Home / Romansa / The Unholy Claim / 02—‘The Shadow Bond’

Share

02—‘The Shadow Bond’

Author: Chika B.K
last update Last Updated: 2025-10-09 18:17:21

Pasir yang bergabung dengan bebatuan Obsidian berhembus dengan kencang di gurun, membuat seorang wanita dengan jubah hitam menutupi mukanya dengan kerudung di kepalanya. Ia berjalan langkah demi langkah yang tertatih karena badannya dipaksa untuk melawan hembusan kencang pasir tersebut. Hal ini tidak mudah untuk dilakukan, terlebih dengan usianya yang sekarang.

Sudah lebih dari 2 jam ia berjalan—akhirnya dia sampai di sebuah kuil. Hal pertama yang dia lakukan adalah bertekuk lutut dan menggabungkan kedua tangannya, kemudian menundukkan kepalanya. Ia memberi salam kepada kuil tersebut. Tidak lama kemudian, dia mendengar suara laki-laki yang berat dan serak.

“Salam, semesta memberkatimu,” pria tersebut membalas salam dari sang wanita.

“Salam, Paman Kairos, semesta memberkatimu juga” salam dari sang wanita yang kemudian berdiri, dan mendekati laki-laki yang ternyata bernama Paman Kairos itu.

“Halo, Elena. Bagaimana kabarmu?” Tanya Paman Kairos dengat hangat, ia langsung mengenali wanita yang tampangnya tidak muda lagi itu.

“Semuanya baik. Bolehkah aku bicara denganmu?” Tanya Elena dengan mantap.

“Tentu saja. Masuklah ke dalam,” Paman Kairos menyambut pertanyaan Elena dengan gembira.

Mereka berdua kemudian masuk ke dalam kuil. Hawa angin yang sejuk dari kuil itu langsung melepas penat dari tubuh Elena. Tidak banyak yang berubah dari kuil ini, masih sama seperti pertama kali dibangun. Ukiran di setiap pilarnya masih terjaga dengan indah, menandakan bahwa kuil ini dirawat dengan baik. Paman Kairos ialah orang yang merawatnya, ia juga sekaligus menjadi salah satu guru terkemuka di Aeterna yang mengajarkan tentang ilmu pengetahuan, hingga spiritualitas dari dalam diri bangsa Eternian.

“Apakah hari ini tidak ada yang belajar di kuil, Paman Kairos?” Tanya Elena dengan penasaran.

Setiap hari, anak-anak Eternian datang ke kuil ini untuk belajar mengenai semua hal dalam kehidupan. Mulai dari tata surya, cara berdoa, sistem hukum, hingga spiritualitas dari dalam jiwa mereka. Paman Kairos adalah salah satu guru terkemuka yang mengajarkan semua hal itu kepada anak-anak Eternian, termasuk Luke saat ia masih kecil.

“Mereka sudah pulang sekitar satu jam yang lalu,” jawab Paman Kairos. Ia kemudian menduduki salah satu kursi bantal kecil yang dekat dengan kolam berisi air suci.

“Duduklah,” Paman Kairos menginstruksikan agar Elena duduk di kursi bantal pendek berseberangan dengannya. Elena kemudian melakukan sesuai yang diminta Paman Kairos.

“Jadi, apa yang hendak kamu bicarakan, Elena?” Tanya Paman Kairos dengan tersenyum lembut pada Elena.

“Apakah kau ingat Luke, anakku?” Tanya Elena balik kepada Paman Kairos.

“Tentu saja! Dia adalah salah satu murid terbaik yang pernah kuajar,” jawab Paman Kairos dengan bersemangat begitu ia mendengar nama Luke.

“Omong-omong, aku turut berduka cita. Aku dengar apa yang terjadi padanya,” ujar Paman Kairos secara tiba-tiba. Tangannya memegang pundak Elena, berniat menenangkan dan mengisyaratkan Elena agar tabah.

“Terima kasih, Paman Kairos. Sebenarnya itulah yang hendak kubicarakan denganmu,” jawab Elena dengan senyum nanar di wajahnya.

“‘The Shadow Bond’ mulai menggerogoti dirinya perlahan-lahan,” tambah Elena.

Mendengar hal itu, Paman Kairos menghela napas panjang. Ia juga ikut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh ibu dari Luke itu.

“Bisakah kau ceritakan semuanya dari awal padaku, Elena?” Pinta sang guru terkemuka tersebut.

“1000 abad yang lalu, Luke mengenalkan kekasihnya padaku. Namanya Mirabelle. Ia adalah gadis yang sangat cantik. Namun, ternyata dia terlahir dengan kondisi penyakit yang langka, itu adalah pertama kalinya aku melihat seseorang dengan kulit berwarna terang, tidak gelap seperti kita pada biasanya, bangsa Eternian,” ibu Luke bercerita kepada Paman Khairos yang fokus mendengarkannya.

“Mereka merencanakan pernikahan dalam waktu dekat. Namun, belum sempat mengikat janji satu sama lain, Mirabelle meninggal karena penyakitnya yang semakin parah—memakan dirinya dari dalam,” suara Elena mulai bergetar. Ia berusaha sekuat mungkin untuk menahan kesedihannya.

