Home / Fantasi / The Tales of Deer's Princess / Bab 3: Memorial Putri Harmonie

Share

Bab 3: Memorial Putri Harmonie

Author: Faver
last update Last Updated: 2021-08-20 22:59:11

“Kamu tak temani dia ke Kerajaan Theligonia?” Philip muncul. Sedari tadi ia menguntit Rhea dari belakang.

“Tidak.”

“Bukannya kamu suka membela dia?”

“Stop sindir aku Kak!”

“Baiklah. Kamu sudah tahu kan, mengapa kita harus menjauhi dia?”

Rhea tidak menjawab sama sekali. Ia membalas dingin tatapan Philip. Lantas, terbang meninggalkan Philip dan hutan terlarang.

Teringat kejadian satu jam yang lalu.

***

Raja Heros, Raja Kerajaan Aphrodite mengadakan pertemuan kekeluargaan secara mendadak. Meminta seluruh anggota Kerajaan berkumpul di aula istana. Raja menutup matanya. Berkonsentrasi sambil menunggu kedatangan mereka.

Seluruh anggota Kerajaan, termasuk Rhea dan Philip mendengar panggilan Raja dari radar sinyal yang dikirimkan Raja. Terdengar lewat salah satu gendang telinga mereka, Segera kumpul di ruang aula!

Sepuluh menit kemudian, ketika mentari merangkak turun. Aula istana telah diisi dengan seluruh anggota keluarga Kerajaan. Para penjaga diminta untuk melindungi setiap sudut aula, dalam maupun luar. Seluruhnya tak ada yang berani berkata-kata. Sudah menjadi peraturan lisan bahwa tidak ada yang boleh memulai pembicaraan, sebelum Raja memulainya. Mereka duduk di lantai berkarpet merah di balik meja persegi. Satu meja diisi dengan dua orang peri. Di bawah depan singgasana.

“Putri Rhea, saya mendengar dari penduduk bahwa kamu sekarang sedang dekat dengan seorang anak manusia. Apakah itu benar?” Raja membuka perbincangan.

Raja duduk di singgasana di dalam aula istana. Ruangnya terlihat apik dan bersih. Lantai istana yang sengaja menggunakan kayu jati menyeduhkan hati untuk dipandang di mata. Ornamen-ornamen yang digunakan tidak menampakkan adanya kemewahan yang berlebih. Nuansa dinding berwarna coklat dengan jendela terbuka lebar di sisi kanannya. Menampakkan taman hijau dan bunga yang beraneka ragam warnanya semakin menambah aura kesejukan di dalam ruangan tersebut. Bahkan suasana sore tidak mampu menelan keindahan pemandangannya. Itulah yang sebenarnya menjadi jantung dari Kerajaan Aphrodite.

“Maafkan putri jika lancang Raja. Apa salahnya jika kita berteman dengan seorang manusia?” Rhea berdiri. Memberikan hormat dengan menekukkan lutut setengah berdiri, kaki kiri di depan, kaki kanan di belakang, sedang tangannya dilebarkan ke samping.

“Tentu salah, Putri Rhea!” Raja menjawab dengan segurat senyum di wajahnya. Raja Heros memang terkenal dengan keramahannya.

“Mengapa salah? Raja dan anggota keluarga lainnya selalu saja mengatakan manusia adalah manusia tak berakhlak. Sebenarnya apa yang bisa dilakukan manusia yang tak memiliki kekuatan itu?”

“Putri Hera, izin menjawab Raja.”

“Silakan!”

“Putri Rhea, mereka memang tidak memiliki kekuatan natural seperti kita. Mereka adalah makhluk hidup yang tak bisa terbang, tak punya kekuatan untuk dikendalikan, tetapi mereka terkenal dengan sikap liciknya. Seharusnya kamu belajar itu di kelas pendidikanmu!” tegur Putri Hera. Ia tinggi semampai dengan kulitnya yang putih bersih. Rambutnya yang hitam tebal diikatnya semuanya ke atas dengan sebuah jepitan bunga Reivehan yang sudah dikeringkan. Ialah putri pertama dari Raja Perseus, Raja terdahulu dan ialah adik perempuan pertama dari Raja Heros.

