Home / Rumah Tangga / Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi / 1. Nafkah Batin Yang Tidak Memuaskan

Share

Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi
Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi
Author: Evie Edha

1. Nafkah Batin Yang Tidak Memuaskan

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2025-08-26 10:51:09

"Ah ... leganya." Darren baru saja menuntaskan hasratnya, nermain di atas ranjang yang panas bersama sang istri. Pria itu baru saja mencapai puncak kelegaan, melepaskan kepuasan yang mampu menyegarkan isi kepalanya.

Pelan, dia mulai melepaskan inti miliknya dan juga sang istri. Tanpa berkata apa pun, pria itu segera menutupi tubuhnya yang polos dengan sebuah selimut.

Darren membalikkan badan memunggungi sang istri. Dia mulai memejamkan mata lalu terlelap.

Emely. Istri Darren itu hanya menatap nanar langit-langit kamar. Dia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat menahan gejolak amarah yang tertahan di dada.

"Selalu seperti ini," bisiknya. Dia menoleh ke arah Darren yang memunggunginya dan menatapnya nanar.

Seperti malam-malam biasanya, Darren akan menuntaskan hasrat pada dirinya hingga puas tanpa memedulikan perasaan Emely. Entah perempuan itu menikmati permainan tadi, atau Emely sudah merasakan kepuasan apa belum.

"Aku akan mencobanya," ujar Emely kemudian. Perempuan itu sedikit mengangkat tubuh bagian atas lalu menyangganya dengan siku. Satu tangan yang bebas memegang pundak Darren.

"Darren. Kau tidur?" tanyanya kemudian. Dia mendengar suaminya itu hanya bergumam.

"Tapi ...." Emely menggigit bibir bawahnya merasa ragu untuk mengatakannya.

Akan tetapi, kalau tidak dikatakan dia juga yang akan merasa tersiksa.

"Tapi apa?" kalimat yang diucapkan Darren terdengar jelas kalau pria itu tengah merasa kesal.

"Tapi aku belum org*sme. Apakah kau bisa membantuku?" tanya Emely ragu-ragu. Sekuat tenaga dia memberanikan diri untuk bertanya.

Darren segera menggerakkan pundaknya kasar agar tangan sang istri yang ada di sana menyingkir. "Kau urus saja sendiri. Aku mengantuk." Darren berujar acuh.

Selalu seperti ini. Setelah puas Darren akan meninggalkan dirinya tidur, tanpa berpikir kalau dirinya merasa tersiksa sebab Darren yang membawanya ke awan dan tak menuntaskannya.

"Tapi, Dar. Ini benar-benar menyiksa. Bisakah kau membantuku sekali saja?" Emely tidak menyerah. Dia mencobanya sekali lagi.

Darren yang merasa kesal pun kini marah. Pria itu bangkit dengan kasar lalu menatap Emely dengan sorot matanya yang tajam. "Bisakah kau diam? Aku sudah kelelahan seharian bekerja. Dan sekarang aku hanya ingin beristirahat. Tapi kau malah menggangguku!" bentak Darren dengan suara yang sangat keras.

Dibentak seperti itu membuat dada Emely bergemuruh. Perempuan itu mengepalkan tangan di sisi tubuh. "Ya!" balas Emely dengan berteriak.

Emely merasa tidak tahan lagi dengan sikap Dave. "Memang seperti itulah dirimu, Darren. Setiap hari sibuk bekerja. Pergi pagi pulang malam. Setelah sampai rumah, apa yang kau lakukan? Meminta aku melayani dirimu sampai puas. Setelah puas, kau langsung tidur tanpa memikirkan apakah aku puas atau tidak. Itulah dirimu, Darren. Itulah dirimu. Pria egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri."

"Diam kau!" bentak Darren. Pria itu terkejut dengan respons istrinya malam ini.

"Aku tidak akan diam!" balas Emely tak kalah keras.

"Aku tidak akan diam malam ini. Setiap hari kau melakukan ini padaku. Seenaknya. Aku seperti pelacur yang setelah dipakai lalu ditinggal begitu saja."

