Share

Bab 7: Sebenarnya Siapa Dirimu?

“Aku tidak pantas menjadi Raja jika aku hanya akan menjadi permainan menteri Kerajaan. Harusnya kamu tahu itu Panthea.”

Panthea menarik napas dalam-dalam.

“Harry, aku mengenal kamu sejak kita kecil. Kamu adalah seorang yang pemberani. Seseorang yang selalu berlaku adil untuk semua orang. Jika kamu tidak menjadi Raja. Siapa lagi yang bisa?”

“Tentu saja suamimu Panthea.”

“Tidak Harry. Pangeran Dalmacio adalah Pangeran kedua dan ia terlalu ambisius. Seperti yang kamu tahu bukan?”

“Ya. Dan pada akhirnya kamu lebih memilih dia daripada aku.”

“Harry!”

“Baik. Baik. Aku tetap akan berpikiran sama. Aku hanya menyukai alam bebas. Mengarungi dunia.”

“Lantas dengan egomu yang ingin mengelilingi dunia. Pada saat kamu pulang, saat itu juga dunia akan hancur di belakangmu.”

“Kamu memang selalu saja seperti ini. Keras kepala.” Harry mengangkat gelas tehnya, menghirupnya, lantas meminumnya pelan.

“Aku akan menjaga kalian dari luar. Kabari aku jika perlu bantuan,” lanjutnya.

Ia pergi keluar. Duduk di balkon dengan kaki bergelantungan di bawah. Merasakan angin sepoi-sepoi yang membelai dirinya. Mungkin itu bisa meredakan rasa sesak dan rindu yang kian memuncak.

Wahai gadis cantik, bolehkah aku bertemu denganmu lagi?

***

Pangeran Dalmacio beserta pasukannya memacukan kudanya secepat mungkin. Pastinya mereka akan sampai saat mentari sedang tinggi-tingginya. Namun, daripada menjadi mata-mata yang mencolok. Mereka berpencar sesuai dengan instruksi Pangeran Dalmacio.

“Tim A berpencar dengan bekerja di pertambangan emas dan timah. Lihatlah cara para peri melakukan transaksi disana. Sapalah satu atau dua peri disana, dekatin dan cari informasi dari sana. Walau sehari tak cukup, lanjutkan terus-menerus. Kalian mengerti?”

“Baik. Laksanakan.”

“Tim B ikut para penambang pohon. Awasi dari jarak dekat. Kalau-kalau para peri sedang lengah, cepat-cepat nyelinap ke tempat mereka dan lakukan apa yang sudah kuperintah. Kalian mengerti?”

“Baik. Laksanakan.”

***

Hari begitu berlalu cepat. Mentari berganti menjadi rembulan. Cahayanya berpendar memantulkannya pada lautan.

“Lapor Pangeran. Para peri tidak menaruh curiga sama sekali pada kita. Transaksi tadi siang berjalan seperti biasa. Mereka tidak menaruh curiga apapun.”

“Bagus. Lantas bagaimana dengan Tim A dan Tim B tadi pagi?”

“Mereka tetap menjalani tugas sesuai instruksi Pangeran. Tidak ada yang tahu keberadaan kami.”

“Baguslah. Sebentar lagi tentu saja Raja akan memilihku sebagai penerus dibandingkan dengan kakakku yang terlalu polos.”

“Namun Pangeran. Maaf jika saya lancang.” Seorang menteri datang mendekat. “Sebaiknya Pangeran harus tetap menjaga relasi yang kuat dengan Pangeran Harry. Walaupun beliau tetap tidak mau jadi Raja, tetapi jika ia memiliki saudara yang tidak akur dengannya, saya takut akan mengancam kedudukan Pangeran di masa depan.”

“Jadi apa saran darimu?”

“Pangeran Harry suka berpetualang ke dunia luar. Menurut saya, Pangeran bisa mendukungnya untuk yakin dengan jiwa petualangnya daripada harus terus terkungkung di istana yang menurut dia seperti sangkar ini. Dan juga dukunglah beberapa pemikirannya. Sekali dayung, dua pulau terlampaui. Pangeran Harry dijauhkan dari istana. Tentu saja kedudukan Pangeran Dalmacio akan tetap aman.”

Pangeran Dalmacio tidak menjawab lagi. Lebih memilih memutar badannya pergi menjauh. Melewati lorong, sampai ke kediamannya.

“Dalmacio! Bagaimana proses pengintaianmu?” Harry berdiri tepat di samping Dalmacio.