“Iya Putri Hera. Saya belajar itu. Tetapi licik apa? Mereka nampak lugu. Bahkan mereka lemah.”

“Cukup dengan keras kepalamu, Putri Rhea. Sudah menjadi peraturan bertahun-tahun bahwa klan Peri tidak boleh berhubungan dekat dengan klan manusia. Mereka berbahaya.” Kini Philip yang angkat bicara.

“Bagaimana kalian tahu kalau manusia berbahaya kalau kalian saja tidak pernah berhubungan langsung dengan mereka?” Muka Rhea memerah. Menahan geram.

“Rhea, jangan lancang dengan Putri Hera. Hormatilah beliau.” Philip menangkupkan kedua tangannya.

“Maaf Kak Philip. Aku tidak bermaksud lancang. Jika memang berbahaya. Mengapa Kak Hans tidak langsung bunuh aku saja dari seminggu yang lalu?”

“Sudahlah. Putri Hera dan Pangeran Philip silakan kalian duduk kembali. Teruntuk Putri Rhea, sudah sepatutnya putri akan mulai bertanya-tanya mengapa kita tidak boleh berhubungan dengan manusia. Tetapi, kini bukanlah waktu yang tepat untuk memberitahumu. Bahkan, suatu saat mungkin Putri akan tahu sendiri tanpa kami memberitahu.” Raja menengahi.

“Sekarang saya sampaikan permohonan kepada Putri Rhea. Antarkan anak manusia itu kembali ke Kerajaannya, pastikan dia sampai dengan aman ke Kerajaannya. Inilah tugas kerajaan pertamamu. Lalu, hukuman yang pantas kamu terima adalah renungkanlah perbuatanmu dua hari satu malam di kediamanmu.”

“Tapi Raja?”

“Jangan membantah, Putri Rhea!”

***

Rhea masih terbang di atas sana. Tiba-tiba, ia merasakan sakit di jantungnya. Hampir saja ia menabrak peri lainnya yang juga sedang terbang. Namun ia bisa mengendalikannya. Rasa sakit itu hanya sementara, bertahan lima detik.

***

Hukuman renungan adalah hukuman yang susah dijalani. Itu berarti ia harus terkungkung di kediamannya hampir 48 jam. Tentu saja ia tidak perlu takut akan mati kelaparan ataukah takut karena tidak bisa keluar. Tapi, yang ia takutkan adalah dirinya harus melahap setumpuk buku mempelajari tentang Kerajaan Aphrodite. Apa dan bagaimana Kerajaan berdiri, sampai dengan peraturan yang berlaku. Lantas, akan diuji oleh Raja mengenai isi­-isi buku tersebut. Raja akan menanyakan pertanyaan random. Gila!

“Tunggu Raja. Setidaknya berikan saya satu alasan. Mengapa saya harus menjauhi Kak Hans?”

“Ia adalah anak dari Raja Harry.” Philip menjawab dengan suara pelan.

Seketika aula hening. Tak ada yang berani buka suara. Semua saling memandang.

“Pangeran Philip, kembalilah ke kediamanmu. Sekarang!” pinta Raja. “Pertemuan sudah selesai. Saatnya kalian kembali dan beristirahatlah!”

***

Rhea mendarat di dekat suatu rumah kecil. Masih di dalam lingkungan istana. Rumah tersebut tak ditinggali siapapun. Namun sering dirawat dan dibersihkan oleh pelayan. Di atas daun pintu terdapat sebuah papan nama kayu, terukir dengan tulisan “Memorial Putri Harmonie”. Inilah tempat yang sering dikunjungi Rhea dimulai dari ia berusia enam tahun, dua tahun yang lalu.

Digesernya pintu kayu tersebut. Masuk ke dalamnya. “Ibunda, hari ini aku mendengar nama Harry! Nama yang selalu hadir di setiap ibu mengigau. Sebenarnya siapa itu Harry? Mengapa selalu hadir di mimpi buruk Ibunda?”