Emely tertawa, tetapi ada air mata yang jatuh di pipinya. Dia menggeleng. "Tidak-tidak. Kau tahu? Bahkan pelacur di luaran sana lebih terhormat daripada aku. Setidaknya mereka mendapatkan kepuasan itu sedangkan aku tidak."

"Kau gila Emely!" bentak Darren. Pria itu bangkit lalu mengenakan kimononya.

"Mau ke mana kau?" Emely menatap tajam suaminya.

"Lebih baik kau tidur sendiri. Renungkan apa kesalahanmu," ujar Dave yang memutuskan untuk meninggalkan kamar.

"Pergi! Pergi saja kau!" Emely menangis dalam gelapnya malam. Perempuan itu menutupi tubuhnya. Memegangi dada, dia merasakan detak jantung yang lebih besar dari sebelumnya. Baru kali ini dia berani melawan Dave.

Emely mendengar pintu terbuka. Dia segera menghapus air matanya dan memejamkan mata untuk tidur. Dalam hati sempat bertanya untuk apa Darren kembali. Akan tetapi dia memilih bungkam.

Dia merasakan Darren yang menaiki ranjang. Detik kemudian dia dibuat melotot kala Darren mencium pundaknya yang polos.

"Dar---" Emely tak bisa melanjutkan kata-katanya kala Dave mulai memberikan rangsangan pada tubuhnya. Darren mulai menciumi leher belakang Emely dan merambat pelan ke telinga perempuan itu.

Emely hanya mampu memejamkan mata untuk menikmati setiap pergerakan yang memabukkan itu.

"Darren. Ini ...." Kini, Emely dibuat terlentang. Dia merasakan Darren sudah berada di atas tubuhnya, memberikan ciuman bergairan di leher, belakang telinga, dada dan juga segala tempat.

"Ah, Dar---" Emely dibuat bungkam oleh sebuah ciuman. Ciuman yang selama ini tak pernah Darren berikan padanya meski mereka saling bergelut di atas ranjang. Inikah rasanya berciuman itu? Tak mampu mengungkapkan melalui kata-kata, Emely hanya mampu mencengkeram sprei ranjangnya untuk menyalurkannya apa yang dia rasakan.

Tak lama, Emely merasakan sesuatu menerobos miliknya. Dia sedikit membuka kaki dan membiarkan benda itu memasukinya. Emely mendongak, bibirnya terbuka dan mengeluarkan desahan.

Desahan yang semakin lama terdengar semakin bersemangat seiring pergerakan di bawah sana yang semakin cepat. Ciuman itu pun semakin mengganas seolah tak membiarkan dirinya mengambil udara melalui mulut.

"Ah." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Emely ketika ciuman terhenti. Ketika pergerakan di bawa sana semakin dan semakin cepat, menyentuh titik tersensitif miliknya, Emely mulai mencengkeram kedua pundak pria di atasnya.

Pundak ini, kenapa terasa seperti lebih besar dari biasanya? Tak mampu berpikir normal, Emely semakin dibuat kelimpungan kala sesuatu dalam dirinya seperti memaksa untuk dibebaskan.

"Ah. Ini ... Ini." Cengkeraman tangannya semakin kuat. Kepala Emely sampai terangkat. Detik kemudian, perempuan itu berteriak seiring sesuatu terlepas dari dalam intinya.

Deru napas saling bersahutan. Kepuasan baru saja dia dapat. Ini seperti diirnya baru saja dibawa ke tempat yang menyegarkan. Kepalanya terasa lebih ringan. Ini melegakan.

Dia segera memeluk pria di atasnya. "Terima kasih. Terima kasih untuk ini. Ini ... ini terasa ... aku sulit menjelaskannya." Emely tersenyum lalu melabuhkan ciuman di pundak pria itu.

Kedua inti mereka masih saling menyatu. Entah kenapa Emely seakan tidak rela melepaskannya meski mereka sudah sama-sama mengalami pelepasan. "Baru kali ini aku merasakannya." Emely berbisik.

"Kau menikmatinya?" tanya pria itu kemudian.