“Berjalan dengan lancar.”

“Tentu saja lancar. Semua orang sudah tahu bagaimana cara dirimu bekerja. Tidak ada yang tak bisa dilakukan oleh seorang Pangeran Dalmacio.”

“Akankah ada hal yang ingin kamu sampaikan, Putra Mahkota?”

“Tidak.”

“Baiklah. Giliran saya yang berbicara. Namun saya ingin berbicara sebagai seorang ... adik.”

Harry menatap bingung ke Dalmacio.

“Sebenarnya aku bukan orang yang biasa mengutarakan isi hatiku, tapi sudah saatnya aku jujur pada kakak. Aku tidak menyukai rencana Ayahanda.”

“Apakah aku bisa mempercayaimu?”

“Tentu saja. Aku terlalu muak dengan rencana untuk menyerang Kerajaan Aphrodite. Tapi, aku juga harus mematuhi apa yang menjadi perintah Ayahanda.”

“Begitukah pemikiranmu?” Harry bertanya. Setidaknya ia harus meyakinkan dirinya apakah adiknya berkata jujur.

“Iya. Beberapa hal aku mengintai ke Kerajaan Aphrodite untuk mencari tahu siapa warga Kerajaan yang bisa aku berikan info mengenai penyerangan ini. Karena sangat tidak mungkin aku bisa menemui Kerajaan Aphrodite. Hanya Ayahanda yang boleh berhubungan langsung dengannya.”

“Aku bangga denganmu adikku. Aku kira kamu akan terus mengikuti perintah Ayahanda yang tak masuk akal itu. Mengenai warga Kerajaan yang ingin kamu cari, aku bisa membantumu,” jawabnya. “Tetapi awas saja jika kamu membohongiku, adikku. Belum tentu aku akan tetap menganggapmu sebagai adikku.”

“Terima kasih atas belas kasihmu kakak. Terima kasih juga telah menggantikan diriku menjaga Panthea dan Hans.”

“Baiklah. Tentu tidak menjadi masalah. Selamat beristirahat adikku. Engkau sudah lelah seharian.”

Harry menepuk pelan pundak Dalmacio. Tersenyum sesaat. Kemudian melangkah ke koridor. Menuju kediamannya kembali.

“Wah, lihat siapa yang baru pulang. Putra Mahkota Harry.” Cakra duduk di atas kediaman Harry. Lantas terbang turun saat Harry memicingkan mata padanya.

“Aku ada permintaan untukmu. Besok temani aku mencari gadis itu. Aku harus menemuinya segera,” ujar Harry.

“Sudah kubilang kau tidak perlu mencarinya. Kamu dan dia akan segera bertemu.”

“Mengapa kau begitu yakin?”

“Yang kamu cari adalah Putri Harmonie. Ia seorang putri yang berpikiran luas dan seorang yang berani. Jika bukan dirimu yang mencarinya, ia yang akan mencarimu.”

“Putri Harmonie. Nama yang begitu cantik.”

“Jika boleh aku bertanya, mengapa kau sangat ingin sekali bertemu dengannya dalam waktu cepat?”

“Aku harus memberitahu rencana Ayahanda padanya. Setidaknya aku bisa memperingatkan mereka terlebih dahulu. Sebelum semuanya terlambat.”

“Baiklah. Aku yakin besok kalian akan segera bertemu.”

Cakra terbang menjauh. Menghilang dalam kegelapan dengan kepakan sayap besar berwarna hitamnya.

Harry duduk di kursi kediamannya. Untuk sekedar memejamkan matanya merupakan tugas berat bagi dirinya teruntuk malam ini. Bulan sabit tergantung disana sedang bintang bertebaran di atas sana, sungguh pemandangan begitu tenang. Ia mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna merah muda dengan setiap pinggirannya dijahit begitu rapi dengan daun Reveihan, sedang di sudut kiri terdapat huruf H.

“Anehnya, aku tidak bisa melupakanmu sejak hari itu. Seperti takdir yang sudah digariskan, pikiranku selalu terjebak memikirkanmu. Siapa dirimu sebenarnya, wahai Putri Harmonie?”

***

Kerajaan Aphrodite

“Aku kehilangan sapu tanganku. Apakah manusia itu yang mengambilnya?” Harmonie berdiri di balkon istana. Matanya menerawang jauh ke bawah, menembus kerumunan peri, keluar dari gerbang Kerajaan, berhenti di area pertambangan Kerajaan Theligonia.

“Tak ada sapu tanganku disana. Pasti dia mengambilnya.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status