Share

Bab 3: Memorial Putri Harmonie

“Kamu tak temani dia ke Kerajaan Theligonia?” Philip muncul. Sedari tadi ia menguntit Rhea dari belakang.

“Tidak.”

“Bukannya kamu suka membela dia?”

“Stop sindir aku Kak!”

“Baiklah. Kamu sudah tahu kan, mengapa kita harus menjauhi dia?”

Rhea tidak menjawab sama sekali. Ia membalas dingin tatapan Philip. Lantas, terbang meninggalkan Philip dan hutan terlarang.

Teringat kejadian satu jam yang lalu.

***

Raja Heros, Raja Kerajaan Aphrodite mengadakan pertemuan kekeluargaan secara mendadak. Meminta seluruh anggota Kerajaan berkumpul di aula istana. Raja menutup matanya. Berkonsentrasi sambil menunggu kedatangan mereka.

Seluruh anggota Kerajaan, termasuk Rhea dan Philip mendengar panggilan Raja dari radar sinyal yang dikirimkan Raja. Terdengar lewat salah satu gendang telinga mereka, Segera kumpul di ruang aula!

Sepuluh menit kemudian, ketika mentari merangkak turun. Aula istana telah diisi dengan seluruh anggota keluarga Kerajaan. Para penjaga diminta untuk melindungi setiap sudut aula, dalam maupun luar. Seluruhnya tak ada yang berani berkata-kata. Sudah menjadi peraturan lisan bahwa tidak ada yang boleh memulai pembicaraan, sebelum Raja memulainya. Mereka duduk di lantai berkarpet merah di balik meja persegi. Satu meja diisi dengan dua orang peri. Di bawah depan singgasana.

“Putri Rhea, saya mendengar dari penduduk bahwa kamu sekarang sedang dekat dengan seorang anak manusia. Apakah itu benar?” Raja membuka perbincangan.

Raja duduk di singgasana di dalam aula istana. Ruangnya terlihat apik dan bersih. Lantai istana yang sengaja menggunakan kayu jati menyeduhkan hati untuk dipandang di mata. Ornamen-ornamen yang digunakan tidak menampakkan adanya kemewahan yang berlebih. Nuansa dinding berwarna coklat dengan jendela terbuka lebar di sisi kanannya. Menampakkan taman hijau dan bunga yang beraneka ragam warnanya semakin menambah aura kesejukan di dalam ruangan tersebut. Bahkan suasana sore tidak mampu menelan keindahan pemandangannya. Itulah yang sebenarnya menjadi jantung dari Kerajaan Aphrodite.

“Maafkan putri jika lancang Raja. Apa salahnya jika kita berteman dengan seorang manusia?” Rhea berdiri. Memberikan hormat dengan menekukkan lutut setengah berdiri, kaki kiri di depan, kaki kanan di belakang, sedang tangannya dilebarkan ke samping.

“Tentu salah, Putri Rhea!” Raja menjawab dengan segurat senyum di wajahnya. Raja Heros memang terkenal dengan keramahannya.

“Mengapa salah? Raja dan anggota keluarga lainnya selalu saja mengatakan manusia adalah manusia tak berakhlak. Sebenarnya apa yang bisa dilakukan manusia yang tak memiliki kekuatan itu?”

“Putri Hera, izin menjawab Raja.”

“Silakan!”

“Putri Rhea, mereka memang tidak memiliki kekuatan natural seperti kita. Mereka adalah makhluk hidup yang tak bisa terbang, tak punya kekuatan untuk dikendalikan, tetapi mereka terkenal dengan sikap liciknya. Seharusnya kamu belajar itu di kelas pendidikanmu!” tegur Putri Hera. Ia tinggi semampai dengan kulitnya yang putih bersih. Rambutnya yang hitam tebal diikatnya semuanya ke atas dengan sebuah jepitan bunga Reivehan yang sudah dikeringkan. Ialah putri pertama dari Raja Perseus, Raja terdahulu dan ialah adik perempuan pertama dari Raja Heros.

“Iya Putri Hera. Saya belajar itu. Tetapi licik apa? Mereka nampak lugu. Bahkan mereka lemah.”

“Cukup dengan keras kepalamu, Putri Rhea. Sudah menjadi peraturan bertahun-tahun bahwa klan Peri tidak boleh berhubungan dekat dengan klan manusia. Mereka berbahaya.” Kini Philip yang angkat bicara.

“Bagaimana kalian tahu kalau manusia berbahaya kalau kalian saja tidak pernah berhubungan langsung dengan mereka?” Muka Rhea memerah. Menahan geram.

