Share

Bab 4 Putri Terbuang

last update Huling Na-update: 2025-05-24 19:46:10

Aqeela masuk ke dalam rumah. Dia melihat Anggara, Marlina dan Alina sedang berpelukan. Mereka terlihat seperti keluarga yang sempurna dalam cinta dan kasih sayang yang nyata. Berbeda dengan dirinya yang tidak pernah dipedulikan. Dirinya hanyalah putri dari seorang wanita simpanan yang direndahkan.

“Keluarga yang bahagia,” ucap Aqeela melewati papanya. Dia tidak pernah mendapatkan pelukan itu. Dirinya tidak pernah dianggap di dalam keluarganya sendiri.

“Aqeela,” sapa Alina dengan lembut.

“Ya.” Aqeela menghentikan langkah kakinya.

“Kenapa pulang?” tanya Marlina.

“Aku mau mengambil pakaian. Setelah itu pergi lagi,” jawab Aqeela.

“Apa yang kamu lakukan, Qeela? Kenapa pakaian kamu sangat kotor?” tanya Anggara mendekati Aqeela.

“Aku bekerja,” jawab Aqeela.

“Apa yang kamu kerjakan? Apa uang yang Papa berikan tidak cukup untuk biaya kuliah dan makan?” tanya Anggara.

“Mar, Apa kamu tidak memberikan uang kepada Aqeela?” tanya Anggara pada Marlina.

“Aku sudah memberikan seperti yang kamu perintahkan. Pasti Aqeela sendiri yang mau bekerja dan bukan karena kekurangan uang. Ayo Aqeela, Mama bantu kamu bersih-bersih. Kenapa terlambat pulang? Apa kamu sudah makan malam?” Marlina menarik tangan Aqeela pergi ke kamar. Wanita itu terlihat sangat peduli pada anak kedua Anggara dari wanita lain.

“Aku akan membantu mama, Pa.” Alina pun menyusul Aqeela dan Marlina.

“Anak ini. Sejak ibunya pergi. Dia semakin liar. Ini semua salahku yang gagal mendidiknya. Aqeela tidak seperti Alina.” Anggara duduk di sofa.

“Seharusnya aku tidak tergoda pada Calizta yang cantik dan cerdas, tetapi dia telah membantuku bangkit dari keterpurukan sehingga aku jatuh cinta dan menikahinya. Aku lupa bahwa sudah punya istri. Maafkan papa, Aqeela.” Anggara mengusap wajahnya dengan kasar.

“Pernikahan dengan Marlina adalah kesepakatan bisnis. Tidak ada cinta hingga aku bertemu dengan Calizta.” Anggara menghela napas dengan berat. Dia benar-benar mencintai mama Aqeela, tetapi keadaan tidak merestui hubungan mereka sehingga hanya menikah secara siri dan sang anak menjadi putri keduanya bersama Marlina.

Marlina mendorong tubuh Aqeela hingga jatuh ke sofa. Gadis muda itu hanya diam saja. Dia malas berdebat dengan ibu tirinya karena memang salahnya sendiri yang lahir dari istri kedua papanya.

“Aqeela, kenapa kamu pulang dengan pakaian kotor? Apa kamu mau memberitahu Anggara bahwa uang bulanan kamu yang sedikit?” tanya Marlina dengan suara nyaring.

“Maaf, Tante. Aku tidak tahu ada papa di rumah,” jawab Aqeela.

“Tante, tenang saja. Aku tidak akan menginap. Aku hanya pulang untuk menngambil pakaianku dan langsung kembali ke asrama,” jelas Aqeela.

“Itu bagus. Aku tidak suka melihat kamu di rumah ini karena wajah kamu mengingatkanku kepada Calizta yang telah menghancurkan keluarga kami ini.” Marlina mencengkram dagu Aqeela yang lancip.

“Aku tahu itu, Tante.” Aqeela beranjak dari sofa. Dia mengambil tas dan membuka lemari.

“Qeel, besok malam kamu pulang ya.” Alina mendekati Aqeela. Wanita itu berbicara dengan lembutnya.

“Untuk apa dia pulang? Hanya akan mengacau saja,” tegas Marlina.

“Ma, Aqeela adalah adikku. Dia juga keluarga Anggara. Jadi, tetap harus hadir di acara makan malam dua keluarga besar.” Alina tersenyum. Dia merapikan rambut Aqeela yang berantakan.