“Sejak saat itu, Luke terlihat tidak baik-baik saja. Ia selalu bermimpi buruk saat tidur, dan terkadang dia menghancurkan barang di sekitarnya. Sudah 1000 abad berlalu, tapi 10 tahun lalu sebelum Luke pergi berkelana aku masih mendengar dia menggumamkan nama ‘Belle’ dalam tidurnya,” ujar Elena kepada Paman Kairos. Tidak kuasa menahan kesedihannya, akhirnya air menetes dari matanya.

“Aku paham situasinya, Elena,” ujar Paman Kairos yang kemudian memberikan sapu tangan kepada Elena.

“Kau tahu, ‘The Shadow Bond’ adalah kutukan bagi kita, bangsa Eternian—dan itu tidak dapat dihindari. Ketika orang yang kita cintai meninggalkan kita, The Shadow Bond akan memakan jiwa kita dari dalam. Kita adalah makhluk dengan perasaan paling tulus, maka dari itu semesta memberikan hadiah atas ketulusan kita. Kita tetap akan terhubung secara emosi dan spiritual dengan jiwa orang tercinta yang sudah meninggalkan kita, walau mereka sudah berada di Nirvana,” jelas Paman Kairos kepada Elena.

Bagi bangsa Eternian, ‘Nirvana’ adalah tujuan akhir dari jiwa yang sudah meninggalkan Aeterna. Jiwa-jiwa tersebut hidup damai bersama di dalam Nirvana.

“Apakah ada hal yang bisa kau lakukan terhadapnya? Setidaknya, mungkin kau bisa mengurangi sakit atas kutukannya?” Tanya Elena dengan air mata yang semakin deras mengalir di pipinya.

Paman Kairos kembali menghela napas panjang.

“Luke akan terus terikat dengan jiwa kekasihnya. Biasanya, orang yang sudah mulai terkena The Shadow Bond akan mendapatkan penglihatan jika sesuatu terjadi pada jiwa kekasihnya,” jawab Paman Kairos.

“Apa maksudmu?” Tanya Elena yang sudah tidak bisa berpikir jernih.

“Aku membicarakan tentang reinkarnasi, fenomena ketika suatu jiwa terlahir kembali. Setiap 1000 abad, jiwa kita diyakini terlahir kembali, di suatu tempat. Aku yakin Luke sudah beberapa kali mendapatkan penglihatan tentang kekasihnya yang terlahir kembali,” jawab Paman Kairos memperjelas pernyataannya.

Penjelasan dari Paman Kairos sontak membuat Elena kebingungan. Ia baru saja mengetahui hal ini—jelas saja, ini bukanlah pengetahuan umum yang diajarkan kepada bangsa Eternian saat belajar di kuil.

“Lalu..apakah jika Luke bertemu kembali dengan kekasihnya yang bereinkarnasi, kutukannya akan hilang?” Tanya Elena dengan gugup.

Paman Kairos terdiam, sementara Elena terpaku menunggu jawaban darinya.

“Setidaknya, jiwanya akan perlahan-lahan pulih kembali,” Mendengar jawaban dari Paman Kairos, Elena menghembuskan napas panjang. Ia masih berusaha untuk mencerna semuanya.

Elena kemudian berlutut dan menundukkan kepalanya di hadapan Paman Kairos, sambil memberikan salam, “Terima kasih banyak Paman Kairos, semesta memberkatimu.”

“Aku harap, Luke akan menemuimu suatu saat nanti,” tambah Elena. Paman Kairos mengangguk mendengar ucapan Elena.

“Semesta memberkatimu juga, Elena. Kamu harus yakin dan semangat bahwa Luke akan sembuh dari kutukan yang ia derita. Aku akan mendoakan Luke,” balas Paman Kairos, ia juga menundukkan kepalanya terhadap Elena.

Elena tersenyum penuh haru hingga air matanya kembali menetes mendengar Paman Kairos berkata seperti itu.

Elena kemudian berdiri dari duduknya, dan tersenyum hangat pada Paman Kairos, “Kalau begitu, aku akan kembali pulang, terima kasih banyak, Paman Kairos.”

Paman kairos membalas senyumnya dengan tulus. Ia kemudian mengantar Elena hingga ke depan gerbang kuil.

“Hati-hati dalam perjalananmu, Elena. Semoga kau sampai sebelum malam tiba,” ujar Paman Kairos.

“Tentu, paman. Kalau begitu, sampai jumpa lagi nanti,” Elena kemudian meninggalkan kuil tersebut sengan perasaan lega. Secercah harapan tumbuh dalam hatinya.