“Rhea, jangan lancang dengan Putri Hera. Hormatilah beliau.” Philip menangkupkan kedua tangannya.

“Maaf Kak Philip. Aku tidak bermaksud lancang. Jika memang berbahaya. Mengapa Kak Hans tidak langsung bunuh aku saja dari seminggu yang lalu?”

“Sudahlah. Putri Hera dan Pangeran Philip silakan kalian duduk kembali. Teruntuk Putri Rhea, sudah sepatutnya putri akan mulai bertanya-tanya mengapa kita tidak boleh berhubungan dengan manusia. Tetapi, kini bukanlah waktu yang tepat untuk memberitahumu. Bahkan, suatu saat mungkin Putri akan tahu sendiri tanpa kami memberitahu.” Raja menengahi.

“Sekarang saya sampaikan permohonan kepada Putri Rhea. Antarkan anak manusia itu kembali ke Kerajaannya, pastikan dia sampai dengan aman ke Kerajaannya. Inilah tugas kerajaan pertamamu. Lalu, hukuman yang pantas kamu terima adalah renungkanlah perbuatanmu dua hari satu malam di kediamanmu.”

“Tapi Raja?”

“Jangan membantah, Putri Rhea!”

***

Rhea masih terbang di atas sana. Tiba-tiba, ia merasakan sakit di jantungnya. Hampir saja ia menabrak peri lainnya yang juga sedang terbang. Namun ia bisa mengendalikannya. Rasa sakit itu hanya sementara, bertahan lima detik.

***

Hukuman renungan adalah hukuman yang susah dijalani. Itu berarti ia harus terkungkung di kediamannya hampir 48 jam. Tentu saja ia tidak perlu takut akan mati kelaparan ataukah takut karena tidak bisa keluar. Tapi, yang ia takutkan adalah dirinya harus melahap setumpuk buku mempelajari tentang Kerajaan Aphrodite. Apa dan bagaimana Kerajaan berdiri, sampai dengan peraturan yang berlaku. Lantas, akan diuji oleh Raja mengenai isi­-isi buku tersebut. Raja akan menanyakan pertanyaan random. Gila!

“Tunggu Raja. Setidaknya berikan saya satu alasan. Mengapa saya harus menjauhi Kak Hans?”

“Ia adalah anak dari Raja Harry.” Philip menjawab dengan suara pelan.

Seketika aula hening. Tak ada yang berani buka suara. Semua saling memandang.

“Pangeran Philip, kembalilah ke kediamanmu. Sekarang!” pinta Raja. “Pertemuan sudah selesai. Saatnya kalian kembali dan beristirahatlah!”

***

Rhea mendarat di dekat suatu rumah kecil. Masih di dalam lingkungan istana. Rumah tersebut tak ditinggali siapapun. Namun sering dirawat dan dibersihkan oleh pelayan. Di atas daun pintu terdapat sebuah papan nama kayu, terukir dengan tulisan “Memorial Putri Harmonie”. Inilah tempat yang sering dikunjungi Rhea dimulai dari ia berusia enam tahun, dua tahun yang lalu.

Digesernya pintu kayu tersebut. Masuk ke dalamnya. “Ibunda, hari ini aku mendengar nama Harry! Nama yang selalu hadir di setiap ibu mengigau. Sebenarnya siapa itu Harry? Mengapa selalu hadir di mimpi buruk Ibunda?”

Di tengah ruangan terdapat sebuah meja kecil dengan terdapat sebuah benda persegi pipih berwarna merah disana. Sedang di atasnya melayang sebuah hologram wajah seorang wanita yang cantik. Disanalah jiwa Putri Harmonie terlelap. Di sudut kiri ruangan bagian belakang terdapat sebuah kamar. Sedang di sebelah kanannya masih kosong. Perlahan-lahan ranting pohon di sekeliling kediaman Putri Harmonie, menjalar dari jendela yang terbuka lantas merangkai sedemikian rupa membentuk tempat tidur. Ranting kemudian terputus dengan sendirinya dengan cara memanfaatkan kekuatan pengendali alamnya.

Tak ingin membangunkan Putri Harmonie. Ia memilih untuk larut membaca buku-buku yang tersusun rapi di atas rak-rak kecil disana sampai meringkuk tertidur disana.

Sekali lagi, ia merasakan sakit di jantungnya sebelum tertidur. Tanpa diketahuinya, timbullah guratan merah disana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status