Saat itulah bola mata Emely melotot seketika. Detik itu juga dia menyadari, kalau pria yang baru saja bergulat dengan dirinya bukanlah sang suami Darren.

Emely mendorong tubuh pria itu, menajamkan pandangan untuk melihatnya. Saat itulah dia tahu. "Hans?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   35. Menyerah

    "Darren. Apa maksud mama kamu?" tanya Isabel panik, perempuan itu segera mendekat Darren dan menggoyangkan lengan sang kekasih untuk meminta jawaban.Gita hanya diam memperhatikan keduanya.Sedangkan Darren masih dalam keadaan terpaku setelah mendengar perkataan mamanya. Kalau sampai benar apa yang dikatakan sang mama, itu artinya dia ....Ah tidak-tidak. Bukan hanya dia, tetapi Isabell lah yang paling dalam keadaan berbahaya. Dia menatap Isabel dab memegang tangan perempuan itu kuat-kuat."Darren. Sakit," ujar Isabel yang berusaha untuk melepaskan genggaman tangan sang kekasih.Saking khawatirnya, Darren tanpa sadar meremas tangan Isabel dengan sangat kuat sampai perempuan itu kesakitan. "Maaf-maaf." Darren segera melepaskan genggaman tangannya pada tangan Isabel."Ada apa?" tanya Isabel kemudian. Dia menatap Darren yang terlihat jelas ekspresi kekhawatirannya."Kamu harus kembali keluar negri," ujar Darren kemudian kembali menggenggam tangan Isabel. Kali ini jauh lebih lembut dari s

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   34. Pemberitahuan Dari Gita

    "Mama?" Setelah mendapat pemberitahuan kalau dirinya dipanggil oleh sang mama, Gita langsung bergegas menuju ruangan Visha. Dia tampak bingung melihat ekspresi mamanya yang terlihat sangat marah.Visha menatap tajam satu-satunya anak yang dia miliki. "Apa yang sebenarnya kamu ajarkan terhadap anak kamu, Gita!"Melihat kemarahan mamanya, Gita langsung paham. Pasti Darren baru saja melakukan sebuah kesalahan yang besar. Perempuan itu pun langsung menunduk ketakutan. "Ma---maaf, Mama. Apa yang telah Darren lakukan?" Ya. Bertanya yang hanya bisa dia lakukan saat ini."Putar," ujar Oma Visha. Tak lama, layar besar di belakangnya memutar sebuah vidio kejadian. Gita yang melihat itu melotot seketika.Dia segera menunduk kembali. Kedua tangannya saling bertaut satu sama lain. "Ma--maaf, Mama."Oma Visha menggeleng pelan. "Ini sudah berada di luar kendali, Gita. Apa yang akan dia lakukan setelah ini? Menghancurkan keluarga kita?" tanyanya dengan suara penuh penekanan.Gita pun menggeleng cepat

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   33. Oma Visha vs Emely

    "Silakan, Nona," kepala pelayan kediaman utama mempersiapkan Emely untuk menuju ke ruangan di mana Oma Visha sudah menunggu di sana.Emely bangkit seraya mengembuskan napas kasar. "Dia yang katanya ingin bertemu tapi kenapa masih aku yang diminta menunggu." Dia tidak bertanya, tetapi menggerutu. Perempuan itu pun berjalan menuju ruangan pertemuannya bersama Oma Visha. Dia memasuki sebuah ruangan di mana Oma Visha sudah ada di sana, menyambut kedatangannya dengan senyuman."Selamat datang, Emely," ujar Oma Visha."Terima kasih, Oma." Emely menjawab dengan sopan. Dia mengedarkan pandangan, menatap ke segala arah dan menyadari kalau ada yang datang sebelum dirinya. Itu kenapa tadi dia diminta untuk menunggu.Tapi, siapa? "Sepertinya ada tamu yang menemui Oma tadi," ujarnya kemudian.Oma Visha mengangguk. "Ya. Kamu benar.""Siapa?" Emely bertanya penasaran. Meskipun, dia akan tahu hasil akhirnya."Apa itu penting untuk kamu?" tanya Oma Visha kemudian.Benar bukan? Emely pun menggeleng. O