Paman Kairos menonton punggung Elena semakin menjauh dari pandangannya. Ia benar-benar berharap semua yang terbaik untuk Elena dan Luke, untuk keluarga kecil mereka. Walaupun begitu, sebenarnya Paman Kairos sudah mendapat penglihatan bahwa Luke akan datang menemui dia dalam beberapa hari ke depan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Unholy Claim   04—The Answer

    Malam itu, salju pertama di tahun ini turun perlahan-lahan. Seorang wanita yang berjalan di bawah lampu jalan kemudian menghentikan langkahnya dan menengadahkan pandangannya ke langit. “Ah..sudah musim dingin, ya?” Gumamnya pelan.Kurasa aku harus membuat coklat panas sesampainya di apartemen nanti,” ujar wanita itu pada dirinya sendiri, kemudian ia melanjutkan langkahnya dengan semangat. ———“Cekrak”Sebuah besi yang dimasukkan ke lobang kunci membuka pintu apartemen malam itu. “Ahh, lelahnya..” sang wanita yang membuka pintu itu memasuki kediamannya, yang ia tinggal sejak pagi tadi dalam keadaan gelap.Ia kemudian menyalakan satu per satu lampu ruangan di dalam apartemennya sehingga tidak gelap lagi. Karena merasa lelah, ia kemudian duduk di sofa ruang tamu dan menyenderkan kepalanya. Ia mendesah pelan dan memejamkan matanya, berusaha rileks dan melepas penatnya seharian ini. Di sofa itu, ia melepas bajunya, hendak mengganti pakaiannya dengan sweater hangat. Dengan tubuh yang ha

  • The Unholy Claim   03—The Vision

    Hari baru saja dimulai dan angin berhembus panas. Luke terduduk di atas bebatuan di depan rumahnya. Ia terus memegangi kepalanya—memasang ekspresi kesakitan yang tidak kerap hilang dari wajahnya. “Ugh…” rintih Luke pelan. Matanya kini tertutup, menikmati rasa sakit yang menggerogoti kepalanya. Ingatan samar akan wanita itu muncul lagi. Ia melihat sebuah pasar dan sosok wanita itu namun tanpa wajah. Ia sudah mengalami hal yang ia yakini sebagai “halusinasi” ini sejak lama. “Siapa sebenarnya wanita itu..” gumam Luke, masih dengan rintihan pelannya yang menandakan sakit kepalanya belum kunjung mereda. “Sebenarnya sampai kapan aku akan terus berhalusinasi seperti ini?” Tanya Luke yang kesal terhadap keadaan. Ia tidak mengerti kenapa ia terus menerus mendapat penglihatan tentang wanita itu. Luke merasa ia tidak bisa mengingat apapun, tapi hatinya terasa sakit seperti tercabik-cabik. Makanya, ia kadang berpikir dirinya gila karena sering “berhalusinasi”. Suara langkah kaki

  • The Unholy Claim   02—‘The Shadow Bond’

    Pasir yang bergabung dengan bebatuan Obsidian berhembus dengan kencang di gurun, membuat seorang wanita dengan jubah hitam menutupi mukanya dengan kerudung di kepalanya. Ia berjalan langkah demi langkah yang tertatih karena badannya dipaksa untuk melawan hembusan kencang pasir tersebut. Hal ini tidak mudah untuk dilakukan, terlebih dengan usianya yang sekarang. Sudah lebih dari 2 jam ia berjalan—akhirnya dia sampai di sebuah kuil. Hal pertama yang dia lakukan adalah bertekuk lutut dan menggabungkan kedua tangannya, kemudian menundukkan kepalanya. Ia memberi salam kepada kuil tersebut. Tidak lama kemudian, dia mendengar suara laki-laki yang berat dan serak.“Salam, semesta memberkatimu,” pria tersebut membalas salam dari sang wanita. “Salam, Paman Kairos, semesta memberkatimu juga” salam dari sang wanita yang kemudian berdiri, dan mendekati laki-laki yang ternyata bernama Paman Kairos itu. “Halo, Elena. Bagaimana kabarmu?” Tanya Paman Kairos dengat hangat, ia langsung mengenali wani

  • The Unholy Claim   01—Aeterna

    Di antara beribu bintang nan jauh tak kasat mata, terdapat sebuah galaksi bernama Vesper dan hanya memiliki satu planet di dalamnya, yaitu Planet Aeterna. Aeterna adalah planet yang didominasi oleh dataran luas yang penuh dengan batu Obsidian, serta pegunungan tajam yang menjulang tinggi. Awan di planet Aeterna berbentuk seperti pusaran air, dan langitnya kerap berwarna ungu kemerahan saat siang hari. Ketika malam tiba, gelap gulita menyelimuti planet tersebut. Namun, sumber daya alam utama dari Aeterna, yaitu Kristal Aether—berfungsi melawan gelap tersebut. Bangsa Eternian adalah penduduk di Aeterna. Mereka adalah makhluk dengan kemampuan fisik luar biasa, rata-rata tubuh mereka kekar dan tinggi, dibalut dengan kulit sawo matang yang eksotis dan mata yang berwarna terang menyala. Selain itu, mereka dianugerahi dengan kemampuan memanipulasi waktu. Sebenarnya, mereka tidak bisa memutarbalikkan waktu, tetapi mereka bisa memperlambat waktu di sekitar tubuh mereka. Yang lebih heba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status