Di tengah ruangan terdapat sebuah meja kecil dengan terdapat sebuah benda persegi pipih berwarna merah disana. Sedang di atasnya melayang sebuah hologram wajah seorang wanita yang cantik. Disanalah jiwa Putri Harmonie terlelap. Di sudut kiri ruangan bagian belakang terdapat sebuah kamar. Sedang di sebelah kanannya masih kosong. Perlahan-lahan ranting pohon di sekeliling kediaman Putri Harmonie, menjalar dari jendela yang terbuka lantas merangkai sedemikian rupa membentuk tempat tidur. Ranting kemudian terputus dengan sendirinya dengan cara memanfaatkan kekuatan pengendali alamnya.

Tak ingin membangunkan Putri Harmonie. Ia memilih untuk larut membaca buku-buku yang tersusun rapi di atas rak-rak kecil disana sampai meringkuk tertidur disana.

Sekali lagi, ia merasakan sakit di jantungnya sebelum tertidur. Tanpa diketahuinya, timbullah guratan merah disana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 55. Kita harus Terus Berlari

    Pukul 11.35.25 menit sebelum waktu menunjukkan tengah malam. Tanda Putri Rhea sudah meninggalkan Kerajaan selama satu malam.Bulan purnama bercahaya penuh di langit. Nampak jelas dari gedung pencakar langit Kerajaan Aphrodite.Raja Perseus berjalan perlahan di bawah sinar rembulan. Ia berhenti dan memandang ke langit."Bahkan awan saja tak berani menghalangi cahaya rembulan ini. Iya kan, Pangeran Philip?"Philip yang sedari tadi mengikuti dan sesekali bersembunyi, akhirnya ketahuan."Ayahanda, maafkan jika saya telah lancang mengikuti Anda!" Philip mengatupkan kedua tangannya. Berlutut dengan lutut kanannya.Raja tertawa terbahak-bahak."Ternyata saya masih pintar dan masih peka,""Ayah, bisa kah menanggapi dengan serius?""Pangeran, seharusnya kamu harus lebih santai. Jangan terus mengerutkan wajahmu. Coba lihat ayahmu ini. Masih awet muda karena tidak menekuk wajah terus-menerus,""Ayah, kita tidak lah sama. Ayo, kita segera temui Putri Harmonie,""Siapa bilang kamu boleh ikut?""Ke

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 54. Putri Harmonie & Pangeran Hans Bertemu

    "Putra Mahkota datang menghadap Raja," Hans membungkuk ke depan sembari mengatupkan kedua tangannya.Ia menemui Raja di kediaman Raja, yang berarti apapun yang akan dibicarakan Raja pastilah bersifat pribadi yang menyangkut dirinya."Aku memanggilmu kesini untuk segera enyahkan Putri Helen," Tanpa berbasa-basi dan tanpa melihat raut wajah Hans yang kaget Raja mengeluarkan perintah dengan santai."Maaf, Yang Mulia. Kenapa Putri Helena harus dilenyapkan?""Semakin lama dia disini, semakin cinta kalian akan lebih dalam padanya,""Kalian? Apa maksud Ayahanda,""Janganlah pura-pura bodoh dan polos. Selain kau, Pangeran Bladwin juga mencintainya. Apalagi Ratu malah mendukung. Pokoknya saya tidak mau tahu, enyahkanlah dia,""Yang Mulia, maaf jika lancang. Jika Yang Mulia bermaksud enyahkan Putri, enyahkan lah saya terlebih dahulu,""Kau?"***"Dasar brengsek! Apa-apaan Raja ini. Bahkan meminta seluruh

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 53. Pengemis Tua Sombong, Namun Sebenarnya?

    "Enak sekali dia ngomong aku dengan sebutan bodoh." gerutu Rhea.Rhea terus mengikuti mereka sampai ke luar pasar. Orang-orang semakin sedikit yang berlalu lalang.Mentari sudah ada di atas kepala. Peluh mulai mengucuri wajah Rhea."Dunia manusia panas sekali. Gersang." Ia mengusap peluh yang menetes dengan lengan bajunya. Sesekali ia mengibas-ngibaskan telapak tangannya untuk menghasilkan embusan angin.Rhea terus berlari. Sesekali berjalan. Berhenti. Bersembunyi."Orang-orang ini apa tidak tahu aku sedang mengikuti? Mengapa mereka tidak berhenti ataupun balik memaki?"Dari arah belakang tanpa Rhea sadar, seorang gadis melemparnya dengan batu kecil. Batu itu mengenai betis kirinya.Rhea memutar wajahnya ke belakang."Hei, kau. Nona bodoh! Kenapa kau mengikuti kami? Apa maumu?"Anak ini, apa nggak diajari sopan santun oleh orang tuanya? Kenapa bicara dengan yang lebih tua dengan nada seperti itu. Apalag

