutkan bahwa ia akan pergi ke toko buku seben

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 175: Ciuman Mesra 2

    Sementara itu, Emely melangkah ke ruang keluarga, tempat ayahnya, Erlan, duduk bersama kakek-neneknya serta pamannya, Gabriel. Suasana di ruangan itu tampak hangat dengan perbincangan ringan yang menyelingi pagi mereka. “Daddy, aku dan Bella pergi dulu ya. Tadi sudah pamit sama Mommy,” ujar Emely, berdiri di depan Erlan. Erlan menatap putrinya dengan tenang. “Pergi dengan sopir?” tanyanya, memastikan. Emely menggeleng pelan. “Aku bawa mobil sendiri saja, Dad. Soalnya hanya sebentar. Aku cuma mau beli buku untuk tugas kuliah.” Erlan mengangguk mengerti. “Ya sudah, tapi hati-hati di jalan. Jangan kebut-kebutan, Emely.” “Ya, Dad. Tenang saja, aku nggak akan ngebut,” sahutnya dengan senyum sebelum berpamitan. Tak lama kemudian, Emely keluar rumah bersama sepupunya, Bella, menuju toko buku untuk menyelesaikan keperluannya. Suasana rumah kembali tenang, dengan Lucia dan Caroline yang kembali sibuk di dapur, sementara Erlan dan keluarga lainnya menikmati waktu bersama di ruang keluarga

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 174: Ciuman Mesra 1

    *** Pagi itu, tepat pukul 08.00 waktu setempat, Blue bersama keluarganya tiba di Bandara Internasional Milan-Malpensa, Italia. Udara dingin khas musim dingin menyapa mereka begitu keluar dari pesawat. Setelah menyelesaikan urusan imigrasi dan bagasi dengan lancar, mereka segera dijemput oleh mobil mewah yang telah disiapkan sebelumnya. Tujuan mereka berikutnya adalah Hotel Principe di Savoia, salah satu hotel berbintang lima paling bergengsi di kota Milan, yang terkenal dengan arsitektur klasiknya serta layanan kelas dunia. Perjalanan dari bandara menuju hotel berlangsung sekitar 45 menit, melewati lanskap kota Milan yang memadukan keanggunan tradisional dengan modernitas yang dinamis. Sesampainya di Hotel Principe di Savoia, staf hotel menyambut mereka di lobi yang mewah, dihiasi lampu kristal berkilauan dan ornamen khas Italia. Proses check-in berjalan cepat, berkat pelayanan eksklusif yang disediakan untuk tamu VIP seperti mereka. Kini, Blue dan keluarganya telah tiba di kamar

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 173: Ronan Menemui Lidya 2

    Ronan menepukkan tangannya ke meja dengan keras, membuat Lidya tersentak. “Ibu kandung?!” sergahnya dengan nada sinis. “Ibu kandung yang meninggalkan putrinya dengan pria yang bahkan bukan ayah kandungnya? Itukah yang kau maksud?!” Wanita itu terdiam, tercekik oleh rasa malu dan penyesalan yang mendadak menyerangnya. Ia mencoba membuka mulut untuk membalas, namun Ronan dengan cepat memotong. “Jangan beri aku alasan, Lidya,” lanjut Ronan dengan nada dingin. “Sekarang aku akan memberimu dua pilihan. Pertama, kau pergi dari kehidupan Blue dan Amara, dan jangan pernah lagi mengusik mereka. Atau…” ia berhenti sejenak, matanya menyipit penuh ancaman. “…segala perbuatanmu selama ini akan sampai ke telinga suamimu.” Deg! Kata-kata itu membuat Lidya terhenyak. Wajahnya memucat, napasnya tertahan di tenggorokan. “Aku punya buktinya, Lidya,” ujar Ronan lagi, menegaskan ancamannya. “Ini bukan sekedar omong kosong. Kalau kau tidak percaya, coba saja melanggar batas. Maka detik itu juga…” Rona

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 172: Ronan Menemui Lidya 1

    Beberapa Hari Kemudian… New York, USA Di sebuah restoran mewah bernama La Belle Étoile, Lidya duduk di ruang VIP dengan perasaan campur aduk. Tangannya menggenggam cangkir teh yang kini mulai dingin, tetapi bibirnya tetap mengecap rasa kegelisahan. Pikirannya tidak bisa lepas dari pesan singkat yang ia terima dua jam lalu dari nomor tak dikenal. Nomor itu ternyata milik Blue. Itulah yang diketahui oleh Lidya pada akhirnya. Pesannya singkat, namun cukup untuk membuat Lidya melambung tinggi: “Amara mau bertemu denganmu. Temui aku di La Belle Étoile dua jam lagi. Aku akan datang bersama Amara. Kau datang sendiri.” Mata Lidya berbinar saat membaca pesan itu. Hatinya berdebar-debar, rasa bahagia yang begitu mendalam menyeruak dalam dirinya. Amara ingin bertemu dengannya! Akhirnya! Blue juga akan datang! pikirnya dengan antusias. Nasib baik sedang berpihak padanya. Suaminya, Thomas, sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis dan baru akan pulang sore nanti. Ini memberi Lidya bany

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status