“Alina, apa kamu mau merusak acara makan malam keluarga besar dengan mengajak Aqeela?” Marlina menatap tajam pada Aqeela.

“Ma, Aqeela sudah besar. Dia pasti mengerti sopan santun dan tata krama. Iyakan, Aqeela.” Alina tersenyum.

“Tante tidak usah khawatir. Aku tidak akan datang.” Aqeela segera membereskan pakaian ke dalam tas ranselnya.

“Kamu memang tidak boleh datang. Itu akan membuat malu keluarga kami saja,” ucap Marlina tersenyum.

“Maafkan mama, Aqeela. Kakak akan membelikan gaun pesta untuk kamu. Apa kamu mau?” tanya Alina.

“Terima kasih, Kak. Aku tidak butuh gaun.” Aqeela keluar dari kamar. Gadis muda itu bahkan tidak sempat membersihkan diri karena terus diganggu Marlina dan Alina.

Aqeela mengendarai motor balapnya. Dia meninggalkan rumah mewah dan kembali ke asrama kampus. Gadis itu benar-benar tidak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya.

“Alina, apa kamu serius mau mengajak Aqeela ke acara makan malam?” tanya Marlina.

“Aqeela tidak mungkin hadir dan keluarga Bramasta pun tidak akan peduli.” Alina tersenyum.

“Kamu benar. Aqeela hanya anak dari seorang simpanan. Masih bagus dia bisa masuk dalam kartu keluarga kita dan menjadi putri kedua keluarga Anggara.” Marlina tersenyum.

“Mama tidak perlu khawatir. Aqeela tidak ada apa-apanya.” Alina menutup lemari pakaian Aqeela yang hanya berupa kaos, kemeja dan celana saja. Tidak ada satu pun gaun yang terlihat.

“Benar. Dia tidak akan bisa menyaingi kamu, Alina.” Marlina tersenyum.

“Itu sudah pasti, Ma. Aqeela bahkan tidak mampu mengambil jurusan kedokteran.” Alina sangat bangga pada dirinya yang seorang dokter bedah. Dia sangat popular di dunia kedokteran dan kesehatan.

“Ayo kita beristirahat. Besok, kita pergi berbelanja untuk persiapan makan malam bersama keluarga Bramasta Winarta.” Marlina menggandeng tangan Alina. Mereka keluar dari kamar Aqeela.

Aqeela mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Butiran bening menetes membasahi pipinya. Dia terluka dan kecewa. Ada rasa sakit ketika melihat Alina yang begitu bahagia bersama dua orang tua yang penuh kasih dan sayang. Sedangkan dirinya hanyalah putri kedua yang terbuang.

“Kenapa aku harus lahir dari istri kedua? Ini benar-benar menyakitkan. Aku hanyalah anak dari seorang simpanan yang rendah.” Aqeela menghentikan motor di tempat parkir. Dia membuka helm dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.  Menghapus air mata yang membasahi pipi putihnya.

“Hah! Lelah.” Aqeela merebahkan tubuh di kasur. Dia melihat saldo rekeningnya yang terisi penuh.

“Aku tidak kekurangan uang, Pa. Aku bisa mendapatkan semuanya dengan usahaku sendiri.” Aqeela hidup dalam kesederhanaa dan kemandirian. Padahal orang tuanya sangat kaya. Dia bisa menghasilkan uang dengan pekerjaan yang cukup berbahaya.

Ponsel Aqeela berdering. Dia melihat nama Rangga yang muncul di layar. Wanita muda yang baru selesai mandi itu pun menerima panggilan.

“Halo, ada apa, Rang?” tanya Aqeela duduk di kursi kerjanya.

“Qeel, kamu kemana saja? Aku benar-benar khawatir. Ponsel kamu tidak bisa dihubungi. Apa kamu baik-baik saja? Bagaimana pekerjaan hari ini?” Rangga benar-benar khawatir.

“Semua aman, tetapi aku gagal,” ucap Aqeela.

“Tidak masalah. Aku dengar kamu sudah mengembalikan uang client.” Rangga yang merupakan ketua tim mengetahui semua hal tentang pekerjaan mereka.

“Ya. Maaf, aku juga mengembalikan semua data yang diambil kepada Perusahaan Robotic,” jelas Aqeela.