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   31. Kebodohan Isabel

    Pertemuan dengan Emely beberapa waktu lalu di toko pakaian menyisakan kekesalan di hati Isabel. Niat hati ingin pamer pada perempuan itu, dia sendiri yang malah dibuat kesal dan dipermalukan di depan umum.Namun, bagaimanapun juga apa yang dikatakan Emely tadi membuat Isabel kepikiran. "Apa benar yang dia katakan?" tanyanya kemudian.Perempuan itu sedang berada di dalam taksi menuju pulang. Mood dia berbelanja sudah lesap seketika karena insiden tadi. Menyangga dagu dan terus memerhatikan ke luar kaca mobil, Isabel terus berpikir."Apa benar sebenranya Darren sudah jatuh cinta sama Emely?" tanyanya kemudian. Dia terus bepikir akan hal itu."Bagaimanapun selama aku sekolah di luar negri, hanya Emely yang ada di dekatnya. Banyak hal yang bisa saja terjadi di antara mereka. Dan ... dan bisa jadi Darren memang sudah memiliki perasaan terhadap Emely. Isabel mulai panik.Dia ingat, Darren memang selalu mengeluarkannya di luar ketika mereka melakukan hubungan. Kalau pun tidak sengaja, setela

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   30. Keuntungan Pernikahan

    Perdebatan terjadi di dalam keluarga Emely. Di mana tiga orang tengah memperdebatkan keputusan Emely yang ingin berpisah dengan Darren. Terlihat Andi, ayah Emely yang merasa tidak setuju dengan keputusan putrinya yang ingin berpisah. "Pah. Apa tidak sebaiknya kita bicarakan lagi hal ini dengan Nyonya besar? bagaimanapun keputusan Emely itu bukan main-main. Dia membicarakan tentang perceraian," ujar pria itu mencoba meyakinkan papanya agar papanya itu kembali memutuskan untuk berpisah kepadanya. Sayangnya, sepertinya itu akan sulit. "Apalagi yang harus dibicarakan? Darren sudah salah. Dia berselingkuh. Bagi papa apa yang dilakukan Emely sudah benar," ujar pria tua itu kemudian. "Iya, Ayah. Kenapa sih Ayah sepertinya tidak setuju kalau Emely akan bercerai dengan Darren? Darren sudah menyakiti anak kita loh," ujar Cahya ikut menyambung kemudian. "Bu. Hubungan rumah tangga itu bukan main-main. Sebaiknya kalau ada masalah dibicarakan dulu, jangan langsung mengambil keputusan dengan

  • Tidak Suami, Adik Ipar Pun Jadi   29. Tamu Tak Diundang

    Emely tertawa tiada henti, perempuan itu merasa puas dengan apa yang baru saja dia lakukan terhadap Isabel. "Sudah. Nanti perut kamu keram gara-gara banyak tertawa," ujar Hans. Pria itu sedang menyetir kendaraannya."Habis. Rasanya puas banget lihat dia seperti itu. Coba saja kamu tadi lihat bagaimana ekspresi khawatir, ketakutan dan gelisahnya Isabel. Pasti kamu juga akan terus tertawa seperti aku," ujar Emely di sela tawanya.Hans mendengus. "Kamu lupa apa bagaimana? Kamu, kan yang melarang aku untuk ikut masuk," ujarnya kemudian."Eh? Iya juga." Emely terkekeh dengan tingkahnya sendiri."Ngomong-ngomong, kamu yakin kalau Isabel akan menuntut Darren agar menikahinya?" tanya Hans kemudian.Emely mengangguk penuh keyakinan. "Pasti. Aku kenal Isabel bukan hanya setahun atau dua tahun. Tapi bertahun-tahun sejak kami sekolah dasar. Jadi, aku tahu betapa ambisinya dia bagaimana dan tekad dia yang jika menginginkan sesuatu maka dia harus mendapatkannya," ujar Emely dengan senyuman dan eks

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status