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 52. Sekantong Koin dari Nona Bodoh

    "Jangan lah memandang wajahku seperti itu. Aku tahu jika aku ganteng. Malahan gosipnya ada belasan wanita cantik yang setiap harinya membicarakan ketampananku," Hans menyombongkan diri walaupun sedikit canggung.Bagaimana tidak? Sudah sekitar 5 menit, Rhea hanya memandanginya tanpa berkata satu kata pun. Bahkan yang lebih menakutkan, Rhea tidak mengedipkan kelopak matanya.Berbeda dengan Rhea. Sejak 5 menit yang lalu, jiwanya berinteraksi dengan Philip lewat telepati."Kamu harus pulang sekarang atau kami yang akan menyusulmu kesana!" ancam Philip."Kak Philip, kenapa kamu terus mengancamku? Apa kamu marah karena aku menolakmu?" Rhea geram. Bukannya menanyakan keadaannya atau pun memberikan informasi. Malah langsung marah tak jelas seperti ini."Tidak sama sekali. Hal itu sudah aku lupakan sejak lama. Aku hanya khawatir jika manusia-manusia itu berbuat sesuatu padamu,""Diamlah Kak Philip. Kakak tidak perlu membuang energi terlal

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 51. Pesona Hans Bertambah, Begitulah Pendapatnya

    Kerajaan Aphrodite.Raja mengikuti saran Pangeran Philip. Mereka berdua sekarang duduk saling berhadapan di kediaman Raja."Apa info yang ingin Pangeran sampaikan?""Ternyata benar sesuai dugaan Ayahanda. Kerajaan Theligonia merencanakan perang dengan Kerajaan Aphrodite,""Hmm, lalu?""Kenapa malah lalu Ayahanda? Yah, kita harus siap-siap untuk berperang,""Perang mengakibatkan kerusuhan, perpecahan, dan kehilangan. Semuanya hanya tentang duka. Mengapa bangsa manusia tidak pernah puas?""Dari dulu manusia sudah seperti itu dan saya tidak mau Rhea terjebak juga,""Perkataan bisa menjadi doa Pangeran. Lebih baik mengatakan hal baik saja. Dan perihal hal ini, sebelum perang itu terjadi, kita harus meminta petunjuk Dewa,""Red Stone kita hanyalah serpihan, ukurannya tak lebih dari sekepal tangan pria dewasa. Sedangkan manusia-manusia itu seenaknya mengambil, membagi, dan memecah-mecahkannya,""Yah,

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 50. Rombongan Putri Helena aka Putri Rhea

    Rhea sudah berada dalam kereta kuda. Namun, kudanya terasa lebih stabil dan cepat."Ini bukan kuda seperti tadi pagi. Apakah kuda ini juga menyerap kekuatan Red Stone?""Iya, Putri. Benar sekali," jawab Hans lewat telepati."Hei, kamu menguping?""Tidak. Aku tidak sengaja mendengarnya karena ternyata pemancar sinyalku masih dalam keadaan nyala. Maaf. Aku lancang sekali,""Kamu memang lancang sekali dan tidak beradab Pangeran. Bahkan kamu mengolok-olok aku,""Ngolok? Kapan?""Sudahlah. Aku malas menjelaskannya padamu. Energiku habis karena aku terlalu lama ada di Kerajaan Manusia""Tenang saja. Setelah kau percaya sama aku, kau boleh pulang. Dan aku harap, kau bisa menjelaskan maksudmu tentang mengolok-olok,""Persetan!""Putri, apa kau lebih mempercayai Pangeran Bladwin daripada aku?""Kenapa malah bawa-bawa Pangeran Bladwin?""Jawab saja!""Jika kamu mau tahu, iya. A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status