“Tidak masalah. Yang terpenting kamu selamat dan tidak ketahuan,” ucap Rangga.

“Ya. Aku mau istirahat dulu.” Aqeela memutuskan panggilan.

“Qeel.” Rangga melihat layar ponsel yang telah mati.

“Kamu tidak gagal, Qeel. Perusahaan Bramasta tetap mengalami kerugian yang cukup besar sehingga client masih mengirimkan pembayaran untuk kita.” Rangga tersenyum. Pemuda itu tidak tahu bahwa Aqeela mendapatkan ganti rugi dari Bramasta sehingga dia terhindar dari masalah.

Fit Tree Fitri

Terima kasih. Semoga suka.

| 25
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 86 Manis

    “Wah!” Mata Aqeela berbinar melihat kue yang ada di atas meja dan sofa ruang tengah.“Surganya kue. Aku suka.” Aqeela akan membuka kotak kue.“Cuci tangan dulu, Aqeela,” tegas Bramasta.“Ya.” Aqeela berlari menuju wastapel.“Ahh!” Bramasta menepuk jidatnya melihat Aqeela yang terus-terusan berlari di dalam rumah.“Untung saja dia bukan gadis yang ceroboh sehingga tidak mudah jatuh atau menabrak.” Bramasta menghela napas melihat Aqeela yang sudah kembali dengan tetap berlari.“Om. Terima kasih,” ucao Aqeela duduk di sofa.“Jangan terlalu banyak karena harus makan malam,” tegas Bramasta.“Siap.” Aqeela tersenyum lebar.“Pasti enak.” Aqeela mengambil garpu dan mulai memotong kue. Dia memasukan ke dalam mulut dan memejamkan mata untuk menikmati setiap rasa yang tercipta.“Mmm. Benar-benar enak.” Aqeela membuka mata dan terkejut melihat wajah Bramasta yang begitu dekat di depannya.“Apa suka?” tanya Bramasta pelan.“Mmm.” Aqeela mengangguk dan tersipu.“Mau.” Aqeela mengambil kue dengan ga

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 85 Kue Kesukaan

    Bramasta bersiap untuk pulang. Dia selalu mengelabui orang-orang dengan dua mobil. Pergi dan pulang dengan kendaraan dan jalur yang berbeda.“Tuan, tumben Anda minta anter saya?” tanya Beni.“Bawa aku ke toko kue yang menyediakan desert buah dan seperti ini.” Bramasta memperlihatkan foto dari ponselnya.“Apa untuk Nyonya?” Beni menahan senyum.“Ya,” Bramasta menyimpan kembali ponsel ke saku kemejanya. “Saya akan membawa Anda, Tuan.” Beni mengendarai mobil dengan kecepatan standar. Dia menuju sebuah toko kue yang sangat terkenal dan selalu ramai.“Kita sampai, Tuan.” Beni menghentikan mobil di tempat parkir.“Ramai sekali.” Bramasta melihat toko yang memiliki tempat tongkrongan.“Toko ini sangat popular dan terkenal enak, Tuan. Cafenya juga selalu ramai anak-anak muda yang baru pulang kerja dan kuliah,” jelas Beni.“Toko baru buka jam tiga sore dan tutup jam sembilan malam,” lanjut Beni.“Bos, tunggu di mobil saja. Saya akan belikan kue untuk Nyonya.” Beni keluar dari mobil. “Saya mau

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 84 Penghianat

    Jordi terkejut karena mendapatkan laporan bahwa robot buatan Perusahaan Bramasta telah disempurnakan. Terkunci dari jarak jauh dan dipastikan aman. Tidak bisa diotak atik lagi.“Kita tidak bisa merusak robot buatan Perusahaan Tuan Bramasta,” ucap pria berdiri di depan Jordi.“Kenapa begitu cepat?” tanya Jordi menatap tajam pada anak buahnya.“Maaf, Pak. Kami tidak tahu.” Pria itu menunduk.“Apa kalian sudah bisa menghubungi hacker yang dibicarakan Elena?” tanya Jordi mengepalkan tangannya.“Akun sang Hacker telah dihanguskan. Dia tidak menerima pekerjaan lagi,” jawab pria itu.“Apa?” Mata Jordi melotot.“Aku dengar. Setelah menyerang Perusahaan Tuan Bramasta. Beberapa waktu kemudian sang hacker menghilang,” jelas pria itu memberikan ponselnya kepada Jordi. “Apa Aqeela benar-benar hacker itu?” tanya Jordi di dalam hati.“Itu artinya dia yang menyempurnakan robot milik Bram,” gumam Jordi.“Apa Elena sudah tahu bahwa hacker yang dibayarnya sangat mahal itu adalah Aqeela?” tanya Jordi yan

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 83 Kekhawatiran

    Alina segera beranjak dari lantai dan berlari pergi ke kamar mamanya. Dia melihat pintu yang tertutup rapat.“Ma,” Alina mengetuk dan mencoba membuka pintu kamar, tetapi gagal karena terkunci.“Ma. Apa Mama di dalam?” tanya Alina khawatir. Dia tidak juga mendapatkan jawaban dari mamanya.“Bibi!” teriak Alina dan bibi pun datang.“Ada apa, Non?” tanya bibi.“Di mana kunci kamar ini?” Alina menoleh pada bibi.“Itu Non.” Bibi menunjukkan kunci yang tergantuk di rak sudut di samping pintu kamar.Alina yang terburu-buru dan panik tidak bisa berpikir jernis. Dia ketakutan akan ancaman Anggara.“Buka pintunya, Bi!” perintah Alina menyingkir dari depan pintu.“Baik, Non.” Bibi segera mengambil kunci dan membuka pintu kamar Anggara untuk Alina.“Silakan, Non.” Bibi membuka lebar pintu kamar Marlina.“Ma, Mama.” Alina dengan cepat masuk ke dalam kamar. Dia melihat ruangan itu rapi dan kosong.“Ma! Mama di mana?” Alina memeriksa kamar mandi dan tidak menemukan ibunya.“Bi. Bibi. Di mana mama?” t

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 82 Balasan Seorang Ayah

    Anggara pulang ke rumah di malam hari. Pria itu masih belum sudi melihat wajah Marlina yang telah menyiksa putri kandungnya yang lahir dari rahim wanita yang benar-benar dia cintai. Pernikahan rahasia karena cinta dan bukan bisnis.“Aku tidak menyangka gudang di belakang itu dijadikan tempat penyiksaan Aqeela.” Anggara menghentikan mobil di halaman. Dia masih duduk diam di balik kemudi. Tangannya berat untuk membuka pintu mobil dan masuk ke dalam rumah. Ada rasa benci, sedih dan marah yang membuat dadanya sesak.“Apa yang harus aku lakukan pada Marlina untuk membalas luka Aqeela?” Anggara turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah yang sepi. Semua orang sudah tidur kecuali para petugas keamanan dan beberapa pelayan.“Anda pulang, Pak.” Bibi menyambut kedatangan Anggara. “Di mana Marlina dan Alina?” tanya Anggara pelan. Mata pria itu masih bengkak karena menangis. Dia terlihat lemah dan sedih. “Ibu dan Non tidur di kamar masing-masing,” jawab bibi.“Apa Bibi tahu bahwa Marlina

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 81 Sama-sama Marah

    Aqeela masih meringkuk di lantai. Tubuhnya penuh dengan tanda merah ciuman dan cengkraman Bramasta. Bibirnya pun bengkak. Dia kesakitan karena keganasan dan kemarahan sang suami yang terlalu cemburu.“Dulu disiksa Tante Marlina. Sekarang disiksa Om Bram. Kapan aku akan bahagia?” tanya Aqeela menangis. Dia benar-benar tidak mengerti tentang cinta yang berlebihan dari Bramasta.“Aarrggh!” Aqeela beranjak dari lantai dan meninju cermin hingga pecah. Dia melakukan itu tanpa sadar dan tidak sengaja.“Brak!” sepihan cermin jatuh ke lantai. Tangan Aqeela berdarah bercampur air yang terus mengalir.“Aqeela!” Bramasta kembali ke kamar mandi dan melihat Aqeela yang berdiri dengan tangan bercucuran darah hingga lantai kamar mandi pun memerah.“Aqeela!” Bramasta segera menggendong Aqeela dan memindahkan ke tempat tidur. Dia menghubungi dokter Diko.“Arrggh!” Bramasta sangat kesal. Dia memanggil para pelayan perempuan untuk menggantikan pakaian Aqeela. “Kenapa, Aqeela? Kenapa?” Bramasta berteriak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status